CERITA FIKSI ALKITAB (1)
YESUS DI
KAPERNAUM
(Berdasar
Yohanes 2:12)
I
~ Esok Paginya
Ilustrasi: Air berubah menjadi anggur |
“Ibu, terima
kasih, karena ibu dan bapak serta semua saudaraku, sudah mengikut aku dan
murid-muridku ke sini, di Kapernaum”, kata Yesus kepada ibunya, Maria.
“Anakku,
maafkan Ibu, jika ada sesuatu yang salah semalam”, kata Maria, Ibunda Yesus,
pagi-pagi, saat ia melihat anak kesayangannya itu baru saja bangun dan hendak
membasuh mukanya.
“Tidak usah
dipikirkan, ibu. Aku mengerti, ibu tidak mau keluarga kita malu oleh karena
tidak bisa memberi yang terbaik kepada tamu-tamu itu. Kita berdoa, semoga rumah
tangga saudaraku itu bahagia, ia dan istrinya hidup selamanya, seperti
ditetapkan dalam hukum Musa”, kata Yesus sambil mencium kedua pipi ibunya.
Saat hendak
pergi menghampiri Johanes, Joses, Judas dan Simon, saudara-saudaranya, ibunya
menarik tangannya dan berkata: “Maaf, jika memang waktumu belum tiba, seperti
dikehendaki oleh Yang Maha Tinggi, anakku. Tetapi kau benar, ibu tidak mau
kalau-kalau para tamu kecewa atas pelayanan kita”, terang Maria.
“Ibu, terima
kasih!”, sahut Yesus
“Jangan
mengatakan hal yang membuat hatiku berat, anakku”, tanya Maria
“Engkau yang
kupuja, ibu. Semula aku berpikir, memang belum saatnya aku menyatakan kemuliaan
Bapa, namun ketika ibu berlalu dan menghampiri para pelayan itu, lalu aku
tersadar, Bapa selalu menyatakan waktuNya bagiku melalui ibu. Karena itu, aku
berterima kasih, sebab engkau telah membuat aku memuliakan Bapa, semalam itu”,
urai Yesus. Dan ia pun melanjutkan, “keluarga kita sudah menjamu tamu, dengan
mencuci kaki mereka, seperti diatur dalam hukum adat kita. Buli-buli itu adalah
buktinya, sebab semua tamu telah ada di dalam ruang pesta. Pikirku, jika mereka
sudah melakukan semuanya sesuai adat kebiasaan kita, maka aku harus melakukan
suatu hal yang memuliakan Bapa. Dan anggur itu, adalah tanda aku memuliakan Dia
Yang Maha Tinggi”. Sambil mendekatkan mulutnya ke telinga Maria, ibunya, Yesus
pun berbisik “terima kasih ibu, itu semua karena dirimu. Aku mengasihimu, ibuku”.
Lalu Yesus
menghampiri saudara-saudaranya yang sedang bercengkerama sambil makan buah
anggur segar di pagi hari, sebelum mereka pergi ke danau mencari ikan. Maria menatap
Yesus dengan wajah sayu, dan beberapa butir air bening menetes dari sudut
matanya. “Sungguh, akulah yang disebut orang ‘bahagia”, bisik Maria di dalam
hatinya.
II ~ Apa Yang Aneh?
“Yesus, tuan
pesta semalam berkata kepada saudara kita yang menikah, bahwa ia menyediakan
anggur terbaik dari awal sampai akhir pesta”, kata Joses, saudaranya.
“Para tamu
pun berkata begitu”, sambung Johanes, dan Judas serta Simon, saudaranya yang
lain turut mengangguk kepala tanda setuju. “Ada yang bertanya kepadaku, dari
mana kami membelinya”, sambung Johanes lagi. “Apakah kau tahu, tempat orang
menjual anggur yang baik? Sebab engkau saat ini kan suka berkeliling ke hampir
semua pelosok tanah Yudea ini”, imbuhnya lagi.
Yesus
memandang sambil tersenyum kepada saudara-saudaranya dan berkata: “Aku tidak
tahu dari mana saudara kita itu mendapati anggur terbaik itu saudara-saudaraku.
Tetapi yakinlah satu hal, jika Bapa hadir di dalam pesta pernikahan, dan
pernikahan itu didasarkan pada Taurat, segala kelimpahan berkat akan
dicurahkanNya, dan Anak Manusia akan menyatakannya pula.”
