Posts

SAMAKAN LEVEL KASIHMU DENGANKU

Renungan Yohanes 21:15-19 Oleh. Pdt. Elifas Tomix Maspaitella     I.                               MENGENAL ITU LEBIH BAIK   Dialog Yesus dengan Petrus dalam Yohanes 21:15-19 berlangsung sebelum Yesus terangkat ke surga atau sebagai rangkaian terakhir dalam penyataan diri-Nya setelah Paskah. Dialog ini merupakan tahapan transisi kepemimpinan kerasulan yang penting, sebab Petruslah yang mendapat mandat untuk memimpin lembaga kerasulan. Malah pengakuan imannya mengenai Yesus sebagai Mesias adalah kunci dari tindakan Yesus mendirikan gereja-Nya (br. Mat.16:13-20; Mrk.8:27-30; Luk.9:18-21). Pengenalan di antara mereka, Yesus dan Petrus, berlangsung sejak ia dipanggil menjadi murid Yesus. Bahkan Yesus mengenal kondisi psikologis dan emosionalitas Petrus. Berulang kali ia diajak menemani Yesus pada peristiwa-peristiwa khusus, seperti s...

MEMENTO OMNIA – INGATLAH SEMUANYA

Image
  Mengenang dan Memaknai Penderitaan Yesus    Oleh. Pendeta Elifas Tomix Maspaitella       I – PENGANTAR   YESUS adalah tokoh historik. Ia ada di dalam sejarah, dan kehadiran-Nya tidak terbantahkan. Ia bukan hanya dikenang atau diingat, tetapi diimani sebagai Juruselamat, sang penebus dosa di dalam sejarah kemanusiaan. Bukti yang secara dasariah membuat kehadiran-Nya tidak terbantahkan adalah tiga injil sinoptik, Markus, Matius dan Lukas, sekaligus sebagai sumber-sumber historik yang dibaca dalam kacamata yang multidimensional.  Bagi pegiat sejarah, ketiga sumber itu menceritakan keadaan awal Yesus atau suatu masa dalam episode panjang sejarah Yahudi. Karena itu Yesus dan keyahudian adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Para peneliti sosial menjadikan ketiga injil itu sebagai sumber sejarah pergerakan sosial di masa transisi Yahudi dan Romawi serta ketegangan panjang Yahudi di dalam kekaisaran Romawi dan Yunani. Aliran-aliran pemikiran se...

TALITA KUM

(Markus 5:35-43) Oleh. Pdt. Elifas Tomix Maspaitella  PROKLAMASI KEMESIASAN YESUS  Injil Markus, sebagai injil tertua yang ditulis antara tahun 64 dan 70M, setelah rasul Petrus menjalani hukuman sebagai martir (Perin, 1982). Beberapa pakar Perjanjian Baru, termasuk para patriakhi, seperti Eusebius, meyakini Markus sang penulis adalah murid Petrus, atau yang di dalam 1 Petrus 5:13 disebut sebagai anaknya (anak rohani). Artinya dia mendengar langsung cerita Petrus, dan melihat beberapa hal sebagai tanda-tanda keajaiban yang dilakukan Petrus dalam nama Yesus (bd. Bultman, 1963).   Injil ini memuat gambaran mengenai siapa Yesus. Penulis injil ini merekam dengan sangat lengkap kata-kata atau ucapan-ucapan asli Yesus, dan ditulis dengan bahasa yang familiar (Yunani Koine) dan dipakai secara meluas di kalangan orang-orang Yahudi dan Romawi yang berbudaya helenis. Ada pula beberapa kalimat berbahasa Aram sebagai bahasa yang juga populer di kalangan orang-orang Romawi, dan ju...