Posts

Showing posts from June, 2008

Amos, Kritik Terhadap Agama dan Politik

Materi Khotbah Teks : Amos 5:14-15 oleh. Elifas Tomix Maspaitella Saudara-saudaraku, Semoga kita semakin mengerti istilah-istilah seperti ini: “vox dei, vox populi”, atau “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat”. Setidaknya itulah dua istilah yang patut dijadikan konsep ideal politik dan demokrasi di dalam suatu masyarakat yang beradab. Artinya kita tahu benar bahwa jantung demokrasi itu adalah rakyat, dan kehendak rakyat (people will) adalah manifestasi dari kehendak Tuhan (God will). Setidaknya itulah pemahaman dasar yang kiranya membuat semua orang memahami bahwa tentu dunia politik bukanlah suatu dunia yang kotor, atau tabu untuk dibicarakan dan bahkan dimasuki. Dengan dua istilah itu, malah kita harus yakin bahwa dunia politik adalah dunia yang juga dikuduskan TUHAN untuk kesejahteraan, keadilan, dan kebenaran bagi masyarakat dan bangsa. Kita memang tidak usah melanjutkan polemik bahwa politik itu kotor, walau kita tahu bahwa ada politisi busuk (polbus). Sebaliknya ki

1st day to Church

Image
1 Juni 2008, bertepatan Hari Pancasila, Ellexia pertama kali masuk Gereja. Ini dia, posenya dengan seragam Pramugari, bersama mamanya.

Ellexia

Image
Ellexia Delima Maspaitella, Anak kami yang lahir pada Selasa, 15 April 2008 (BB 3000, PB 51), melalui proses seksio sesarea, di RSUD Dr. Haulussy Ambon.

Agama dan Geopolitik

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Telah dibentangkan bersama pokok “Agama dan Politik” . Kini kita membahas satu persoalan menarik lainnya, yakni “agama dan geopolitik’. Teori politik akan menunjukkan kepada kita bahwa klaim teritori selalu dapat menjadi suatu wilayah politik yang bisa juga didominasi oleh satu aliansi politik tertentu. Tetapi kita tidak akan mendapati dalam satu wilayah, seluruh penduduk di situ berada dalam satu aliansi politik yang sama. Jika pun ada, hal itu adalah suatu kekecualian di dalam realitas politik yang jamak. Geopolitik di sini dapat dilihat secara jelas dalam apa yang disebut ‘daerah pemilihan’. Dalam era Pemilu Legislatif, daerah pemilihan menjadi faktor penentu keterwakilan seseorang sebagai anggota legislatif. Fenomena lain dari ‘daerah pemilihan’ adalah keterwakilan beberapa anggota legislatif dari partai politik yang berbeda di lembaga Dewan Perwakilan Rakyat [Daerah]. Satu daerah pemilihan bisa diwakili oleh lebih dari satu orang, dari partai pol

Agama dan Politik

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Membuat pemetaan agama dan politik di Indonesia sama halnya dengan membuat pemetaan sosial masyarakat Indonesia itu sendiri. Agama memang tidak harus dikurung dalam domain ‘sakral’ dan politik dalam domain ‘profan’, seperti Durkheim membaginya; karena toh agama adalah produk masyarakat berbudaya, dibentuk sesuai kreasi kebudayaan masyarakat setempat. Simbol-simbol di dalam agama pun adalah produk budaya yang lahir dari adanya ‘sense of belief’ yang kuat. Di situ, agama pun memiliki di dalamnya nuansa politik yang kuat, dalam hal menyatukan umat [masyarakat yang telah teraliansi] dan dalam hal membangun hubungan interelasi personal antara satu dengan lain, serta dalam apa yang kerap disebut ‘koinonia’ [ the unity ]. Teori-teori agama [dan teologi] juga telah melihat bahwa agama dan politik adalah dua aspek dasar dalam hidup seorang manusia dan komunitas. Seperti kita tidak bisa memisahkan personalitas dari komunalitas pada seorang individu, demikian pu

Tragedi 1 Juni, Luka Bagi Pluralitas Indonesia

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Kami sebenarnya mau menyebut ‘Tragedi Monas’, seperti lazimnya disebut di berbagai media massa, untuk kasus penyerangan FPI terhadap AKKBB, 1 Juni 2008 baru lalu. Tetapi ada tujuan lain dari penyebutan ‘Tragedi 1 Juni’ itu sendiri, yang ternyata harus membuat kita berduka sebagai bangsa. Pertama, kita patut berduka sebagai bangsa, sebab momentum lahirnya Pancasila tidak [pernah] dijadikan momentum nasional, sejak 1945. Kita tidak pernah merayakan hari lahir Pancasila semeriah Hari Proklamasi Kemerdekaan, 17 Agustus 1945. Bahkan 100 Tahun Kebangkitan Nasional (20 Mei 2008) mendapat porsi seremoni yang lebih gegap gempita dari hari lahirnya Pancasila. Duka kita sebagai bangsa 1 Juni 2008 ini juga karena hari bersejarah bagi Indonesia yang plural itu terkesan telah menjadi ritus keluarga anak-anak Bung Karno, pencetus Pancasila itu. Upacara di rumah Guruh Soekarnoputra, anak bungsu Bung Karno adalah perlukisan bahwa ritus nasional ini telah menjadi ri

Pancasila dalam Diskursus Pluralisme

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1 Juni 2008, kemarin, nuansa perayaan Hari Pancasila ternyata tidak terlalu menggema seperti 1 Abad Kebangkitan Nasional. Tetapi semoga spirit kelahiran Pancasila tidak pudar ditelan berbagai gejolak kenaikan harga BBM dan drama pembagian BLT. Sejenak kita merenung pidato yang penuh gelora dari Bung Karno, pada saat memproklamirkan nama Pancasila sebagai pandangan hidup dan filsafat bangsa Indonesia yang kelak lahir pada 17 Agustus 1945 itu. Tetapi sejarah lahirnya Pancasila harus kita dalami secara sungguh-sungguh, terutama mengenai bagaimana para pendiri negara ( founding fathers ) kita menyepakati suatu paham tunggal yang menjadi pandangan hidup dan cita-cita luhur bangsa kita. Dalam sejarahnya, introduksi paham Negara Islam dan Sosialis/Komunis telah menjadi rekaman sejarah yang tidak bisa diabaikan dalam percaturan melahirkan Indonesia kala itu. Artinya bahwa keragaman atau pluralitas Indonesia adalah suatu fakta yang telah ada jauh sebelum ban