Oleh. Elifas Tomix Maspaitella
[Materi
Ibadah Keluarga Perangkat Pelayan Jemaat Rumahtiga, 17 September 2013]
Pengantar
Tulisan ini bertujuan untuk
mengkaji beberapa bahan Alkitab tentang persembahan/kolekta, guna memberi
pemahaman yang relevan sehingga terdapat pula praktek memberi persembahan yang
benar dari Jemaat. Sebab itu saya akan mengkajinya dengan melihat pada [1]
pengertian dasar persembahan; [2] bentuk-bentuk persembahan; [3] motivasi
memberi/membawa persembahan. Tiga aspek ini akan dikaji dari dasar-dasar
Alkitab [PL dan PB], sambil merefleksikan cara memberi yang selama ini
diterapkan dalam praktek ibadah dan bergereja kita.
1. Pengertian
Dasar Persembahan
Persembahan adalah sesuatu [in natura] yang diberikan kepada
seseorang sebagai bentuk ketaatan pada hukum atau pemberian secara sukarela
sebagai hadiah atau guna membantu meringankan beban orang lain [pemberian
sukarela/sukacita].
Ketika istilah ini dijadikan bagian
dari ritus agama, termasuk Kristen atau Gereja, maka pihak yang kepadanya
persembahan itu diberikan adalah TUHAN
dan melalui imam Bait Allah/gereja, ditujukan pula kepada para imam itu sendiri
dan orang-orang miskin. Dari pengertian itu maka persembahan itu adalah sesuatu
yang kita persiapkan secara khusus, dan dibawa ke rumah TUHAN untuk
dipersembahkan/diberikan kepada TUHAN sebagai tanda terima kasih, ucapan
syukur, permohonan [nazar], permohonan pengampunan dosa, dan korban
keselamatan.
Persembahan dibawa ke rumah TUHAN
[Bait Allah] ---atau ke dalam ibadah jemaat---sebab umat percaya bahwa Allah
hadir di tengah-tengah umat dan melalui kehadirannya ia menerima segala
persembahan jemaat sambil memberi kepada mereka pengampunan dosa, jaminan
keselamatan, atau berkat sesuai dengan permohonan mereka.
Dalam hal ini, imam menjadi
pengantara, untuk membawa doa permohonan umat yang memberi persembahan, dan
mempersembahkan kepada TUHAN segala persembahan umat itu. Jadi peran imam sangat
besar dalam hal ini.
2. Bentuk-bentuk
Persembahan
Saya tidak akan mengutarakan
bentuk-bentuk persembahan dalam tradisi Yahudi [PL] secara detail. Namun akan
lebih fokus pada bentuk-bentuk yang lazim dipraktekkan di GPM, yang sebenarnya
berakar pula dari PL atau tradisi Yahudi itu sendiri. Bentuk-bentuk persembahan
yang lazim dipraktekkan di GPM ialah persembahan syukur [kolekta],
persepuluhan, ulu hasil, nazar, sumbangan sukarela/wajib.
a.
Persembahan Syukur [Kolekta]. Bentuk ini adalah bentuk
persembahan yang diberikan secara rutin oleh jemaat baik dalam ibadah di gereja
maupun ibadah di rumah-rumah jemaat secara bergiliran. Apa pun jenis ibadahnya,
persembahan syukur merupakan bentuk persembahan utama, dalam arti tidak boleh
tidak ada. Sebab secara liturgis, persembahan syukur [thanks givings/offerings] ini adalah pernyataan syukur jemaat atas
berkat keselamatan atasnya yang terjadi semata-mata oleh kasih karunia TUHAN.
Sebuah pemberian terbesar yang diperoleh umat secara cuma-cuma.
Sebab itu, kolekta atau persembahan syukur yang diberi dalam setiap ibadah
jemaat merupakan respons terima kasih atas berkat keselamatan yang bersumber
hanya dari TUHAN. Dengan memberi kolekta umat
sadar dan mengaku bahwa, ‘kami berdosa dan sepantasnya dihukum, tetapi kasih
karunia TUHAN-lah yang menyelamatkan kami’, oleh sebab itu, kolekta merupakan bentuk ungkapan terima
kasih dan syukur.
Dalam tradisi Yahudi, jenis
persembahan ini harus dibawa ke altar di Bait Allah dalam Ruang Maha Kudus, dan
diserahkan kepada imam. Motivasi ini yang juga menjadi motivasi kita memberi
persembahan [kolekta]; setiap kali
kita datang kepada TUHAN dalam ibadah.
Namun dalam tradisi GPM, ada dua
cara memberi kolekta. Pertama, dalam ibadah-ibadah di
rumah jemaat, kolekta langsung diberi
dengan jalan diletakkan di dalam piring
kolekta/nazar yang telah disediakan oleh keluarga di mana ibadah
berlangsung di rumah mereka. Piring kolekta/nazar bukanlah piring yang biasa
digunakan untuk makan sesehari. Ini adalah piring, atau wadah lain, yang sudah
dikhususkan, dan biasanya ada di meja sumbayang
keluarga itu.
