Kata Pengantar
Jemaat yang dikasihi
dalam Yesus Kristus, Putra Natal!
Dengan
memiliki dan menggunakan Buku kecil ini, kita dimintakan untuk meresapi dan
merenungi makna adventus dan perayaan Natal Kristus tahun 2013 sebagai sebuah
sukacita iman yang tidak henti-hentinya dialami. Memang Natal itu adalah kisah
perjumpaan abadi antara TUHAN dengan manusia. Natal berintikan komunikasi
langsung antara TUHAN dengan manusia. Sebuah komunikasi yang mengandung pesan
sederhana namun abadi, yaitu ‘IMANUEL – Allah beserta kita”.
Majelis
Jemaat GPM Rumahtiga kembali menyediakan buku Renungan ini, untuk meningkatkan
aktifitas Rumah Doa, sebagai salah satu kegiatan utama Pembinaan Keluarga yang
telah kita canangkan sejak tahun 2011 yang lalu. Kali ini, selain memuat 32
Renungan Musim Natal, juga memuat Liturgi Harian untuk menjadi pedoman
pelaksanaan Rumah Doa dalam setiap rumah tangga.
Karena
itu, sambil bersyukur kepada Yesus Kristus Putra Natal, kami berdoa agar Buku
Kecil ini memberi manfaat besar dalam wujud bertambahnya sukacita di setiap
rumah tangga, dan kuasa TUHAN berkenan meneguhkan tiap pergumulan setiap rumah
tangga selama musim Natal 2013 ini.
Kasih
dan karunia dari Yesus Kristus Putera Natal menjadi milik kita. Maka biarlah
kita “MEMULIAKAN ALLAH DAN JADILAH BERKAT DI BUMI”.
Rumahtiga, 29 November 2013
Ketua Majelis Jemaat
Pdt. Elifas Tomix Maspaitella
iii
|
ii
|
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
1.
Minggu, 01 Desember 2013
Janji yang
Ditepati [Yeremia
33:14-16]
2.
Senin, 02 Desember 2013
Oh Gembalaku [Yeremia 23:1-4]
3.
Selasa, 03 Desember 2013
Hidup Tenteram, Itu Obat [Yeremia 23:5-6]
4.
Rabu, 04 Desember 2013
Kado dari TUHAN [Yeremia 23:7-8]
5.
Kamis, 05 Desember 2013
Lakukanlah Keadilan [Yeremia 22:1-3]
6.
Jumat, 06 Desember 2013
Teruslah Melakukan yang Baik [Yeremia 22:4-7]
7.
Sabtu, 07 Desember 2013
Percaya Kepada Allah Saja [Yeremia 22:8-9]
8.
Minggu, 08 Desember 2013
Anak-anak Siang [1 Tesalonika 5:1-11]
9.
Senin, 09 Desember 2013
Saling Memberi Salam [2 Tesalonika 3:16-18]
10. Selasa,1
0 Desember 2013
Salam dengan Cium Yang Kudus [2 Korintus 13:11-13]
11. Rabu,
11 Desember 2013
Waspadalah [Lukas 12:35-39]
12. Kamis,
12 Desember 2013,
Hamba Yang Naik Kelas [Lukas 12:40-46]
13. Jumat,
13 Desember 2013
Jangan Tinggal Diam [Lukas 12:47-48]
14. Sabtu,
14 Desember 2013
Hati-hati Terhadap Perpecahan [Lukas 12:49-53]
15. Minggu,
15 Desember 2013
Iman dan
Kesejahteraan [Mazmur
122:1-9]
16. Senin,
16 Desember 2013
Introspeksi Iman [Mazmur 123:1-4]
17. Selasa,17
Desember 2013
Jikalau Bukan
TUHAN [Mazmur 124:1-8]
18. Rabu,
18 Desember 2013
Buah dari
Percaya [Mazmur
125:1-5]
19. Kamis,
19 Desember 2013
Saat TUHAN
Pulihkan Kita [Mazmur
126:1-3]
20. Jumat,
20 Desember 2013
Menabur Sambil Berjalan Maju [Mazmur 126:4-6]
21. Sabtu,
21 Desember 2013
Miringkan TelingaMu, TUHAN [Mazmur 130:1-8]
22. Minggu,
22 Desember 2013
Kemuliaan TUHAN [Mazmur 19:2-7]
23. Senin,
23 Desember 2013
Berpegang Pada TUHAN [Mazmur 19:8-15]
24. Selasa,
24 Desember 2013
Bijaksana, Adil dan Beribadah [Titus 2:11-15]
25. Rabu,
25 Desember 2013
Benar, Dia Lahir [Lukas 2:8-20]
26. Kamis,
26 Desember 2013
Saat ‘Ku Dibaptis [Markus 1:9-11]
27. Jumat,
27 Desember 2013
Akulah… [Yohanes
1:19-23]
28. Sabtu,
28 Desember 2013
Dia Lebih, Dibandingkan Aku [Yohanes 1:24-28]
29. Minggu,
29 Desember 2013
Semua Pujilah TUHAN [Mazmur 148:1-14]
30. Senin,
30 Desember 2013
Senangkan Hati TUHAN [Mazmur 147:7-11]
31.
Selasa,
31 Desember 2013
Semua Karena TUHAN [Pengkhotbah 8:9-17]
32.
Rabu,
1 Januari 2014
Semuanya Baru [Wahyu 21:1-6]
33.
Liturgi
Harian:
1.
Liturgi
Hari Minggu
2.
Liturgi
Hari Senin
3.
Liturgi
Hari Selasa
4.
Liturgi
Hari Rabu
5.
Liturgi
Hari Kamis
6.
Liturgi
Hari Jumat
7.
Liturgi
Hari Sabtu
32Renungan Musim Natal 2013
Penulis: Eltom246
Minggu,
01 Desember 2013 Jemaat
GPM Rumahtiga
|
|
Janji Yang
Ditepati
[Yeremia 33:14-16]
S
|
ebuah
syair yang indah berbunyi begini: ‘Janji yang manis, Kau tak dilupakan….”.
Syair itu adalah tembang rohani yang abadi, sebagai lukisan maha sempurna
tentang betapa TUHAN itu adil memperlakukan umatNya. Jika kita merefleksikan
hubungan kita dengan TUHAN, maka kita akan menemukan satu rahasia kecil, yaitu
hubungan indah ini terjadi karena TUHAN yang berinisiatif mengadakannya.
TUHAN
tidak main-main, ketika mengambil inisiatif untuk berhubungan dengan manusia.
Bukti bahwa IA tidak main-main adalah IA membuat perjanjian luhur dengan
manusia. Dan isi perjanjian luhur itu adalah bahwa IA akan menyelamatkan
umatNya, dan IA akan tetap setia pada janji itu.
Bahkan
ketika manusia melanggar ikatan janji itu, atau ketika manusia melakukan banyak
perkara dosa sekali pun, IA tetap setia, sebab IA tidak bisa menyangkali
diriNya sendiri. Yaitu IA adalah TUHAN.
Teks
kita menegaskan bahwa, oleh karena TUHAN itu setia, maka IA akan ‘melaksanakan
keadilan dan kebenaran di negeri’ [ay.15]. Kalimat ini sederhana namun
mengandung pesan yang sangat kuat. TUHAN melaksanakan keadilan dan kebenaran.
Artinya IA bertindak. Di tengah berbagai praktek ketidakadilan, akibat
penyelewengan hukum dan ketidaktaatan manusia, TUHAN dikabarkan ‘melaksanakan
keadilan dan kebenaran’. IA bukan hanya tidak tinggal diam, melainkan IA
bertindak langsung untuk menunjukkan dan menjaminkan keadilan dan kebenaran di
negeri.
Sebab
itu, manusia harus beriman, bahwa segala perjuangan demi kebenaran dan keadilan,
diperjuangkan bersama-sama dengan TUHAN, yang kita akui sebagai ‘TUHAN keadilan
kita’ [ay.16]. Jadi, percayalah bahwa IA menepati segala yang dijanjikanNya.
Natal adalah wujud TUHAN menepati janjiNya. [etm]
Senin,
02 Desember 2013 Jemaat GPM Rumahtiga
Oh Gembalaku…..
