Lukas 3:10-14
Oleh. Elifas Tomix Maspaitella
K
|
isah
dalam Lukas 3:10-14 merupakan bagian dari kesaksian Yohanes Pembaptis. Tokoh
ini penting di zamannya, dan juga di zaman kita untuk memahami bahwa menyambut
kedatangan TUHAN itu memerlukan pertobatan dan pemahaman yang mendalam tentang
ajaran-ajaran TUHAN yaitu ajaran tentang hidup baik dan berkualitas. Ia datang
guna mempersiapkan kedatangan Mesias. Ajaran-ajarannya bertujuan agar umat
mempersiapkan hidup bagi kedatangan mesias.
Ajaran
Yohanes Pembaptis dalam injil yang kita baca ini, menegaskan beberapa hal
penting, antara lain:
Pertama,
pentingnya berbagi agar tercipta keseimbangan. Dalam hal berbagi diperlukan
kepedulian dan pengorbanan. Contoh dalam ay.11, soal memberi baju dan pakaian
kepada yang tidak mempunyai baju dan makanan, menjurus pada upaya menjaminkan
hidup orang lain. Sebab hal tidak mempunyai baju dan pakaian adalah gambaran
kemiskinan; dan bahwa orang yang telanjang dan lapar itu seakan sudah berada di
ujung kematian. Jika kita yang memiliki kelebihan itu bisa berbagi dengan
mereka, sudah tentu mereka hidup dalam arti tidak mati. Dan apa yang kita
dapati? Jawabannya ialah kebahagiaan karena sudah menyelamatkan hidup sesama.
Pada
ay.12, pertanyaan para pemungut cukai dijawab Yohanes untuk menegaskan nilai
keadilan dan kejujuran. Ini penting untuk melawan perilaku pemerasan atau
korupsi berlebihan dengan menekan orang kecil. Para pemungut cukai adalah
kelompok orang yang tidak puas dengan gaji atau upah mereka sendiri. Sebab itu
mereka menarik pajak yang tinggi, melebihi standar resmi. Kelebihan itu tidak
disetor ke kantor cukai melainkan digunakan untuk diri sendiri. Yohanes
mempersoalkan hal itu sebagai tindakan yang tidak baik, sebab itu ia melarang
mereka melakukannya. Dengan kata lain, mereka bisa hidup dari upah yang sudah
ditentukan kepada mereka tanpa merampas milik orang lain secara paksa. Jadi
jangan ingin sesuatu yang lebih apalagi karena itu kita harus merampas milik
orang lain.
Sedangkan
pada ay.14, ketika yang datang adalah para prajurit, maka Yohanes Pembaptis
menganjurkan mereka untuk tidak boleh merampas dan memeras, apalagi jika itu
harus dilakukan dengan pengerahan kekuatan atau kekerasan. Para prajurit
dianjurkan puaskan diri dengan gaji yang ada. Ini pelajaran yang berharga,
sebab setiap orang digajikan menurut kerjanya. Sebab itu kita tidak perlu
melakukan pekerjaan yang tidak ditentukan kepada kita. Kerjalah saja sesuai
dengan tugas yang dipercayakan untuk kita.
Pada
ajaran-ajaran ini, Yohanes Pembaptis mau supaya orang-orang yang mengikutinya
menyadari bahwa mereka sebenarnya sudah mendapatkan berkat yang terbaik sesuai
dengan kadar profesi dan tanggungjawab masing-masing. Itu adalah cara TUHAN
memelihara mereka. TUHAN juga memelihara orang lain dengan caraNya, dan melalui
pekerjaan atau keadaan hidup masing-masing.
Baiklah
kita memuaskan diri dengan apa yang ada, sebab yang paling penting adalah
mempersiapkan hati. Setiap kali kita berjumpa dengan TUHAN, karena itu
mempersiapkan hati dan hidup kudus jauh lebih penting daripada memuaskan diri
dengan harta duniawi yang tidak kekal sifatnya.
Upaya
kearah itu juga penting menjadi perhatian gereja karena apa pun yang terjadi, kita dituntut menjadi
teladan dalam berbuat baik. Mengapa demikian? Kita bertugas mendewasakan seisi
rumah tangga. Dan jangan lupa bahwa anak kita berpola dari diri orang tuanya.
Bersamaan
dengan itu, ternyata suka sekali tergoda, baik oleh kekuasaan, jabatan,
kedudukan, uang, atau harta benda lain yang memberi kepuasan sesaat. Di situlah
makanya kita perlu meningkatkan kualitas spiritual sebagai laki-laki gereja
agar kita tidak mudah terjebak dalam kenikmatan dunia, dan membuat kita tidak
pernah puas dengan apa yang sudah kita miliki selama ini.
Kecenderungan
tidak pernah puas itu adalah sumber godaan yang dapat meruntuhkan spiritualitas
kristen. Spiritualitas kristen itu harus selalu merasa cukup dengan apa yang
ada, sebab itu adalah pemberian TUHAN. Bahwa TUHAN tahu kadar kemampuan kita
mengelolah berkat yang telah IA berikan. Jika kita tergoda dengan rasa puas,
dan terjebak untuk juga mengambil milik orang lain, kita mengabaikan TUHAN yang
tetap ada bersama kita.
Spiritualitas
kristen mengajarkan bahwa di saat kita bekerja atau berusaha, TUHAN ada dan ia
selalu akan memberi kepada kita kuasaNya yang menuntun untuk melakukan
kebaikan. Cukuplah dengan apa yang dimiliki, karena itu yakinlah bahwa itu
bagian pemberian yang kudus dari TUHAN. Itulah berkat. Amin!