(Matius 28:10)
Oleh. Pdt. Elifas Tomix Maspaitella
Ungkapan "jangan takut" (yun. μή φοβέομαι) merupakan kata yang cukup populer dalam Perjanjian Baru. Malah diungkapkan dalam situasi yang sangat khusus, yaitu perjumpaan antara Tuhan dan makhluk ilahi (=malaikat) dengan manusia. Dalam Lukas 1:30, ungkapan yang sama disampaikan malaikat kepada Maria, untuk menyampaikan kabar bahwa ia akan mengandung oleh Roh Kudus. Ungkapan itu juga disampaikan malaikat kepada para gembala (Luk.2:10), sebagai pembuka suatu kabar bahwa Juruselamat (=Yesus) telah dilahirkan.
Ungkapan yang sama di dalam Matius 8:10 menegaskan bahwa ada gejolak di dalam bathin orang-orang yang berjumpa dengan Yesus dan malaikatNya. Artinya ungkapan itu disampaikan sebab ada kondisi personal seseorang, takut berhadapan dengan apa yang terjadi terhadap diri dan hidupnya.
Rasa takut itu kondisi psikologis setiap pribadi dan satu komunitas atas adanya keadaan atau peristiwa tertentu di dalam hidup atau lingkungan tempat hidup. Keadaan itu bisa saja mengandung suatu ancaman atau bahaya yang besar. Malah ancaman itu bisa saja membawa malapetaka atau kematian. Keadaan itu semacam teror atas kehidupan. Sebab itu menimbulkan rasa takut.
Dalam peristiwa perjumpaan manusia dengan Tuhan atau makhluk ilahi, wajar jika ada rasa takut yang sangat tinggi. Dalam teologi masyarakat Yahudi orang yang melihat Allah pasti atau dapat mati (Hakim 13:21-22). Hal tersebut sudah Menjadi pengetahuan dan kesadaran teologi kolektif mereka. Karena itu suasana kebathinan Maria, para gembala serta para murid dapat dipahami. Sehingga ungkapan “jangan takut” menjadi penting untuk menghilangkan rasa takut mereka. Sehingga perjumpaan itu tidak membawa bencana atau malapetaka melainkan kehidupan.
Ada satu pengalaman dalam Perjanjian Lama yang lebih dari sekedar berjumpa, yaitu pergulatan Yakub dengan malaikat. Dalam pergulatan itu Yakub mengakui: “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!” (Kej. 32:30b). Hal-hal itu bukanlah kekecualian melainkan ada dimensi baru dari perjumpaan dengan Tuhan yaitu kehidupan, keselamatan dan tugas atau pesan yang baru. Aspek ini yang membuat ungkapan “jangan takut” itu memampukan kita masuk ke dalam situasi dan tugas yang baru.
Ungkapan “jangan takut” dalam Matius 28:10 ini berhubungan erat dengan tugas kerasulan sebagai kelanjutan dari pekerjaan mesianik Yesus. Bahwa setelah bangkit dari kematian, Yesus mendelegasikan tugas kerasulan kepada para murid dan orang percaya (baca. Gereja, orang Kristen) untuk menghadirkan keselamatan yang telah dikerjakan-Nya sampai ke ujung bumi.Ayat dalam Matius 28:10 “Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.” Ini barulah permulaan dari tugas kerasulan itu. Tugas itu sendiri baru diberikan setelah murid-murid berjumpa dengan Yesus di salah satu bukit di Galilea. Tugas itu ialah: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20). Jadi perjumpaan dengan Yesus setelah kebangkitan-Nya menjadi momentum khusus sebagai awal dari tugas kerasulan itu. Karena tugas itulah maka ungkapan “jangan takut” menjadi sesuatu yang penting dihayati.
Tawiri, Kamis, 22 Agustus 2024
(Sesuai Nas Bacaan Ibadah Pemberangkatan Jenazah (alm.) Pdt. Veky Lesbata)
No comments:
Post a Comment