Sepanjang
desember aku nyaris hafal Matius 1 sampai 2
kubandingkan
ke Lukas 1 sampai 2
ku
tengok Markus dan juga Yohanes
dan
kitab-kitab lain kubuka sekedar mencari tahu sesuatu
dan
paling jauh hanya sampai ke Mikha
lalu
sedikit melirik Yesaya
takut
kalau-kalau ia cemburu
dari
mimbar natal satu ke lainnya
dari
hari minggu sampai sabtu,
nyaris
aku lupa nama hari
karena
aku hanya mampu memperhatikan jam
takut
kalau-kalau terlambat tiba di tempat ibadah natal
dan
beralasan klasik, macet, becek, tak ada ojek
di
atas mimbar aku menatap wajah jemaat satu per satu
bukan
untuk mengenal mereka semua
tetapi
mencari kalau-kalau ada pendengar khotbah kemarin malam
jadi
kalau khotbah ini berulang,
akan
disebut ‘Pendeta kehabisan bahan khotbah’
kalau
tidak ada pendengar khotbah semalam
aku
akan berteriak lantang
biar
jemaat tahu ‘isinya baru pernah dikhotbahkan’
kalau
pendengar semalam dan hari ini ada yang saling mengenal
dan
esoknya bertemu di pasar sambil bercerita
maka
ketahuan:
‘pendeta
itu kemarin khotbah seperti itu pula di natal kami’
tapi
ya sudah, mereka kan tidak di ibadah natal yang sama
dan
mungkin aku tidak berjumpa mereka lagi
Kalau
itu jemaat di tempat tugasku
‘aduh,
mati aku’
mau
khotbah apa lagi?
daya
ingat mereka bagus semua
malah
ada yang ingat khotbahku di minggu biasa
dari
tafsir sampai implikasi
dari
serius sampai lucu-lucuan
pasti
berputar hanya pada ‘pentingnya rumah tangga,
pentingnya
keluarga,
pentingnya menjadi suami,
pentingnya
menjadi isteri,
pentingnya
menjadi anak, adik dan kakak
pentingnya
menjaga damai dengan tetangga
dan
siapkan diri menyambut Tuhan
bukan
siap baju baru
cat
rumah berwarna cerah
semuanya
sudah dihafal jemaatku
sebab
mungkin itu selalu jadi materi khotbahku sepanjang tahun bertugas di sini
‘aduh…mati
aku’
Mencari
bahan di luar Matius, Markus, Lukas dan Yohanes
tentu
tidak lazim
karena
bagi jemaat, itu bahan Januari sampai November
cerita
taman eden mungkin sedikit masuk akal
tetapi
cerita golgota katanya ini natal bukan paskah
cerita
kisah penyembuhan, katanya ini natal bukan epifani
jadi
memang hanya bisa bercerita tentang kandang domba-palungan, kain lampin
jangan
cerita tentang Musa sebab dia di istana Firaun
cerita
mengenai Majusi sebab mereka ke istana Herodes
cerita
tentang emas, mur, perak dan kemenyaan,
bukan
minyak narwastu yang dipakai Maria Magdalena
cerita
tentang Maria ibu Yesus yang rendah hati dan tenang di Malam Kudus
tentang
Yusuf yang tulus dan penuh kasih melindungi
ceritakan
tentang gembala
ceritakan
tentang malaikat
ceritakan
tentang pemilik penginapan
ceritakan
tentang Elizabeth dan Zakharia
ceritakan
tentang Daud tetapi bukan dengan Batsyeba
mereka
sudah hafal semuanya
jadi
ceritakanlah sesuatu yang punya bobot
agar
khotbahnya tidak ringan dan gampang mengangkasa
tidak
merasuk telinga dan mengendap dalam hati
Kala
bahan khotbah Pendeta telah habis dan tidak menarik,
jemaat
jangan tertidur sebab ini gereja bukan penginapan
jangan
bercerita sebab ini ibadah bukan rapat dengar pendapat
jangan
lalu lalang ke kamar mandi sebab ini bukan restoran dan anda tidak disuguhi
asinan dan makanan berminyak
tetaplah
duduk dan mendengar
sebab
pendeta juga manusia
jika
ia mengulangi bahan khotbahnya,
jika
ia berputar pada pesan-pesan rohaninya
tataplah
wajahnya dan lihatlah, betapa ia sudah berkhotbah selama ini untukmu
di
natal ini tataplah wajahnya dan jangan berkedip
lihatlah
keringatnya yang mulai meleleh dari dalam kepala sampai ke pipinya
ketahuilah,
ia lupa membawa sapu tangan
dan
tidak ada tissyu di laci mimbar
lihatlah,
ia tidak membeli pakaian baru karena tubuhnya selalu terbungkus toga hitam
pekat
dan
tataplah terus, sebab ia tetap bersemangat
malah
tidak sadar bahwa microphone sudah mengeraskan suaranya yang asli sudah keras
tataplah
sebab pasti di akhir khotbahnya ia akan berkata:
‘atas
nama pribadi, keluarga dan para pelayan, kami ucapkan Selamat Merayakan Natal
dan Tahun Baru’
Aminkan
itu sebagai doanya yang tulus
Dan
aminkan juga khotbahnya
[eltom, 24/12-2014]
[dibaca pada ibadah Malam
Persiapan Natal 24 Desember 2014
di Gereja Terang Dunia [18.00
WIT] dan Kehidupan [20.00], Jemaat GPM Rumahtiga, Ambon]
No comments:
Post a Comment