1 Timotius 1:18-20
[Pdt. E.T. Maspaitella]
HaNura, Hati Nurani yang dimaksudkan di sini bukan nama sebuah partai politik peserta Pemilu 2009. HaNura di sini adalah suatu kaidah etik injili yang dituntut Paulus dari Timotius dalam melaksanakan tugas kesaksian yang dipercayakan kepadanya (ay.18, lihat juga ay.5).
Tidak jelas tentang ‘perjuangan yang baik’ dalam teks ini. Tetapi Paulus menegaskan kepada TImotius bahwa perjuangan itu bisa dilaksanakan dengan iman dan hati nurani yang murni. Apa maksudnya? Iman dan hati nurani yang murni, merupakan syarat-syarat etik tentang dasar dari perilaku dan tanggungjawab manusia di dalam dunia.
Ketika hal itu ditegaskan kepada Timotius, karena Timotius berhadapan dengan situasi masyarakat yang kerap mengembangkan cara-cara hidup yang tidak benar, seperti menuruti ajaran-ajaran sesat, laksana dongeng nenek tua. Alasan lain pentingnya iman dan hati nurani yang murni, karena di dalam jemaat/masyarakat ada orang durhaka, orang lali, orang fasik, orang berdosa, orang duniawi, pembunuh bapa dan ibu, orang cabul dan pemburit, penculik, pendusta (lht. ay.9-10).
Iman menjadi penting agar Timotius tetap pada keyakinan yang telah dianutnya, yakni percaya kepada Yesus. Sebab dongeng-dongeng yang dimaksudkan di sini adalah ajaran-ajaran sesat dan berbagai aliran filsafat yang selalu mempertentangkan kuasa Tuhan. Karena itu, tugas Timotius digambarkan dalam kata ‘perjuangan’. Ia berhadapan dengan tugas yang berat, dan tantangan yang tidak kecil. Tantangan dari ajaran-ajaran itu memberi masalah tersendiri bagi eksistensi gereja yang baru dibentuk Paulus.
Selain itu, perlunya hati nurani yang murni, karena masyarakat telah mengalami krisis perilaku yang sangat tajam. Orang-orang bermoral baik sudah sangat langka dalam jemaat/masyarakat. Karena itu, tugas Timotius adalah untuk mengubah kecenderungan perilaku itu. Dengan demikian perlunya hati nurani yang murni semata-mata agar Timotius tidak terjebak ke dalam rupa-rupa pengaruh itu. Sebab lingkungan bisa menjadi faktor pengaruh yang besar terhadap perilaku umat.
Dua sikap itu berkali-kali ditekankan Paulus kepada Timotius sebagai bukti bahwa ancaman krisis perilaku sudah sangat parah dalam hidup masyarakat itu. Krisis perilaku itu menjadi ancaman serius kepada semua orang. Sebagai orang muda yang masih cenderung emosional, Timotius diingatkan untuk memiliki iman dan hati nurani yang murni itu agar ia tetap tampil sebagai orang muda yang setia.
Dimensi kesetiaan dalam hal konsistensi pada perilaku etis yang baik adalah kebutuhan kita dewasa ini, terutama di kalangan generasi muda. Gereja diharapkan bisa membentuk mentalitas pemudanya agar mereka bisa berjuang dalam menghadapi krisis perilaku itu sebagai orang kristen yang baik.
Amin
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
TALITA KUM
(Markus 5:35-43) Oleh. Pdt. Elifas Tomix Maspaitella PROKLAMASI KEMESIASAN YESUS Injil Markus, sebagai injil tertua yang ditulis antara ta...
-
Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Paduan Terompet Jemaat Rumahtiga di Rohua, Januari 2009 A. Perspektif Ibadah merupakan suatu aktifitas agama ...
-
Oleh. Elifas Tomix Maspaitella [Materi Ibadah Keluarga Perangkat Pelayan Jemaat Rumahtiga, 17 September 2013] Pengantar Tulisan ini...
-
Mazmur 34:16, 17 – Tafsir dan Rekritik Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. Berawal dari paradigma ‘serba dua’ Saya memberi judul di...
No comments:
Post a Comment