[Yeremia 23:1-4]
Y
|
esus
memberi ilustrasi yang menarik tentang seorang gembala yang baik. Dari sekian
banyak citra dirinya, ada satu yang menarik yaitu, gembala itu mengenal
domba-domba, dan memanggil domba-dombanya sesuai dengan namanya, serta
domba-domba itu mengenal suara gembalanya [baca. Yoh. 10:3-4]. Jadi tidak
mungkin terjadi ‘salah panggel” atau ‘salah kanal’, dan domba juga tidak
mungkin ‘datang salah orang’ atau ‘datang pada gembala yang salah.
Dalam
Teks kita ini. TUHAN mengambil prakarsa baru untuk menyelamatkan umatNya dengan
jalan mengangkat gembala yang baik di tengah mereka. Prakarsa TUHAN ini terjadi
karena umatNya telah hilang arah. Mereka tidak mendapatkan pemimpin yang baik. Sebab
itu, mereka [yang telah terserak], tidak bisa disatukan. Persekutuan di antara
mereka rapuh, karena tidak ada sosok teladan yang dapat mempersatukan mereka
kembali.
Dalam
realitas seperti itu, TUHAN kembali berprakarsa untuk mengagkat gembala yang baik,
agar umatNya tidak tercerai lagi [ay.4]. Tujuan dari prakarsa TUHAN itu ialah
untuk menghimpunkan kembali, dan untuk meningkatkan persekutuan di antara
umatNya.
Ada
proses pemulihan yang TUHAN hendak kerjakan, namun dengan menetapkan gembala
yang baik. Dengan demikian kita diajak untuk tetap menjadi pemimpin yang dapat
diteladani. Mulai dari dalam rumah tangga, setiap suami/papa harus
mempersatukan rumah tangganya. Dalam Jemaat, setiap pelayan [gembala] harus
mengutuhkan ikatan hidup jemaat dan meningkatkan rasa memiliki kepada Gereja
dan panggilan kudus. Dalam masyarakat, para pemimpin harus menjadi gembala yang
baik, supaya persatuan dalam masyarakat terbina sebagai kekuatan untuk terus
maju dan bertumbuh. [etm]
|
Hidup Tenteram, Itu Obat
[Yeremia 23:5-6]
N
|
atal
selalu juga dinamai ‘hari penuh damai’. Natal seakan menghipnotis semua orang,
sehingga tanpa disuruh, semuanya ingin hidup tenang, penuh sukacita, tidak
bertengkar, dan sebagainya. Semua perilaku etik dibenahi, agar menjalani natal
‘deng sagala bae’.
Memang suasana hidup seakan berubah
cepat di masa-masa menjelang dan selama Natal. Itu menandakan bahwa manusia
selalu ingin menjadi baik atau berubah ke arah yang baik. Masa Natal pun selalu
menjadi waktu yang tepat untuk ‘biking bae’ relasi antarmanusia. Dahulu, waktu
‘kawin lari’ masih sering terjadi, waktu baik untuk ‘minta ampong’ adalah masa
Natal. Ringkasnya, semua rasa marah sirna pada saat Natal.
Hidup senang, tenteram itu ternyata
tidak sulit diciptakan. Caranya pun mudah. Yaitu kita harus saling bertemu dan
berkomunikasi. Dengan saling bertemu, kita mengeratkan kebersamaan dan merawat
persekutuan. Sebab itu, pertemuan yang berkualitas adalah pertemuan yang selalu
diciptakan melalui kesediaan untuk terus berjumpa satu sama lain.
Dengan saling berkomunikasi, kita
mempersempit ruang kesalahpahaman dan mengatasi rasa penolakan satu sama lain.
Komunikasi bukan saja proses pertukaran pesan, melainkan juga upaya untuk
saling mengoreksi dan membenahi seorang terhadap lainnya. Upaya untuk saling
memahami kebutuhan dan juga menyepakati tugas-tugas bersama.
Teks kita menegaskan bahwa, seorang
pemimpin yang baik, yang diutus TUHAN ke dalam persekutuan umat [keluarga,
jemaat, masyarakat] akan adalah yang mau terus bertemu dan berkomunikasi dengan
anggota keluarga, jemaat atau masyarakatnya. Di situlah ia telah menciptakan
suasana hidup yang tenteram sehingga persekutuan di antara mereka terawat baik.
Natal adalah masa meningkatkan kualitas pertemuan dan komunikasi antarmanusia.[etm]
Rabu, 04 Desember 2013 Jemaat
GPM Rumahtiga
Kado dari TUHAN
[Yeremia 23:7-8]
K
|
ado
Natal selalu menjadi barang special bagi semua orang. Walau demikian, mungkin
ada orang yang tidak pernah mendapati kado special. Artinya mereka menjalani
Natal dalam situasi yang berbeda dari orang lain. Pendapat ini benar-benar
saja. Tetapi jika kita memahami Natal sebagai sebuah waktu [kairos], atau kesempatan khusus yang
diberi TUHAN kepada semua umat, maka ada sebuah kado istimewa yang diberikan
TUHAN dan dimiliki oleh setiap manusia, siapa pun dan di mana pun ia berada.
Kado itu adalah hidup bersama dalam
satu persekutuan keluarga, jemaat, negeri. Dan itu adalah sebuah waktu [kairos] yang kudus. Di dalam waktu itu
ada banyak kesempatan yang bisa dan harus dimanfaatkan. Dan kesempatan yang
paling baik adalah berdamai, bersekutu, hidup bersama-sama, saling menyayangi
dan saling mengasihi satu sama lainnya.
Sebab itu memang benar, setiap
Natal tiba, kerinduan untuk berkumpul itu begitu tinggi. Anak-anak atau anggota
keluarga yang ada di luar daerah, semuanya diharapkan atau atas maunya, pulang
kembali ke rumah semata-mata karena mereka merasa tidak indah jika Natal
terpisah dari keluarga.
Dalam kaitan itu, Natal sekaligus
merupakan kesempatan untuk berdoa meminta TUHAN mengutuhkan relasi rumah tangga
kita, mengutuhkan dengan jalan menyadarkan anggota keluarga untuk tidak
mengabaikan tanggungjawab atas rumah tangga sekecil apa pun. Sambil yakin, akan
ada bentuk kebaikan TUHAN yang terjadi atas relasi rumah tangga kita.
Sebagai Jemaat Rumahtiga, kita pasti
memiliki pengalaman tersendiri, tentang bagaimana TUHAN menghimpunkan dan
mengembalikan kita ke negeri dan jemaat ini. Itulah sebabnya, saat ini kita
semua harus yakin bahwa, kita sudah mendapat kado yang indah dari TUHAN, yaitu
berkumpul dan hidup bersama di Rumahtiga kembali.[etm]
Lakukanlah Keadilan
[Yeremia 22:1-3]
S
|
uatu
pagi, seorang anak bangun dari tidurnya. Ia mendapat pesan di secarik kertas
yang bertuliskan: ‘sarapan ada di meja. Uang jajan di tempat biasa. Kunci pintu
nanti ditaruh di bawah keset kaki.” Rupanya hal itu sudah rutin ia dapati
setiap pagi, karena kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya.
Suatu hari, ketika orang tuanya
pulang dari kerja. Anak mereka tidak ada di rumah. Pesan serupa terus
ditinggalkan. Dan selama seminggu, hal itu terus terjadi. Sang anak tidak di
rumah, tetapi orang tua tetap menuliskan pesan tersebut kepada anak mereka.
Tiba-tiba, mereka mendapat telepon
yang mengatakan bahwa anak mereka sedang di rumah tahanan kepolisian karena
ditangkap mengadakan pesta narkotika. Kedua suami isteri itu bergegas menuju
kantor polisi. Setiba di sana, mereka hanya bisa saling menatap. Dan si anak
itu berkata: ‘papa dan mama sudah membaca pesan saya di atas meja?’
Ternyata sebelum anak itu
meninggalkan rumah seminggu lalu, ia menulis pesan di secarik kertas dan
diletakkan di meja kerja kedua orang tuanya. Pesannya berisi: ‘sarapan tidak
saya makan. Uang jajan tidak saya ambil.
Kunci tidak saya pindahkan. Tetapi saya akan ada di rumah teman dan akan pindah
ke rumah tahanan polisi. Jangan jenguk saya. Sebab saya tahu saya salah’.
