Monday, May 29, 2023
MURAH HATI
Matius 5:7
“Murah hati” adalah terjemahan lain dari orang yang penuh kasih sayang atau penuh dengan belas kasihan (merciful, full of pity). Bagi Sebagian orang, hal itu biasa saja, sekedar memberi maaf, tetapi “murah hati” itu melebihi akan hal itu, karena sikap itu bersumber dari bela rasa yang sudah menjadi sifat atau motivasi dasar kehidupan seseorang.
Ungkapan Yesus dalam Matius 5:7: Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan, merupakan ajaran moral yang bersumber dari dalam diri-Nya sendiri. Artinya Ia ingin agar para murid memiliki sifat/karakter tersebut. Jika kita kaitkan dengan Yohanes 3:16 – walau di situ digunakan istilah “kasih” (yun. agape), namun kita bisa memahami bahwa sifat penuh kasih sayang itu adalah motivasi dasar dari inkarnasi atau rencana penebusan dosa, dan itu sifat ilahi yang tidak bisa dipisahkan dari diri Yesus, Tuhan yang menjadi manusia, atau dalam konteks Matius, dikenal juga sebagai Guru.
Jadi “murah hati” atau penuh kasih sayang itu suatu sifat yang diwujudkan atau bersifat operatif, tidak bisa ditutupi/disembunyikan, tidak bisa ditunda, tidak bisa dibuang, tidak bisa digantikan dalam arti berpura-pura tidak sayang atau tidak mengasihi. Orang yang “murah hati” itu raut wajahnya tidak bisa menutupi kedalaman hatinya; malah senyumnya pun tidak bersifat manipulatif, namun juga bukan berarti dia hanya terdorong oleh rasa kasihan atau iba; melainkan sesuatu yang lebih dari itu, yaitu kasih sayang atau kemurahatian itu sendiri.
Mengapa demikian? Sebab ada orang yang tidak kuat menanggung bebannya. Orang yang murah hati itu menjadikan beban saudaranya sebagai bebannya. Ada orang yang tidak bisa melepaskan diri dari tekanan. Orang yang murah hati akan berjuang melepaskan tekanan yang menimpa saudaranya itu. Ada orang yang tidak mampu mencukupkan kebutuhannya. Orang yang murah hati akan memberi apa yang ada padanya tanpa takut milik kepunyaannya habis. Ada orang yang tidak memahami kesalahannya sendiri. Orang yang murah hati itu akan memberi pengampunan, jauh melebihi kata maaf. Ini yang dilakukan Yesus, sehingga nas ini dapat dibandingkan juga dengan Matius 25:35-36.
Intinya, orang yang murah hati itu akan berusaha sekuat tenaganya, sedaya mampunya, dengan segala sesuatu yang dimilikinya, untuk memberi yang terbaik kepada saudaranya tanpa pernah meminta apapun sebagai pamrih atau upah.
Itulah sebabnya Yesus katakana: “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan”, karena yang akan ia peroleh adalah kemurahatian Allah. Ajaran Yesus ini bermaksud mengajari kita untuk menempuh jalan kasih sesuai prosedur di jalan Yesus, bahwa kita bertanggungjawab mengerjakan kasih itu kepada semua orang. Sebab dalam “kemurahatian” itu terkandung berkat pengampunan, dan jika pengampunan itu dipahami juga sebagai wujud sifat Allah yang murah hati, maka dengan memberi pengampunan atau menunjukkan kemurahan hati, kita memperoleh kesempatan membagi berat yang tidak pernah disangkakan banyak orang. Itulah sebabnya bagi Yesus, berbahagialah mereka yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Karena “mengampuni” sebagai tindakan Yesus yang bersumber dari sifatnya yang penuh kasih sayang/murah hati itu juga ditunjukkannya di Salib dengan memberi pengampunan dosa kepada semua umat manusia.
Jadi tunjukkanlah kemurahatian kepada semua, sebab dengan melakukannya, kita membagi berkat TUHAN kepada semua orang. Tuhan memberkati dan menguduskan kita dalam hidup dan kerja dengan semua orang. Amin
ELTOM
29 Mei 2023
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
TALITA KUM
(Markus 5:35-43) Oleh. Pdt. Elifas Tomix Maspaitella PROKLAMASI KEMESIASAN YESUS Injil Markus, sebagai injil tertua yang ditulis antara ta...
-
Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Paduan Terompet Jemaat Rumahtiga di Rohua, Januari 2009 A. Perspektif Ibadah merupakan suatu aktifitas agama ...
-
Oleh. Elifas Tomix Maspaitella [Materi Ibadah Keluarga Perangkat Pelayan Jemaat Rumahtiga, 17 September 2013] Pengantar Tulisan ini...
-
Mazmur 34:16, 17 – Tafsir dan Rekritik Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. Berawal dari paradigma ‘serba dua’ Saya memberi judul di...
No comments:
Post a Comment