Ellexia Membaca Majalah
8 Desember 2008, Ellexia membaca Majalah Assau, Vol.7 No.1, September 08 – Oktober 08. Majalah ini adalah majalah Pekabaran Injil dan Komunikasi (PIKOM) Sinode GPM. Sedikit beta bercerita tentang majalah ini. Tahun 2002, dalam Semiloka PIKOM GPM di Jemaat GPM Seri, Sekretaris Departemen PIKOM kala itu adalah Pdt. Bram Maelisa, S.Th, dan Ketua Komisi PIKOM, Drs. Hengky Aponno, mantan Sekretaris Kota Ambon.
Waktu itu beta dipercayakan menjadi Notulen, suatu pekerjaan yang kemudian beta jalani dalam berbagai Persidangan Gereja di GPM – kecuali Sidang BPL ke-30 Sinode GPM di Kairatu, November 2008 baru lalu.
8 Desember 2008, Ellexia membaca Majalah Assau, Vol.7 No.1, September 08 – Oktober 08. Majalah ini adalah majalah Pekabaran Injil dan Komunikasi (PIKOM) Sinode GPM. Sedikit beta bercerita tentang majalah ini. Tahun 2002, dalam Semiloka PIKOM GPM di Jemaat GPM Seri, Sekretaris Departemen PIKOM kala itu adalah Pdt. Bram Maelisa, S.Th, dan Ketua Komisi PIKOM, Drs. Hengky Aponno, mantan Sekretaris Kota Ambon.
Waktu itu beta dipercayakan menjadi Notulen, suatu pekerjaan yang kemudian beta jalani dalam berbagai Persidangan Gereja di GPM – kecuali Sidang BPL ke-30 Sinode GPM di Kairatu, November 2008 baru lalu.
Pada waktu itu, beta bersama beberapa teman, masing-masing Max Takaria (sekarang Ketua Majelis Jemaat merangkap Sekretaris Klasis Ternate, di Maluku Utara), Jondry Paays (sekarang Pendeta di Jemaat Labuhan Pulau Tujuh – Klasis Seram Utara, Wahai), Jusuf Anamofa (sekarang Dosen di STT Izaak Kijne, Papua, dan sedang menempuh studi Magister Filsafat di UGM), dan yang menjadi ‘kepala’ Notulis adalah Pdt. Dr. C. Alyona (sejarahwan yang handal di Fak. Filsafat UKIM).
Kalau boleh beta bercerita sedikit. Waktu itu, kami hendak membuat semacam News Letter, yang bisa menjadi bahan bacaan harian peserta Semiloka. Maklum, Ambon waktu itu belum pulih. Orang-orang haus informasi. Jadi harapan waktu itu, ada semacam ‘obat’ untuk para pendeta di tengah galau karena konflik.
Jus Anamofa sedikit resah karena beta menamai News Letter itu “Euanggelion”. “Bu ni bagumana. Selalu memprovokasi ide kontekstual, tapi kas nama News Letter saja pake bahasa Yunani. Seng ada bahasa Nuaulu yang arti dekat-dekat deng penginjilan lai? Katanya jadi Maloi di Nuaulu” (memang, beta pernah tinggal dengan komunitas Nuaulu di Simalou, Masohi, dan belajar sedikit dari bahasa mereka).
Sentakan temanku – yang kini mengasuh blog http://talamburang.blogspot.com/, ini membuat beta membongkar lagi kosa kata Nuaulu yang beta tahu persis. Lalu beta dapat istilah “Assau” yang berarti “memberitakan”. Ini adalah fungsi marinyo yang biasa menyampaikan berita yang benar dari Matoke, imam adat, kepada masyarakat.
Lalu, News Letter itu kami namai demikian: ASSAU, dengan rancangan isi sederhana, demikian pun logo yang sederhana. Semiloka itu lalu melahirkan Rekomendasi menjadikan ASSAU itu sebagai MAJALAH PIKOM. Puji Tuhan, lahir dengan nama dan logo yang sama waktu kami merancangnya di Seri.
Beta cuma sempat menjadi Editor di Majalah itu beberapa edisi awal. Lalu karena hal-hal tertentu (di luar journalist factor), beta seng sempat bekerja lagi. Kini teman-temanku sekaliber Pdt. Rudy Rahabeat, Herry Siahay, Albert Kofit, dll, yang mengomandoinya bersama si Ibu yang masih tetap lincah, Ibu Mony Pariela.
Tetapi, ternyata, anak kami, Ellexia, menjadikan majalah itu bahan bacaan pertamanya tanggal 8 Desember 2008. Waktu itu beta sedang menjalankan tugas di Jemaat Oping, Klasis Seram Utara, untuk memberi pelatihan Analisa Sosial. Dia tinggal dengan mamanya. Dong dua bermain di tempat tidur.
Mamanya memberi kepada Ellexia dua buah ‘gring-gring’ yang beta sengaja beli untuk melatih kepekaan sensoris –dalam hal mendengar dan memegang-, sambil mamanya membaca majalah Kartini. Majalah Assau rupanya menjadi bahan bacaan berikut yang mau dibaca mamanya, karena ada satu tulisan yang mirip dengan beta punya Tesis Magister “Tiga Batu Tungku”.
Ternyata, Ellexia seng tertarik dengan mainannya. Dia lebih memilih majalah Assau, dan memberi perhatian yang terfokus kepadanya (lihat beragam gayanya).
Ternyata, Ellexia seng tertarik dengan mainannya. Dia lebih memilih majalah Assau, dan memberi perhatian yang terfokus kepadanya (lihat beragam gayanya).
Saat kembali dari Oping, dalam perjalanan setelah tiba di Masohi, mamanya telepon bahwa ada foto Ellexia membaca Majalah Assau. Beta memahami, seperti mungkin orang banyak, bahwa itu suatu bentuk perilaku yang lazim diperlihatkan anak-anak (bayi). Tetapi walau lazim, beta hanya mencatatnya sebagai suatu tanda ‘kebetulan’. Entah seperti apa anak kami ini kelak. Tentu tugas kami sebagai orang tua hanya mengarahkannya mencapai ‘apa yang dia kehendaki’.
No comments:
Post a Comment