Cerita itu mau menegaskan bahwa,
setiap saat kita mendapat peluang untuk melakukan keadilan kepada anak atau
sesama. Peluang itu tidak boleh disia-siakan. Sebab itu, jangan salah
memperlakukan anak atau orang tua, atau sesama kita. Perlakukanlah semua orang
sesuai dengan harga diri dan martabatnya. Dan bertanggungjawablah atas apa yang
menjadi panggilan hidup dan tugas kita. Dengan demikian, kita meninggalkan
pesan-pesan hidup yang menguatkan satu sama lain setiap hari.[etm]
Jumat, 06 Desember 2013 Jemaat
GPM Rumahtiga
Teruslah Melakukan yang Baik
[Yeremia 22:4-7]
C
|
erita
Bawang Putih dan Bawang Merah merupakan cerita atau dongeng pengantar tidur
anak. Kisahnya sesungguhnya sederhana. Sebab berkisah tentang anak yang baik
kelakuannya, yakni Bawang Putih, dan yang buruk kelakuannya, yakni Bawang
Merah.
Dari cerita itu kita selalu
mendapat gambaran tentang konsistensi Bawang Putih untuk terus menjadi anak
yang baik. Sebaliknya Bawang Merah, saudaranya selalu mau melakukan hal yang
salah. Walau akhirnya itu disesalinya.
Contoh sikap seperti itu selalu ada
dalam hidup kita sesehari. Ada orang yang selalu konsisten melakukan kebaikan,
walau ia digoda untuk melakukan hal yang salah. Ia tidak bergeming sedikit pun.
Walau ia hidup serumah dengan orang yang melakukan kesalahan, ia tetap tidak
tergoda, sebaliknya dapat mengubah orang yang suka melakukan hal yang buruk.
Penting kita bertanya, mengapa orang
selalu kedapatan konsisten melakukan kebaikan? Teks kita menjawab, bukan karena
ia takut dihukum. Sebaliknya karena ia mencintai hidup. Dan hidup yang dimaksud
di sini adalah hidup yang memberi sukacita kepada banyak orang. Bukan hidup
yang membawa petaka.
Sebaliknya orang cenderung
melakukan berbagai hal yang buruk juga bukan karena ia tidak tahu resiko dari
tindakan buruknya. Sebaliknya, ia sangat tahu semua resiko itu, tetapi karena
itu tidak mencintai hidup. Hidup baginya adalah memperoleh kepuasan sesaat.
Natal membelajarkan kita untuk mari
kita memiliki perspektif yang benar tentang hidup. Sebab hidup adalah berkat.
Dan hidup adalah kesempatan untuk semakin taat kepada TUHAN, menuruti segala
firmanNya dan menjadi cerdas.[etm]
|
Percaya Kepada Allah Saja
[Yeremia 22:8-9]
M
|
inggu
Adventus I akan kita akhiri di hari ini. Artinya, renungan kita tentang hidup
dan keadilan, kiranya memperkokoh semangat kita untuk memulihkan persekutuan
rumah tangga, jemaat dan masyarakat. Adventus I ini berpuncak pada sebuah janji
iman bahwa: ‘kita tidak mau terus terpuruk dalam kesalahan dan kealpaan, sekedar
menjadi orang baik karena Natal; sekedar berubah karena musim Natal.
Teks kita jika dibaca dalam bentuk yang
positif, mengandung pesan bahwa, untuk memperoleh kasih karunia TUHAN yang
melimpah, kita harus benar-benar hanya percaya kepada TUHAN dan beribadah pula
hanya kepadaNya.
Manusia tidak punya pilihan lain
selain beriman kepada TUHAN dan beribadah kepadaNya. Sebab itu, Adventus Natal
mengajak kita untuk merenungi bahwa, Natal secara ritual merupakan suatu
peristiwa berulang sepanjang tahun. Namun pengulangannya menegaskan bahwa, iman
kepada Yesus Kristus adalah sebuah penegasan jati diri keagamaan yang harus
semakin transformatif.
Sebab Yesus bukan lagi seorang
bayi. Yesus telah ada di dalam ruang
penghayatan kita. AjaranNya sudah harus menjadi kekuatan dalam kita berkarya.
Ia telah menjadi bagian dari sekian banyak upaya memulihkan persekutuan rumah
tangga. Ia selalu menjadi jawaban atas berbagai hal yang kita doakan. Ia selalu
menjadi sandaran tatkala kita mengalami berbagai masalah. Ia selalu menjadi
tumpuan untuk melangkah selepas sebuah pengalaman pahit yang kita alami. Dan ia
tetap menjadi TUHAN yang hidup dan berkarya di antara kita.
Adventus I Natal ini kiranya
semakin mempersiapkan kita untuk dengan iman itu, kita terus bergumul dan
mempersiapkan diri untuk tugas-tugas besar yang harus kita jalankan. Sebab
Natal adalah masa di mana kita merealisasi agenda damai sejahtera Allah.[etm]
Minggu, 08 Desember 2013 Jemaat GPM
Rumahtiga
Anak-anak Siang
[1 Tesalonika 5:1-11]
H
|
ari TUHAN secara umum dipahami sebagai masa kedatangan
Yesus yang kedua kali, atau masa penghakiman.
Konsep ini menjadi populer sejak zaman Perjanjian Lama, sampai di zaman
Yesus, oleh karena adanya pemahaman tentang surga dan neraka. Di mana surga
adalah tempat bagi mereka yang berkelakuan baik, dan neraka bagi yang
berkelauan jahat.
Di dalam Perjanjian Baru, konsep
hari TUHAN itu lebih ditekankan pada bagaimana kualitas perilaku hidup kita
dijaga; sebab hari TUHAN telah dipahami sebagai hari pengakiman. Antara orang
baik dan orang jahat akan sama-sama dihakimi dan hakim akan menjatuhkan
keputusan yang adil/setimpal.
Rasul Paulus sesungguhnya tidak
terlampau memikirkan kapan waktu yang tepat hari TUHAN itu tiba. Ia menyebut,
hari TUHAN tiba seperti pencuri di malam hari. Tidak diduga, tidak disangka,
dalam keadaan siap atau tidak, bisa saja terjadi.
Karena itu, yang penting adalah
bagaimana memelihara perilaku hidup. Meningkatkan kualitas moral, etik dan
spiritual. Sebab itu dengan menyebut kita sebagai anak-anak siang, rasul Paulus
menegaskan agar kita selalu hidup dalam kesadaran –tidak melakukan hal-hal di
luar kontrol diri; beriman dan berpengharapan. Anak-anak siang itu selalu
berjaga-jaga. Hal berjaga-jaga di sini bukan berarti kita tidak boleh tidur,
karena kalau ketiduran maka kita tidak tahu kedatangan TUHAN.
Berjaga-jaga di sini lebih pada
daya tahan untuk menghindari godaan ‘anak-anak gelap’, yang suka mabuk
sepanjang waktu; dan hidupnya tidak tertib karena tidak menuruti perintah
TUHAN. Berjaga-jaga berarti selalu sadar akan apa yang kita lakukan, lalu terus
berusaha memperbaiki sikap hidup sepanjang waktu. Bukan pula tunggu mau Natal
baru membenahi perilaku. Sepanjang waktu, selama kita masih sadar bahwa kita
dikasihi TUHAN.[etm]
Senin, 09 Desember 2013 Jemaat
GPM Rumahtiga
Saling Memberi Salam
[2 Tesalonika 3:16-18]
S
|
etiap kita selalu memberi salam seorang akan yang
lain. Kata-kata salam itu ada banyak. Salam yang menunjuk dimensi waktui,
seperti Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore, Selamat Malam. Yang menunjuk
dimensi kehidupan seperti Selamat Ulang Tahun, Selamat Panjang Umur. Tetapi
juga yang menunjuk dimensi kehidupan yang bermutu, seperti Salam Damai
Sejahtera, atau Shalom, atau dalam
teks ini, Eirene.
Pada pekan Adventus II ini, kita
diajak melalui teks ini untuk memahami bahwa esensi dari ‘salam damai sejahtera’
[eirene] ialah perjumpaan dalam
segala situasi hidup dengan sesama. Benar, bahwa kita biasanya menitipkan salam
kepada seorang saudara kita. Tetapi mari kita simak, bahwa hal ‘titip salam’
itu terjadi karena kita telah terlebih dahulu berjumpa dengan seseorang yang
menjadi bagian hidup orang lain, yang kepada mereka salam kita titipkan.