Hal ini bermakna bahwa, jemaat GPM
terpola secara teologis dan liturgis guna menyediakan bagi persembahan, suatu
tempat yang telah dikhususkan/dikuduskan; dan wadah itu dipandang berbeda
[sakral] dibandingkan wadah serupa yang digunakan sebagai peralatan rumah
tangga sesehari. Di rumah-rumah jemaat, yang masih menjadikan meja sumbayang
dan piring nazar sebagai kelengkapan khusus rumah tangga, maka uang yang
diperuntukkan bagi kolekta seisi keluarga, diletakkan di dalam piring nazar di
meja sumbayang. Setiap kali siapa pun dalam rumah itu hendak pergi beribadah,
ia akan mengambil uang di dalam piring nazar itu sebagai kolektai-nya. Ada nilai kekudusan di situ. Dengan demikian uang
guna persembahan syukur/kolekta itu
adalah uang yang sudah dipersiapkan sejak awal atau telah diangkat secara
khusus sebagai kolekta.
Hal ini penting, sebab kolekta sebagai persembahan keselamatan
sudah harus didoakan terlebih dahulu sebelum kita membawanya sebagai
persembahan kepada TUHAN. Dengan mendoakannya terlebih dahulu, kita sadar bahwa
setiap hari kita hidup hanya karena kasih karunia TUHAN. Dan setiap hari kita
berterima kasih kepadaNya.
Bentuk kedua adalah kolekta yang kita beri
dalam ibadah Minggu atau ibadah khusus lainnya, memiliki makna yang sama. Hanya
cara kita memberi yang berbeda. Di dalam ibadah Minggu, kolekta jemaat dikumpulkan oleh petugas yang disebut kolektan/kolektanten. Mereka adalah
pelayan khusus bait Allah yang bertugas mengumpulkan persembahan keselamatan
jemaat untuk dibawa ke altar maha kudus. Secara dasariah, mestinya umat yang
membawa sendiri persembahan mereka ke altar atau dalam ruang maha kudus kepada
TUHAN melalui imam. Hanya dalam tradisi Protestan hal ini dilakukan sebab pusat
ibadah Protestan adalah pada pemberitaan firman, dengan pemusatan pada mimbar.
Sedangkan altar itu disimbolkan melalui meja persembahan syukur, yang di
atasnya seluruh persembahan umat diletakkan.
b.
Persepuluhan, Ulu Hasil dan Nazar. Hal ini telah dijelaskan dalam
tulisan saya yang telah dibagikan pada beberapa waktu lalu. Karena itu saya
tidak akan mengulanginya. Namun bahwa, jenis persembahan ini adalah juga
persembahan wajib yang harus diberikan umat kepada TUHAN. Dalam prakteknya,
biasanya di depan pintu gereja ada satu peti yang dikhususkan untuk persembahan
khusus jemaat. Pada peti itu umat bisa meletakkan persepuluhan atau ulu hasil
[di kota atau jemaat-jemaat pedesaan pun saat ini sudah dalam bentuk uang] atau
nazar mereka. Khusus mengenai nazar, biasanya uang pergumulan khusus keluarga
atas suatu masalah tertentu, yang digumuli bersama dengan Pendeta atau Majelis
Jemaat atau oleh keluarga itu sendiri, biasanya dapat diletakkan dalam peti
tersebut. Termasuk di dalam nazar itu adalah uang persembahan ibadah pengucapan
syukur seperti syukur Ulang Tahun, Kenaikan Kelas, batu pengalasan rumah,
syukur masuk rumah baru, lulus ujian, mendapat kerja, sembuh dari sakit; karena
itu jenis pemberian ini sesungguhnya dibawa sendiri oleh jemaat ke rumah TUHAN
dan diserahkan sendiri/langsung kepada TUHAN. Dengan demikian, jemaat yang
memberi persembahan adalah jemaat yang datang beribadah supaya ia/mereka
berjumpa langsung dengan TUHAN dan memberikan persembahannya.
c.
Persembahan/Sumbangan Sukarela/Wajib. Ini pun adalah bentuk persembahan
syukur sebagai wujud jemaat menopang pekerjaan pelayanan di rumah TUHAN atau
pekerjaan pembangunan rumah TUHAN. Dalam praktek di GPM, persembahan ini berupa
iuran jemaat atau tanggungan keluarga, atau persembahan lainnya dalam bentuk
Peti Persembahan Khusus yang diperuntukkan bagi suatu program pelayanan gereja
seperti untuk Persidangan Jemaat, Bantuan Korban Bencana Alam, Sehari Berkorban
Untuk Pekabaran Injil, Peti Khusus Pembangunan dan/atau Pemeliharaan Gedung
Gereja, dll.
Jenis-jenis persembahan ini
merupakan respons terima kasih jemaat atas berkat-berkat yang diperolehnya, dan
dari berkat itu mereka menjadi saluran berkat bagi orang lain, serta menopang
tugas-tugas pelayanan gereja yang kudus di muka bumi. Intinya adalah segala
berkat dari TUHAN digunakan bukan untuk diri sendiri melainkan untuk
meringankan beban orang lain pula [Galatia 6:1-10] dan guna pembangunan rumah
TUHAN [Ezr. 2:68].
