Posts

Showing posts from May, 2008

Pandangan Dunia yang Ekoetis

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. Pengantar Apa yang kita mengerti tentang pandangan dunia [worldview]? Pertanyaan ini sama tuanya dengan kebudayaan yang dianut masyarakat bahkan lebih tua dari berkembangnya ilmu-ilmu budaya sebagai ilmu yang independen. Sudah sangat lama orang mempersoalkan “mengapa kalau bersin orang selalu mengucapkan “bless you” atau “God Bless you”? Padahal orang lupa bahwa kebiasaan mengucap kalimat itu adalah sesuatu yang dibentuk oleh adanya pandangan dunia tertentu. Konon, kebiasaan itu muncul sebagai akibat dari adanya takhyul yang muncul di masyarakat Amerika Serikat, bahwa kalau kita bersin, jiwa kita melayang keluar dari badan, dan jika kita tidak diberkati TUHAN, kita akan dikuasai oleh setan. Seperti itu pun orang-orang Jawa memahami lafal “tulak sawan” sebagai ucapan “berkat” jika seseorang bersin. Persoalan serupa akan terlihat juga di Maluku, yaitu orang akan mengucapkan “salamat” yang kini disertai dengan keterangan waktu seperti “salamat pagi”, “s

Konteks Teologi-Transaksional:

“Komunikasi Injili di Pasar yang Problematis” Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. FENOMENA KONTEKS Ada kesulitan tertentu dalam menterjemahkan dua realitas pasar, yaitu realitas pasar kaget yang bertumbuh di Ambon semenjak konflik sosial, atau realitas anak-anak yang berjualan di Kota Ambon dan realitas anak-anak yang berjualan di Jemaat-jemaat di Klasis GPM Taniwel. Ada dua fenomena yang penting, yaitu: Pertama, membaca realitas di pasar kaget sebagai suatu realitas polarisasi, di mana masyarakat sudah terkonstruksi ke dalam domain-domain pasar yang homogen, yaitu terbentuknya pasar dalam satu komunitas beragama tertentu, dan bahwa jika terjadi pembaruan di dalam pasar-pasar seperti itu, maka komunikasi itu berlangsung secara transaksional, dalam arti sekedar melakoni aktifitas “tawar-menawar” harga barang. Pasar sudah menjadi salah satu ruang perjumpaan publik di Ambon yang tidak terdistorsi oleh konflik sosial Ambon (1999-2002) tersebut. Kedua, ada suatu fenomena berjualan yang dilako

MANUSIA MALUKU DALAM KERANGKA FILSAFAT KEBUDAYAAN DAN TEORI SOSIAL

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella A. Pengantar Umum Saya memberi topik pada bahasan ini yakni “Manusia Maluku dalam Kerangka Filsafat Kebudayaan dan Teori Sosial” agar dapat memetakan soal-soal mendasar seputar manusia secara akademis dan ontologis. Memang terdapat kerumitan tersendiri untuk mengelaborasi gambaran sketsa kebudayaan Maluku secara mendasar, sebab prinsip utama dalam studi kebudayaan mengasumsikan bahwa tidak ada satu masyarakat pun yang mono-culture. Artinya tidak ada budaya tunggal di dalam suatu komunitas yang luas. Semisal itu, maka di Maluku, yang kita kenal bukanlah budaya Maluku, melainkan budaya masyarakat Maluku. Mendefenisikan “budaya Maluku” berarti bertolak dari asumsi bahwa ada suatu corak berbudaya yang kita klaim sebagai budaya Maluku. Padahal realitas sub-kultur di Maluku akan menghadapkan kita pada puncak budaya sub-kultur mana yang kemudian kita namai budaya Maluku itu sendiri. Karena itu, sketsa filosofi kebudayaan membantu kita untuk mengenal segala energ

Manusia dalam Diskursus Filsafat

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Pengantar: Ulasan ini adalah suatu analisa kefilsafatan yang coba dikemukakan sebagai suatu inferensi (kesimpulan) dan deskripsi – dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan filosofis yang kaya makna dan sarat kandungan keilmuannya. Sebagai sebuah ulasan kefilsafatan, saya mencoba membangun suatu klarifikasi filsafati dengan melihat pada aspek ontologi, epistemologi dan aksiologi sebagai tiga aspek pokok dalam setiap telaahan filsafat. Artinya jalan berpikir di sini adalah sebuah sketsa pemikiran yang disusun sebagai hasil kerja penalaran (ratio) di dalam jalan pemikiran filsafat itu sendiri; apa yang disebut sebagai suatu jalan berpikir metodis, yaitu jalan berpikir keilmuan yang diproses dan dihasilkan dengan carakerja yang tertanggungjawab, baik dari sisi rasio maupun teknis analisis, pengujian, dan pemuktiannya. [1] 1. Manusia sebagai Homo Sapiens Homo Sapiens, makhuluk berpikir, merupakan esensi menjadi manusia (being human). Aguste Rodin (1840-1917