Jadi perjumpaan itu esensi dari hal
memberi salam. Sebab memberi salam itu sama arti dengan kita bersyukur, bahwa
TUHAN masih memelihara kita dan juga saudara kita. Dan bukti TUHAN memelihara
itu kita lihat langsung, sebab kita berjumpa secara langsung. Kemudian sebelum
berpisah, kita memberi salam, juga sebagai doa bahwa TUHAN akan tetap
memelihara saudara kita itu. Malah ketika kita menitipkan salam kepada anggota keluarganya,
maka kita pun mendoakan bahwa TUHAN yang memelihara saudara kita itu juga
memelihara anggota keluarganya yang lain.
Jadi, di hidup ini, kita tidak
boleh menghindari dua hal. Pertama, jangan menghindar untuk berjumpa dengan
sesama atau saudara kita. Sebab perjumpaan itu dikehendaki oleh TUHAN. Kedua,
setiap perjumpaan, jangan lupa memberi salam, sebab salam itu adalah doa
keselamatan. Dan menjelang pisah, jangan lupa memberi salam kepada saudara yang
lain; sebab semakin rajin kita memberi salam, semakin rajin kita berdoa kepada
saudara-saudara kita.[etm]
Salam dengan Cium Kudus
[2 Korintus 13:11-13]
K
|
embali ke pokok memberi salam, seperti yang sudah kita
refleksikan di hari kemarin. Hari ini, ada satu hal lagi dari cara memberi
salam, yaitu memberi salam dengan cium kudus. Kiranya ini tidak dipahami
seperti kebiasaan banyak orang yang setiap bertemu lalu memberi cium pipi kiri,
pipi kanan [cipiki cipika]. Sebab ada esensi penting lain dari ‘cium kudus’
ini.
Setiap masyarakat memiliki
kebiasaan dalam tatkala berjumpa. Ada yang berpelukan; ada yang sebatas
bertegur sapa; ada yang berjabat tangan; menepuk pundak; ada yang memberi
ciuman di pipi, bibir, hidung, dahi; atau cium tangan.
Salam dengan ‘cium yang kudus’
dalam kebiasaan masyarakat Yahudi seperti dalam teks ini, diberikan kepada
mereka yang sudah sangat dekat satu sama lain. Tidak ada unsur eros/birahi
dalam praktek ini. Ini dilakukan oleh seorang yang telah menjadi pemimpin/pelayan
kepada Jemaatnya yang sudah lama tidak jumpa.
Di hati mereka sudah seperti
saudara sendiri, walau mereka tidak memiliki hubungan darah. Dan yang mengikat
mereka menjadi seperti saudara itu adalah iman atau kepercayaan yang
sungguh-sungguh kepada TUHAN. Mereka terikat oleh komitmen iman untuk hanya
percaya kepada TUHAN dan menuruti ajaran-ajarannya tanpa kecuali. Iman itu pula
membuat mereka berkomitmen memelihara persekutuan iman di antara mereka.
Rasul Paulus menegaskan hal ini,
kepada orang-orang Kristen di Korintus, yang telah berkomitmen percaya hanya
kepada Yesus dan memelihara persekutuan gereja yang telah terbangun di antara
mereka. Di antara jemaat itu ada kesehatian satu sama lain [ay.11 – sehati
sepikir]. Hal sehati sepikir itulah yang membuat mengapa salam kepada mereka
ditujukan, karena mereka kedapatan memiliki kualitas dalam memelihara hidup
bergereja.[etm]
Rabu, 11 Desember 2013 Jemaat
GPM Rumahtiga
Waspadalah
[Lukas 12:35-39]
K
|
ita mengulang lagi renungan kita di hari Minggu, 08 Desember
2013. Kali ini kita lebih fokus melihat etika hidup seorang hamba, yang dalam
teks ini, disebut Yesus sebagai yang siap sedia/waspada menanti kedatangan
tuannya.
Jika dalam surat Paulus ditekankan
aspek moral-etik sebagai jaminan keselamatan di hari TUHAN, maka dalam Injil
Lukas ini, Yesus lebih menyoroti pada kesiapan seorang hamba. Memosisikan diri
kita sebagai hamba, maka hal yang menarik dari relasi kita dengan TUHAN adalah
bagaimana kita siap sedia untuk terus bekerja/melayani.
Jadi bukan soal kapan hari TUHAN
itu datang. Soalnya lebih pada kesiap sediaan kita untuk terus melayani kapan
pun dan dalam keadaan bagaimana pun. Sebab dengan kesiapan itu, maka kualitas
pelayanan kita terus meningkat.
Lihatlah betapa Yesus melukiskan
hal itu begitu indahnya. Yakni bahwa, jika hamba itu selalu waspada/siap sedia,
maka di tengah malam sekalipun, tatkala tuannya datang, ia langsung membuka
pintu, mengikat pinggangnya, mempersilahkan tuannya duduk makan, dan melayani
mereka [ay.37]. Yesus menyebut sikap ini dengan ungkapan ‘berbahagialah’.
Jadi di hidup ini, yang utama
adalah bagaimana kita tetap siap sedia melaksanakan tugas yang dipercayakan
kepada kita. Sebab kesiap-sediaan kita itu menjadi bukti bahwa kita bukanlah
orang suruhan yang bekerja/melayani hanya demi popularitas, uang dan kepuasan
duniawi. Kita melayani karena kita sadar siapa kita sesungguhnya, yaitu hamba
bagi TUHAN.
Sebab itu, di ayat 35 Yesus
mengatakan ‘hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala’.
Suatu ungkapan yang menegaskan agar kita tetap menjadi hamba yang mampu bekerja
dan bersaksi di segala waktu dan pada segala situasi.[etm]
Hamba yang Naik Kelas
[Lukas
12:40-46]
N
|
aik kelas. Dapat promosi jabatan baru. Naik pangkat.
Setidaknya tiga jenis ‘kenaikan’ ini membuat hati bersukacita. Kecuali satu,
yaitu ‘harga barang naik di pasar’, Wah, gelisahnya minta ampun; walau gaji
baru saja dinaikkan. Alhasil semua orang punya gerutu yang sama, yaitu ‘dewasa
ini semuanya naik terus, tidak turun-turun, dan yang turun hanya hujan’.
Masih melanjutkan renungan kita di
hari kemarin, satu hal menarik yang muncul dalam teks kita hari ini ialah,
ketika hamba itu kedapatan siap sedia, kepadanya diberi tanggungjawab yang
lebih besar, yaitu ‘menjadi pengawas segala milik tuannya’ [ay.44], jadi dari
dalam rumah sampai di ladang dan ternak, serta apa pun yang dimiliki tuannya
itu. Wah, hebat benar hamba itu.
Nilai yang kita petik dari situ
adalah kesetiaan dalam melayani membangun dimensi saling percaya di antara
hamba dengan tuannya. Hamba itu percaya bahwa tuannya akan kembali ke rumahnya,
dan tuannya itu percaya hamba itu selalu menjaga rumahnya dengan baik, dan siap
melayani kapan pun tuan itu datang/pulang ke rumahnya. Jadi hal ‘naik kelas’
adalah buah dari rasa saling percaya di antara hamba itu dengan tuannya.
Dengan demikian, melalui
pekan-pekan Adventus ini kita belajar untuk memahami bahwa, kesediaan kita
melayani, membentuk rasa percaya kita yang sungguh kepada TUHAN. Rasa percaya
tidak bisa tumbuh jika kita pasif dengan iman kita. TUHAN memberi kepada kita
hikmat, supaya kita percaya bahwa IA tidak sekedar memberi kita satu pekerjaan
dan dari pekerjaan itu kita tidak mengalami perubahan. Sebaliknya dengan
memberi pekerjaan, walau kecil bentuk dan nilainya, asal kita tekun bekerja dan
melayani, ada perubahan besar yang tentu diberi TUHAN kepada kita. Dan
kesungguhan kita melayani menjadi jaminan bahwa, kita akan bertumbuh,
berkembang, menghasilkan buah dan mendapat banyak berkat.[etm]
Jangan Tinggal Diam
[Lukas
12:47-48]
A
|
da banyak aturan dalam hidup berkeluarga yang telah
disepakati dan mesti dijadikan bagian dari pedoman kehidupan. Aturan-aturan itu
tidak boleh dilanggari secara sengaja maupun tidak. Sebab, bisa menimbulkan
keretakan, misalnya antarsuami-isteri. Atau pula menyebabkan ketidaktertiban
hidup, misalnya antaradik-kakak. Setiap kita melanggar aturan-aturan itu, pasti
ada masalah, seperti ‘baku marah, laeng seng mau bicara deng laeng’, dan
sebagainya.