3. Motivasi
Memberi/Membawa Persembahan
Dalam teks-teks Alkitab,
persembahan syukur itu diberikan umat harus disertai dengan sukarela atau
sukacita. Teks 1 Tawarikh 29:9 menggambarkan bagaimana umat memberi persembahan
mereka dengan sukarela atau sukacita guna menopang pembangunan Bait Allah.
Alasan teologis dari aspek sukarela atau sukacita ini ada dalam 1 Tawarikh
29:14 ‘sebab siapakah aku ini dan siapa
bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini?
Sebab dari pada-Mulah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan
yang kami berikan kepada-Mu’. Hal ini menegaskan bahwa aspek sukacita atau
sukarela merupakan dorongan dalam memberi persembahan kepada TUHAN karena
segala berkat itu bersumber dari-Nya. Dan Ia memberi berkat kepada kita oleh
sebab ia memedulikan kita sebagai umat kesayangan-Nya. Artinya orang yang
memberi persembahan dengan sukarela adalah orang yang percaya bahwa ia mendapat
kasih sayang/kasih karunia dari TUHAN.
Aspek sukacita berikutnya
ditegaskan dalam 2 Kor. 9:7-9. Teks ini menarik disimak:
97Hendaklah masing-masing
memberikan menurut kerelaan hatinyam hangan dengan sedih hati atau karena
paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.8Dan Allah sanggup
melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa
berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai
kebajikan.9Seperti ada
tertulis:
“Ia membagi-bagikan
kepada orang miskin,
Kebenaran-Nya tetap
untuk selamanya.”
Dari teks itu tergambar jelas
bahwa, motivasi memberi persembahan syukur adalah sukacita. Dan karena berkat
itu bersumber dari TUHAN [1 Taw. 29:14], maka orang yang memberi persembahan
dalam bentuk apa pun, tidak akan pernah berkekurangan; malah orang miskin
sekalipun. Yesus menunjukkan hal itu dalam meresponi persembahan seorang ibu
Janda. Bahwa ia telah memberi dari apa yang ada padanya, bukan dari apa yang
tidak ada padanya. Artinya, TUHAN memberi sesuatu kepadanya, dan ia memberi
dari yang diberikan TUHAN kepadanya pula [baca. Mark. 12:41-44]. Jadi tidak ada
penetapan besaran persembahan syukur [kolekta]
yang wajib diberikan umat sebagai persembahan keselamatannya. Artinya, setiap
orang wajib memberi persembahan keselamatan kepada TUHAN sesuai dengan apa yang
ada padanya. Sebab jika ia memaksakan diri, maka persembahannya tidak tulus,
dan mungkin dari hasil rampasan/mencuri. Itu tidak kudus. Jika ia memberi
dengan sedih hati, maka ia mengikatkan dirinya kepada uang dan bukan pada kasih
karunia TUHAN. Memberi dengan sedih hati, berdampak pada tindakan membohongi
TUHAN [bnd. Kisah Ananias dan Safira, Kisah 5:1-11].
Dengan didasarkan pada sukacita,
maka dari setiap pemberian atau persembahan syukur kita, kepada kita diberikan
yang lebih berkelimpahan, bukan hanya dalam hal material tetapi lebih penting
dalam hal kebajikan/hikmat [2 Kor. 9:8]. Artinya jemaat yang memberi
persembahan syukur adalah jemaat yang gemar melakukan perbuatan baik, jujur,
penuh hormat kepada TUHAN, mencintai pekerjaan dan usahanya dan tidak
melakukkan hal yang salah dalam bekerja atau berusaha, serta mengasihi orang
lain dan gemar menopang pekerjaan pembangunan gereja/umat.
[Rumahtiga, 18/9-2013 – rumah Dkn.
V. Pattikawa]
7 comments:
Salut sangat bermanfaat untuk semua umat lain mengerti bagaimana persembahan dan doa persembahan kristen
Syalom bapak/Ibu Pendeta,
Bolehkah saya memperoleh sumber referensi yang digunakan dalam penulisan blog ini? Terimaksih..
Shalom bapak/i...
Minta maaf sebelumnya kalau pertanyaan saya tidak sesuai nanti, tapi saya hanya ingin tau aja...
Yang mau saya tanyakan adalah tentang persembahan/ kolekta jemaat saat ibadah.
Apakah persembahan yang dikumpulkan jemaat boleh dipakai untuk...contohnya untuk keperluan natal dll...? Kedua. Apakah persembahan yang sudah di berikan oleh jemaat bisa di pakai oleh pendeta/hamba Tuhan?
Nomor WA saya 081343451221
Shallom ..ijin bertanya. apakah boleh kolekte/persembahan tidak di doakan?bagaimana tentang penyebutan gereja ? Gereja sebagai rumah ibadah atau gereja sebagai rumah rohani ???
Post a Comment