Seorang saudaranya,
Joses bertanya selidik kepadanya “tetapi di antara para pelayan itu ada yang
berkata, mereka mengenal orang yang menyuruh mereka mengisi penuh buli-buli itu
dengan air. Jangan-jangan.....” “Kau bermimpi apa semalam Joses? Jangan-jangan
kau turut mabuk dalam pesta itu”, pungkas Simon. “Tidak, seorang di antaranya
berkata begitu kepadaku”, sanggah Joses. “Ah sudahlah, tidak ada tukang tenung
yang diundang ke pesta keluarga kita semalam”, bantah Simon lagi.
Yesus hanya
mendengar mereka bertukar kata dan menuju ke murid-muridNya yang sedang
menunggunya.
“Akan ke
mana kita hari ini, Guru”, tanya Petrus. “Mungkin kita beristirahat sejenak
dahulu, dan kita akan ke Bait Allah, sebab aku mau mengunjungi Imam Lewi dan
melihat kalau-kalau ada yang bisa aku lakukan bersama-sama dengan dia, sebelum
kita berkeliling lagi”, ungkap Yesus sambil duduk dan mulai menikmati minuman
dan makanan yang sudah dihidangkan saudara-saudara perempuannya kepada para
muridnya itu.
Yesus
melihat ada yang aneh dalam pandangan Andreas, dan berkata “aku tahu pikiran
yang berkecamuk dalam hatimu, Andreas. Janganlah seperti Simon, ia sebenarnya
mempunyai banyak pertanyaan yang juga ia simpan, dan aku tahu, ia akan memburuku
dengan pertanyaan itu ketika kita berjalan nanti”. Para murid lainnya tertawa
karena tiba-tiba wajah Andreas dan Simon berubah malu.
‘Guru...”,
belum lagi kata-katanya dilanjutkan, Yesus memotong dengan berkata “Simon, dari
semua yang akan aku lakukan, apa yang kau lihat itu adalah salah satu tanda
bahwa aku datang agar Bapa dimuliakan. Jika engkau memahaminya, ingatlah bahwa,
aku akan melakukan banyak tanda, supaya BapaKu dimuliakan”. “Mari, bersiaplah,
orang sudah beranjak ke pasar, dan kita harus ke rumah BapaKu”.
Yesus masuk
ke dalam tenda dan berpamitan kepada ibu dan saudara-saudaranya. Maria dan
Yusuf mengantarnya ke depan tenda.
“Bapa,
jangan risaukan daku. Aku harus pergi, sebab BapaKu harus dimuliakan dalam
semua perbuatan dan perkataanku. Aku mau, engkau dan ibu menjaga
saudara-saudaraku, dan ingatkan mereka bahwa di mana aku ada, aku akan selalu
mengingat mereka”. Yesus pun mencium pipi Yusuf, bapaknya itu, dan menghampiri
Maria, ibunya. Namun ia tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya menyeka pipi
ibundanya itu, dan menciumnya.
Maria dan
Yusuf melihatnya berlalu bersama para muridnya.
“Istriku,
aku merasa, tugas kita sudah dijalankan dengan baik. Kini permuliakanlah Yang
Maha Tinggi bersama-sama dengan aku, dan biarlah namaNya dimuliakan atas segala
perbuatan dan perkataan, Yesus, sebab begitulah yang difirmankanNya bagi kita”,
kata Yusuf untuk meneguhkan hati Maria, istrinya.
Sejak hari
itu, Maria dan Yusuf sesekali hanya berjumpa dengan Yesus. Lebih banyak mereka
hanya mendengar kabar tentang seluruh karyaNya di Nazareth dan seluruh tanah
Yudea.
Hari itu, di
Kapernaum, segala rahasia pesta pernikahan saudara Yesus tersimpan lagi dalam
hati Maria, ibundanya, seperti sediakala.
[Wisma PGI, Jakarta. Sebuah karya untuk
mensyukuri 10 tahun Penahbisanku sebagai Pendeta GPM, 11 Maret 2007 yang lalu.
Saat itu aku pernah berkata kepada dia yang kini telah menjadi istriku, Pdt.
Desembrina Loura Aipassa, sebuah kalimat yang (minta maaf) akan menjadi rahasia
pernikahan kami]
Pendeta Elifas
Tomix Maspaitella
No comments:
Post a Comment