Ringkasnya ialah, siapa melanggar
aturan atau pedoman hidup yang baik, hidupnya diburu masalah. Selain hidup
dalam suasana relasi yang kurang akur/kurang mesra, tetapi juga diliputi rasa
cemas, takut, dan bisa saja membuat kita kehilangan konsentrasi untuk melakukan
suatu aktifitas.
Sebab itu,penting kita memahami
sebuah aturan hidup, atau aturan dalam bekerja/di tempat kerja, supaya kita
dapat melakukan peran kita secara maksimal, dan relasi kita dengan setiap orang
dalam hidup dan di tempat kerja kita itu berlangsung secara harmonis, rukun,
saling mendukung.
Teks kita hari ini mengajar kita
untuk memahami bahwa inti dari hidup sebagai hamba TUHAN adalah yakin bahwa,
status sebagai suami, isteri, kakak, adik; pekerjaan semisal PNS, bertani,
nelayan, pedagang papalele, pendayung perahu, tukang ojek, tukang bangunan,
penjaga kantor dan sekolah, peternak, adalah panggilan yang kudus. Dan bahwa
dalam setiap status dan pekerjaan itu, ada aturan-aturan hidup dan kerja yang
tidak boleh dilanggar seenak hati kita.
Sebaliknya atas status dan kerja
itu, setiap aturan di dalamnya wajib dituruti, supaya kita dapat melakukannya
dengan hati dan pikiran yang tenang, tanpa diburu rasa takut, cemas dan
sejumlah rasa bersalah. Melainkan melakukannya dengan jujur, sungguh-sungguh,
setia demi kebahagiaan semua orang. Di situlah seorang hamba akan semakin
berkualitas. [etm]
Sabtu, 14 Desember 2013 Jemaat
GPM Rumahtiga
Hati-hati Terhadap Perpecahan
[Lukas 12:49-53]
Y
|
esus datang untuk membawa damai, bukan perpecahan.
Namun bagaimana jika teks hari ini justru mengatakan sebaliknya, bahwa IA
datang untuk membawa perpecahan? Dapatkah itu kita terima dengan akal dan iman
kita yang selama ini percaya bahwa IA adalah Jurudamai?
Teks ini menyaksikan hal yang lain
dari pemahaman iman kita secara umum mengenai hakekat kedatangan Yesus. Baik,
marilah kita berusaha memahami maksudnya, sambil berusaha lebih sungguh-sungguh
lagi supaya kondisi yang disaksikan teks ini tidak terjadi dalam hidup kita.
Kata-kata Yesus dalam injil ini
dialamatkan dalam situasi hidup umat yang sudah tidak lagi mengembangkan rasa
peduli satu terhadap lainnya. Krisis kepedulian terparah justru terjadi di
dalam keluarga atau antar keluarga. Ikatan-ikatan kekeluargaan dan persaudaraan
sudah tidak dihormati lagi, karena manusia mengejar kepentingan pribadi,
mencari untung bagi dirinya, dan sampai-sampai nekat untuk mencelakai atau
tidak mempedulikan saudaranya sendiri.
Karena itu, sesungguhnya cerita ini
mewakili suasana yang sama dalam Kitab Nabi-nabi. Yaitu ketika umat
mengharapkan datangnya Hari Tuhan, atau kedatangan Mesias sebagai pembawa
damai, justeru mereka kedapatan hidup individual dan tidak memiliki kepekaan
atau kepedulian sosial kepada orang-orang miskin, yang adalah saudara atau
keluarga mereka sendiri.
Karena itu Yesus sesungguhnya
hendak mengkritik hal itu, sebab jika tidak diperhatikan, maka perpecahan dalam
keluarga dapat saja terjadi. Dengan
kritik itu Yesus sesungguhnya hendak menganjurkan agar umat semakin peduli
kepada sesama dan saudaranya. Sebab esensi kehadiran Yesus adalah memulihkan
setiap relasi antarmanusia, antaranggota keluarga, dan meningkatkan pelayanan
kasih yang lebih kepada semua [keadilan sosial].[etm]
Minggu, 15 Desember 2013 Jemaat GPM
Rumahtiga
Iman dan
Kesejahteraan
[Mazmur 122:1-9]
J
|
ika
kita mencoba memahami realitas peribadahan kita di GPM, maka suasana
peribadahan itu, dan penempatan tempat duduk, sudah sangat memperhatikan
kesetaraan antarumat; dan tidak ada tempat yang dikhususkan untuk golongan
sosial tertentu, atau jenis kelamin tertentu.
Jika kita memperhatikan urut-urutan
liturgis, saat tiba pada Persembahan Kudus, semua jemat memberi kolektanya, tanpa disyaratkan besar
kecil jumlah menurut tingkat ekonomi jemaat yang dalam realitasnya, berbeda.
Itu berarti, TUHAN menerima apapun yang kita persembahkan kepadaNya, tanpa
mengecualikan atau mengutamakan satu daripada yang lain.
Dan praktek liturgi apa pun yang
berlangsung dalam ibadah, semuanya berlangsung dalam kesetaraan satu sama
lainnya. Dan itu satu aspek hidup dan iman yang kita jumpai tatkala kita
beribadah sepanjang waktu. Dengan demikian pesan penting dari itu ialah setiap
orang sama di hadapan TUHAN, walau ia memiliki status sosial yang berbeda. Di
hadapan TUHAN semuanya lebur menjadi satu, karena itu orang yang datang
beribadah disebut/disapa dengan sapaan yang sama ‘Jemaat yang dikasihi dalam
TUHAN Yesus’.
Pertanda bahwa, oleh iman, setiap
orang yang datang beribadah, datang dengan membawa berkat-berkat yang telah
diperolehnya dari TUHAN, guna dipersembahkan kepadaNya, sebagai persembahan
kudus, persepuluhan, pengucapan syukur. Ia tidak datang dengan kemiskinannya.
Ia pun tidak datang dengan kekayaannya. Melainkan datang sambil membawa berkat
yang diberi TUHAN guna dipersembahkan kepadaNya pula.
Itu artinya, iman yang tampak dalam
ibadah jemaat adalah iman yang mensejahterakan. Karena itu, setiap orang yang
diberkati, di mana pun ia berada, dari mana pun ia datang; maka tatkala ia
datang dalam ibadah, ia datang sambil membawa berkat yang ia terima dari TUHAN.[etm]
Introspeksi
Iman
[Mazmur 123:1-4]
H
|
idup,
berarti ada hubungan dengan orang lain.
Dan dalam hubungan ada proses saling mepengaruhi satu sama lain. Artinya, apa
yang kita lakukan dapat berimbas [positif dan negatif] terhadap orang laing
atau sebaliknya. Ini menandakan bahwa kita tidak dapat melepaskan diri dari
amatan, penilaian, bahkan teguran sesama kita.
Dalam berelasi dengan sesama,
kadang pula kita kedapatan tidak sanggup menghadapi segala penilaian dari
sesama. Kita sering dikurung dalam perangkap ‘kesalahan’ –seakan-akan kita
adalah orang yang paling berdosa di muka bumi. Dalam hal kerja, karena
penilaian-penilaian tersebut, bisa saja kita mengalami praktek ketidakatilan.
Pemazmur mengajak kita menghadapi
situasi seperti itu dengan melakukan tindakan introspeksi iman/spiritualitas.
Simaklah ayat 1 dan 2 bacaan kita. Penggunaan istilah seperti ‘melayangkan
mataku, memandang kepada tangan tuannya, memandang kepada tangan nyonyanya’,
dan pemosisian dirinya sebagai hamba terhadap tuan yang adalah TUHAN itu
sendiri, merupakan suatu bentuk introspeksi iman/spiritualitas.
