Filipi
3:4b-11
R
|
asul Paulus berani bercerita
tentang siapa dirinya yang dahulu dan seperti apa dia saat ini. Ini adalah
salah satu bentuk pastoralia yang bertujuan agar orang bisa belajar mengenai
bagaimana dan tujuan seseorang mengalami perubahan karena percaya kepada Yesus.
Sebab jarang orang mau mengakui kelemahan atau bahkan kesalahan yang dilakukan
di masa lalu.
Segala hal
yang buruk di masa lalu selalu disembunyikan agar jangan diketahui orang lain.
Itu terjadi karena keburukan di masa lalu itu dianggap sebagai aib, sesuatu
yang memalukan. Namun rasul Paulus, dalam teks ini, justru mau mengakui siapa
dirinya di masa lalu. Pengakuannya itu menjadi dasar baginya untuk menerangkan
seperti apa keadaannya saat ini, karena telah percaya kepada Yesus.
Dengan
mengakui siapa diri kita di masa lalu, kita bisa melihat sumber-sumber motivasi
dalam perilaku kita saat itu. Sebab mungkin saja saat itu kita didorong oleh
hawa nafsu, kita terlalu mengejar kesenangan. Dahulu kita didorong oleh rasa
sombong, sehingga menganggap orang lain tidak terlalu penting. Kita suka
merendahkan orang lain. Dahulu kita suka berlaku kasar, karena merasa lebih
kuat dan tidak mau mendengar orang lain, meremehkan berbagai nasehat dan
didikan firman. Malah mungkin kita pun menganggap mereka yang menjadi pelayan
atau pengurus di gereja sebagai anak-anak kecil atau kurang berpengalaman,
sehingga kita susah menuruti mereka atau susah menerima nasehat dan ajaran
mereka.
Kesombongan
diri seperti itu pernah dialami rasul Paulus. Bahkan ia merasa lebih kasar dibandingkan
orang Yahudi lainnya. Ia sadari bahwa semua itu ia lakukan atas
dorongan-dorongan yang bersumber dari ajaran agama Yahudi, bahwa setiap orang
yang percaya kepada Yesus itu berbeda dari orang Yahudi, malah mereka dicap
sebagai lawan yang tidak boleh dibiarkan bebas mengekspresikan iman kepada
Yesus.
Namun,
justru rasul Paulus mengalami perubahan sikap dan cara pandang secara drastis
dan menganggap semua yang ia lakukan di masa lalu itu adalah salah. Suatu dosa
dan kekejian kepada TUHAN. Ia pun sadari bahwa, keyahudian yang membuat dia
melakukan tindak kekerasan itu adalah dosa. Maksudnya tidak benar orang
melakukan kejahatan dan kekerasan terhadap sesama hanya karena dorongan ajaran
agama. Tidak benar jika oleh ajaran agama kita menganggap orang lain sebagai
lawan. Semua itu menurut Paulus adalah salah.
Ia menyadari
semua itu sebagai kesalahan setelah ia dengan sungguh-sungguh percaya kepada
Yesus. Kesenangan dunia, kemegahan diri, status sosial, dan segala hal yang
membuat dirinya disegani di masa lalu, menurutnya adalah rugi setelah ia
mengenal dan percaya kepada Yesus.
Iman kepada
Yesus membuatnya memahami bahwa, ia telah dilepaskan dari segala pengaruh buruk
di masa lalu. Malah ia menyebut semua pengaruh buruk itu adalah ‘sampah’
–sesuatu yang telah dibuang dan tidak ada faedahnya lagi. Sesuatu yang kotor
yang jika diambil kembali akan menyebabkan sakit; sesuatu yang bisa menjadi
wabah dan tidak sehat untuk imannya yang baru.
Kini ia
sudah ada dalam kebenaran yang baru, kebenaran yang membuatnya kedapatan
sebagai pribadi yang rendah hati, karena hanya Yesus yang mulia, bukan dirinya.
Kebenaran itu adalah kebenaran injili, suatu kebenaran yang diperoleh karena
anugerah atau kasih karunia Allah yang sejati. Karunia yang rela mengorbankan
anak-Nya untuk menebus dosa manusia.
Menurut
Paulus, itu yang membuat orang Kristen menjadi suatu komunitas percaya yang
unik. Bahwa mereka telah diselamatkan Allah dan menyatu dengan Kristus di dalam
kematian dan kebangkitan-Nya.
Pesannya
kepada kita agar kita mengimani bahwa percaya kepada Yesus membuat kita menjadi
pribadi yang baru, yang berani meninggalkan berbagai pengaruh buruk dunia,
kesombongan, hawa nafsu, dan menganggap semua fantasi kenikmatan itu adalah
‘sampah’ sehingga rugi jika kita hidup di dalam pengaruh-pengaruh buruk itu.
Kita kini
harus berpegang pada iman kepada Yesus sebab dengan begitu kita hidup di dalam
kasih karunia atau di dalam anugerah Allah yang telah menyelamatkan kita
sehingga kita hidup sambil rendah hati dan mau menerima segala nasehat firman
yang kudus. Amin!
No comments:
Post a Comment