Hal yang mesti kita lakukan ketika
kita dituduhkan melakukan kesalahan, atau dicemooh dan difitnah dalam masyarakat,
ialah ‘memandang kepada TUHAN’. Hal ‘memandang kepada TUHAN’ di sini ialah
memusatkan segenap aktifitas hidup pada mempererat relasi dengan TUHAN, dan
bukan menyibukkan diri dengan segala
macam cemooh dan fitnah dari sesama. Ini dilakukan oleh orang-orang
benar yang diperlakukan tidak adil.
Dengan demikian kita dituntut untuk
menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik; sebuah kualitas iman yang
menjadikan kita anak yang takut TUHAN dalam segala peran dan aktifitas sesehari
kita.[etm]
Jikalau
Bukan Tuhan
[Mazmur 124:1-8]
P
|
emazmur
selalu mengajarkan hal-hal yang berfaedah bagi hidup seorang manusia. Dan satu
hal yang berfaedah adalah hidup dengan hanya mengandalkan TUHAN. Karena orang
yang mengandalkan TUHAN adalah orang percaya yang takut TUHAN. Orang yang takut
TUHAN adalah orang yang memahami keterbatasan dirinya, lalu tidak sombong,
melainkan rendah hati, sambil yakin bahwa di dalam kelemahannya itu, TUHAN
memberinya kemampuan. Artinya, TUHAN tidak akan meninggalkan dirinya sesaat
pun.
Dalam teks hari ini, pemazmur
menyatakan iman, dan mengajak kita untuk menyatakan iman yang sama, bahwa
‘jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, tentu kita sudah binasa’.
Sebab itu, jika sampai hari ini
kita masih hidup dan berkesempatan untuk merayakan Adventus Natal, itu terjadi
sebab TUHAN di pihak kita. Kita memiliki banyak masalah, namun itu tidak
membuat kita hancur, juga sebab TUHAN di pihak kita. Ada banyak hal yang sulit
kita hadapi, dan kita nyaris tak dapat menyelesaikkannya sendiri, namun kita
tiba-tiba saja dimampukan mengatasinya, juga karena TUHAN di pihak kita. Kita
mengalami dukacita dan kesedihan, namun dalam kesedihan dan dukacita itu kita
tidak menyangkal TUHAN, juga karena TUHAN di pihak kita. Bangsa dan daerah ini
dihantui bermacam-macam isu dan peristiwa bencana, namun kita tidak dibiarkan
binasa sia-sia, juga sebab TUHAN di pihak kita.
Dan hal TUHAN di pihak kita, tidak
mesti dipahami bahwa walau kita berdosa sekali pun IA tetap di pihak kita. Hal
TUHAN di pihak kita dalam bahasa pemazmur ini adalah hal TUHAN menyatakan
cintaNya yang lebih kepada umat yang takut akan Dia dan mau hidup bersandar
sepenuhnya kepada TUHAN. Umat yang jujur, setelah mengaku dosanya, dan tidak
melakukan dosa itu lagi. Kepada mereka seperti itu, TUHAN tetap menyatakan
keberpihakannya kepada mereka; kepada manusia yang takut TUHAN.[etm]
Rabu, 18 Desember 2013 Jemaat
GPM Rumahtiga
Buah dari
Percaya
[Mazmur 125:1-5]
T
|
anpa
percaya atau iman kepada TUHAN, manusia tidak mendapat kesejatiannya. Sejatinya
manusia itu ketika ia menyadari bahwa ia hasil ciptaan tangan TUHAN. Kesadaran
sebagai hasil ciptaan, menjadi dasar dari kesadaran beriman. Sebab dengan
kesadaran itu manusia percaya bahwa, ia dijadikan oleh kuasa yang
menjadikannya, dan kuasa itu ialah TUHAN.
Buah dari percaya, menurut Mazmur
125:1-5 dapat dilihat dalam hal: [1] kehidupan yang stabil [ay.1], dalam arti
tegar walau di tengah berbagai masalah. Ini bukti dari adanya kemandirian sikap
iman; [2] kekudusan diri karena TUHAN ada selalu dalam hidup umatnya [ay.2];
ini disimbolkan dengan Yerusalem yang dijaga sekelilingnya oleh TUHAN. Hal ini
sebenarnya merupakan wujud bahwa TUHAN ada di dalam hidup umat yang beribadah,
sebab Yerusalem yang dimaksud di sini menunjuk pada Bait Allah; [3] kebenaran
melingkupi orang yang percaya [ay.3], dan segala perkara
ketidakadilan/kefasikan jauh darinya, serta tidak sanggup menjeratnya; [4]
mendapat kebaikan TUHAN, dalam hal menikmati kasih setiaNya sepanjang waktu [ay.4-5].
Dari keempat buah itu, umat akan
benar-benar dijauhkan dari segala rancangan kejahatan dan ketidakadilan yang
dirancang oleh orang-orang yang tidak percaya kepada TUHAN. Suatu wujud kasih
setia TUHAN yang nyata.
Lagi-lagi, syaratnya adalah percaya
atau hidup hanya mengandalkan TUHAN. Dengan demikian kesejatian manusia itu
menjadi sempurna. Sebab itu, sebagai hasil ciptaan TUHAN, kita harus
menaklukkan diri di bawah kuasa TUHAN, dan tidak menjadi orang-orang yang
sombong. Sebab kesombongan membuat kita terjebak melakukan tindakan-tindakan
ketidakadilan, kekerasan, dan semua itu adalah wujud dari kefasikan. Orang
percaya itu tahu segala hal yang baik untuk dituruti dan yang buruk untuk
dijauhi. Dengan menuruti segala yang baik, maka ia akan menjadi orang percaya
yang kokoh.[etm]
|
Saat
Tuhan Pulihkan Kita
[Mazmur 126:1-3]
E
|
mas,
sampai membentuk sebuah cincin atau kalung, telah melewati proses yang panjang,
dan salah satunya ialah dilebur dengan api hingga meleleh dan disiram pada
wadah untuk membentuk aneka perhiasan. Seperti itu pula dengan bejana tanah
liat. Malah ketika didapati retak, dihancurkan kembali untuk membuat lagi yang
baru dan yang sempurna.
Namun, pemazmur memiliki gambaran
yang unik. Menurutnya, saat TUHAN memulihkan umatNya, ada suatu kondisi hidup
baru yang telah dan sedang dialami mereka. Artinya, mereka tidak kedapatan
sedang hancur, melainkan kedapatan sedang dalam situasi hidup yang berkualitas.
Mari simak ayat-ayat dalam Mazmur
ini. Saat pemulihan itu terjadi tidak disangka-sangka [ay.1 – seperti
orang-orang yang bermimpi]. Artinya hari pemulihan itu bukan tujuan hidup
mereka. Melainkan berbuat baik sebagai wujud takut TUHAN-lah yang menjadi
tujuan. Dengan kata lain, mereka hidup bukan untuk akhir zaman, melainkan untuk
melakukan yang baik. Buktinya, pada saat TUHAN memulihkan mereka, mereka
kedapatan dalam sukacita satu sama lain [ay.2 penuh dengan tertawa dan
sorak-sorai].
Jadi oleh sebab mereka penuh dengan
sukacita, karena melakukan hal-hal yang baik, di saat itulah TUHAN melakukan
hal-hal yang jauh di luar dugaan umat. Ungkapan lazim di masyarakat kita ialah
‘TUHAN biking Antua pung bageang’ atau ‘TUHAN ambel bageang’.
Kondisi itu merupakan suatu hal
yang ideal dan diharapkan oleh TUHAN dari kita. Karena itu Adventus sebagai
masa penantian bukanlah satu-satunya waktu untuk menjadi saleh atau beriman.
Setiap hari dituntut dari kita kesalehan hidup. Sebab itu setiap hari harus
diisi dengan perbuatan baik. Sebab setiap waktu pula TUHAN dapat melakukan
pemulihan dalam bentuk apa pun atas kita. Intinya, kita harus selalu kedapatan
sedang dalam sukacita karena melakukan hal-hal yang baik.[etm]
Jumat, 20 Desember 2013 Jemaat
GPM Rumahtiga
Menabur
Sambil Berjalan Maju
[Mazmur 126:4-6]
U
|
ngkapan
‘orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan
sorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih,
pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya’ [ay.5-6],
menjadi menarik untuk dipahami dalam rangkaian Adventus Natal tahun ini.
Ada aktifitas yang sama yang mau
ditonjolkan di situ, yaitu ‘menabur dan menuai’. Biasanya kita sebut juga
‘hukum tabur-tuai’ –yang sering diidentikkan dengan pemahaman ‘sapa biking bae,
dapa bae; sapa biking seng bae, dapa seng bae’. Ada semacam paham balas jasa
seimbang, dalam pemaknaan kita terhadap ‘hukum tabur-tuai itu’.
Namun pemazmur memunculkan suatu
realitas yang lain dalam hal ‘tabur-tuai’ yang sekaligus menjadi semangat baru
bagi kita dalam menjalani Adventus Natal tahun ini.
Simaklah keadaan orang-orang yang
menabur dalam ay.5 dan 6 tadi. Mereka disebutkan menabur dengan mencucurkan air
mata, dan terus menabur tiada hentinya [=berjalan maju] sambil menangis.
Artinya, orang yang menabur ini terus melakukan tugas panggilannya walau di
tengah tantangan yang sangat berat. Sebab hal mencucurkan air mata atau
menangis itu simbol dari adanya tantangan yang sangat berat. Namun si penabur
tidak mundur atau tidak berhenti, melainkan disebutkan terus menabur tanpa
henti, atau terus ‘berjalan maju’.
Karena penabur itu kedapatan terus
melakukan tugasnya di tengah tantangan, ia dihadiahi berkat –dalam gambaran
menuai dengan sorak-sorai, sambil membawa berkas-berkasnya. Jadi sepanjang
Adventus ini kita dimintakan untuk terus melakukan apa yang menjadi tugas
panggilan kita meski di tengah tantangan yang berat sekalipun. Jangan mundur,
melainkan ‘berjalan maju’. [etm]
Miringkan
TelingaMu, TUHAN
[Mazmur 130:1-8]
O
|
rang Ambon/Maluku memiliki ungkapan tersendiri tentang
permohonan supaya TUHAN mendengar doanya. Ungkapan itu ialah ‘miringkan
telingaMu, TUHAN’. Biasa ungkapan ini kita dengar di penghujung doa, sebagai
permohonan supaya TUHAN mendengar segala permintaan doa kita.
Jika ditempatkan dalam relasi umat
dengan TUHAN, maka permohonan itu dilakukan oleh orang yang memiliki hubungan
dekat dengan TUHAN. Sebab hal miringkan telinga itu berasal dari kebiasaan ‘bisi-bisi’/’bisik-bisik’,
di mana orang yang membisik itu mendekatkan mulutnya ke telinga orang yang mau
dibisik; dan mengatakan dengan nada yang pelan, sebuah pesan atau permohonan. Relasi
ini terjadi kepada mereka yang memiliki hubungan erat. Malah sudah ada rasa
saling percaya di antara mereka.
Kualitas dan bentuk relasi seperti
itu yang kita harapkan terwujud antara kita dengan TUHAN. Kualitas relasi itu
dipertegas dengan adanya sebuah pesan atau permohonan yang disampaikan, dengan
yakin bahwa TUHAN mau mendengar dan sudah tentu akan menjawab, dalam arti
memberi apa yang dimintakan dariNya.
Sebab itu, doa merupakan wahana
utama untuk mewujudkan relasi yang dekat dengan TUHAN. Melakukan segala
perintah dan firmanNya merupakan wujud konkrit dari relasi itu. Maka ketika
TUHAN memberi berkat, sebagai bukti IA menjawab doa, maka setiap bentuk jawaban
TUHAN itu harusnya semakin meningkatkan kualitas relasi kita dengan-Nya. Dengan
sendirinya, setiap hari, orang harus meningkatkan kuantitas dan kualitas
doanya. Peningkatan kuantitas dan kualitas doa itu berimbas langsung pada
kuantitas dan kualitas peribadahan.
Jika wahana utama itu sudah terbina
baik, maka kuantitas dan kualitas perbuatan baik dalam hidup semakin meningkat
pula. Semangat ini kiranya menjadi semangat ber-Adventus kita. [etm]
Minggu, 22 Desember 2013 Jemaat GPM Rumahtiga
Kemuliaan
TUHAN
[Mazmur 19:2-7]
B
|
elajar
dari pemazmur, berarti belajar tentang apa yang menjadi alasan kita harus
memuji dan memuliakan TUHAN. Sebab pemazmur adalah orang yang terkagum-kagum
dengan segala perbuatan TUHAN, bukan atas dirinya saja, bukan atas bangsanya
saja, bukan atas umatnya saja, melainkan atas seluruh dunia, alam semesta dan
kepada bangsa-bangsa.
Kemuliaan TUHAN itu setiap hari tampak bagi
kita, sebab selain kita adalah buah ciptaanNya, tetapi setiap saat kita hidup
di hari yang baru. Setiap saat kita menyaksikan tanda kemuliaanNya yaitu langit
yang cerah, matahari yang terbit sampai terbentam, awan putih dan kemudian
mendung, lalu hujan, dan angin yang tetap berhembus.
Jika kemuliaan TUHAN itu mau kita
pahami dalam satu hari, tidak usah kita susah-susah mencari di mana tandanya.
Sebab tatkala setiap hari kita jalani dari pagi –dengan tanda terbangun dari
tidur, kemudian beraktifitas sejak pagi, istirahat makan siang, melanjutkan
lagi aktifitas, sampai sore kita pulang dan santai sejenak sambil ‘minong teh
sore’, dan beraktifitas lagi di rumah –termasuk pada jam-jam ibadah, lalu makan
malam, bersantai bersama keluarga, -termasuk melalui Rumah Doa, lalu
beristirahat/tidur malam, dan keesokan paginya hal rutin ini dialami; di
situlah kemuliaan TUHAN telah nyata bagi kita.
Karena itu apa yang diceritakan
oleh Cakrawala, dalam bahasa pemazmur di sini sesungguhnya adalah hal-hal yang
dialami manusia secara normal di bawah langit. Dan jangan lupa, bahwa kita
melakukan segala aktifitas, sebagai hal yang normal, lazim atau rutin, tetapi
bukan berarti di situ TUHAN tidak menyatakan kemuliaanNya. Justru dalam hal
yang bagi kita rutin itulah, kemuliaan TUHAN nyata, yaitu bahwa, IA adalah
TUHAN atas hari-hari hidup manusia.[etm]
Senin, 23 Desember 2013 Jemaat GPM Rumahtiga
Berpegang
Pada Firman TUHAN
[Mazmur 19:8-15]
S
|
etiap
orang yang hidup, tentu mau mendapat berkat. Dalam Hukum Kitab Ulangan [Ul.28],
syaratnya simpel, yaitu jika umat melakukan segala yang difirmankan TUHAN, maka
ia memperoleh beragam berkat. Karena itu, berkat tidak bisa dipahami seperti
hadiah, door prize atau cendera mata.
Berkat itu memiliki makna tersendiri, yaitu pemberian cuma-cuma dari TUHAN
tanpa mempertimbangkan jasa manusia.
Dalam Mazmur yang kita baca hari
ini, berkat itu diberi TUHAN kepada mereka yang taat mendengar atau menuruti
FirmanNya. Menariknya ialah, takut akan TUHAN, tetap menjadi sikap moral-etis
atau gaya hidup umat. Malah pemazmur mengatakan, “takut akan TUHAN itu suci,
tetap ada untuk selamanya’ [ay.10]. Ini menunjukkan bahwa beriman itu bukan hal
musiman. Sehingga, Desember adalah masa yang baik untuk menunjukkan sikap
‘takut akan TUHAN’. Beriman itu adalah gaya hidup. Jadi harus dinampakkan
setiap hari.
Hal kedua yang menarik ialah dalam
mewujudkan dimensi takut akan TUHAN tadi, pemazmur memosisikan diri sebagai
hamba yang diperingatkan untuk melakukan segala yang difirmankan TUHAN [ay.12].
Jika kita mampu memosisikan diri seperti itu, maka kita tidak akan kedapatan
arogan/sombong.
Orang yang sudah tahu bahwa faedah
dari beriman itu baik, tetapi ia tidak mau meningkatkan kualitas imannya,
adalah orang sombong. Orang seperti itu akan gemar menjadi ‘orang baik-baik’
pada saat bulan Desember, atau jelang Kunci Tahun. Jika ada orang seperti itu,
maka ia belum mampu menjadi hamba yang baik.
Orang sombong seperti itu memang
mengetahui seluruh seluk beluk firman TUHAN. Namun mereka tidak melakukannya
dengan taat/takut akan TUHAN. Sebaliknya, yang berpegang pada firman TUHAN dan
menjadikan itu gaya hidupnya, adalah hamba yang rendah hati. [etm]
Bijaksana,
Adil dan Beribadah
[Titus 2:11-15]
A
|
pa
yang harus kita lakukan dalam dunia ini, terutama dalam masa-masa kita
merayakan Adventus Natal? Titus mengatakan hanya ada tiga hal yaitu menjadi
bijaksana, bertindak adil dan taat beribadah. Ketiga hal itu ia tegaskan sebab
selama kita ada di dunia ini, kita menikmati kasih karunia TUHAN yang telah
menjadikan kita umat kepunyaanNya sendiri, setelah Ia, di dalam Yesus Kristus,
membebaskan kita dari segala kejahatan [baca. Ay.14].
Mengapa harus bijaksana
[=berhikmat]? Sebab dunia menawarkan banyak hal yang dapat membuat kekudusan
hidup kita tercemar. Di hidup ini kita berhak memilih; namun kita memilih
sebagai umat kepunyaan TUHAN yang telah diselamatkanNya. Sebab itu, penting
menjadi bijaksana karena kita tidak lagi memilih mana yang baik, melainkan kita
melakukan segala yang baik [ay.14].
Mengapa harus adil? Sebab perbuatan
kefasikan selalu mengintai. Bentuk kefasikan itu ialah berbohong, dan saling
menciderai. Dan itu dapat mencelakai atau membuat orang lain menderita. Hidup
dalam kasih karunia TUHAN tidak boleh seperti itu. Sebab itu dituntut untuk
berlaku adil.
Mengapa harus beribadah? Sebab
kefasikan dan dosa itu mengintai dan dapat menjerumuskan ke dalam dosa. Supaya
kita tidak tergoda melakukan kefasikan, baiklah kita membentengi diri kita
dengan jalan meningkatkan ibadah dan doa. Dengan melakukan itu, kita akan terus
kedapatan sebagai hamba yang dikuduskan dan rajin berbuat baik.
Tiga hal ini sekali lagi merupakan
bentuk sikap yang diharapkan dalam seluruh hidup dan masa-masa kita merayakan
Adventus. Bijaksana-adil-beribadah, kiranya menjadi tiga kunci sukses kita
menjadi hamba yang dikuduskan TUHAN. Dan melaluinya kita selalu rajin berbuat
baik.[etm]
|
Benar,
Dia Lahir
[Lukas 2:8-20]
N
|
atal
telah tiba. Hari Kelahiran Juruselamat telah datang. Kita semua telah
menyambutnya. Natal atau kelahiran Yesus Kristus itu sendiri merupakan sebuah
peristiwa yang benar. Kebenaran Natal itu terletak pada sebuah bukti yang tidak
terbantahkan. Apa yang disampaikan itu tepat seperti yang terjadi.
Yang disampaikan itu ialah kabar
para malaikat kepada para gembala, bahwa ‘kamu akan menjumpai seorng bayi
dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan’ [ay.12]; dan hal itu
benar seperti apa yang dilihat para gembala [ay.16]. Ini artinya berita Natal
itu bukan berita spekulatif. Pesan Natal itu bukan pesan kosong. Kedamaian di
hari Natal itu bukan sebuah impian. Semuanya terjadi tepat seperti yang
dikatakan.
Karena benar, Dia telah Lahir, maka
tugas kita adalah menyampaikan berita tentang kebenaran. Kesaksian gereja
tentang Yesus Kristus terwujud bukan lagi dalam mengajak orang ke Betlehem,
yaitu ke palungan Yesus. Sebaliknya menegakan keadilan dan kebenaran.
Di situlah kita memuliakan TUHAN
dan menjadi berkat di bumi. Kita diajak untuk tidak perlu cemas dan takut akan
apa pun; terutama akan hidup ini. Sebab kemuliaan TUHAN itu nyata dalam hal-hal
yang mungkin dianggap tidak berharga. Palungan adalah tempat di mana kemuliaan
TUHAN nyata atas manusia. Seorang bayi pun merupakan wujud dari kemuliaanNya.
Bahkan lampin menjadi lukisan nyata bahwa kemuliaan TUHAN itu berlangsung di
dalam hidup manusia yang sederhana.
Dan itu semua adalah kebenaran
Natal. Dengan demikian, baiklah kita menjalani hidup ini sambil tiap-tiap orang
berperan menurut peran yang telah dimilikinya. Tetap bersaksi tentang kebenaran
atas semua peran itu. Dengan demikian kita telah menyaksikan kemuliaan TUHAN
dan menjadi berkat di bumi.
Selamat Merayakan Natal Kristus, 25
Desember 2013.[etm]
Kamis, 26 Desember 2013 Jemaat
GPM Rumahtiga
Saat ‘Ku
Dibaptis
[Markus 1:9-11]
G
|
ereja
sepanjang masa dipanggil untuk memelihara persekutuan ibadah, memberitakan
Injil, melayankan sakramen, dan mewujudkan pendamaian dan pelayanan kasih
kepada semua orang. Itu adalah empat tanda gereja itu hidup dan ada di
tengah-tengah dunia.
Dalam kebiasaan bergereja, hari ini
di semua gereja berlangsung ibadah perayaan Natal yang secara khusus
dilaksanakan pelayanan Baptisan Kudus. Karena itu, baiklah kita merefleksikan
makna baptisan itu bagi kita, dan juga bagi keluarga kita.
Teks kita mengandung beberapa makna
pokok tentang baptisan. Pertama, baptisan merupakan bentuk panggilan TUHAN
kepada setiap orang, siapa pun dia. Ini ditunjukkan dengan peristiwa, Yesus
datang dari Nazaret untuk dibaptis. Hal Yesus datang mengandung makna bahwa
orang yang dibaptis itu dipanggil oleh TUHAN. Sehingga hari kita dibaptis
adalah hari khusus, hari kita memenuhi panggilan TUHAN. Dalam praktek di GPM,
termasuk anak-anak pun dipanggil. Dan itu berarti baptisan adalah panggilan
TUHAN atas sebuah keluarga.
Kedua, air merupakan simbol yang
dengannya, seseorang dibaptis. Memang selama ini banyak pihak mempertentangkan
cara seseorang dibaptis. Namun bagi kita di GPM, cara itu tidak menyelamatkan.
Sebab dengan cara apa pun, baptisan itu adalah bagian dari ikatan kehidupan
seorang beriman dengan TUHAN. Sehingga yang penting adalah terjadinya ikatan
itu, dan ikatan itu dikukuhkan demi Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Karena itu, ketiga, baptisan itu
adalah akta yang melaluiNya TUHAN berkenan kepada anak yang dibaptis. Sebab itu
setiap orang yang telah dibaptis berkenan dijadikan anak kesayangan oleh TUHAN.
Dengan demikian, ia terikat untuk selama-lamanya dengan TUHAN. Baptisan adalah
tanda janji untuk hidup kekal dengan TUHAN. Karena itu baptisan tidak dapat
diputuskan.[etm]
Akulah…
[Yohanes 1:19-23]
A
|
kulah
suara yang berseru-seru di padang gurun…”. Formulasi ‘Akulah’ atau ‘Aku
adalah…’ [mis. Roti hidup, jalan keselamatan, terang dunia, dll] merupakan gaya
bahasa yang lazim dijumpai dalam Injil Yohanes. Formulasi itu menunjuk pada
proklamasi diri, baik Yohanes maupun Yesus, dalam rangka menegakan ketuhanan
Yesus di tengah-tengah orang banyak/masyarakat umum.
Dalam hidup kita sesehari, ungkapan
‘Akulah…’ mengandung makna yang sangat mendalam mengenai siapa dan bagaimana
kita. Ungkapan itu, dan juga teks kita mengajak kita untuk mengakui siapa kita
sebenarnya, tanpa harus menambah –demi popularitas, atau dikurangi. Eksistensi
diri kita itu adalah suatu anugerah dan tidak usah ditambah-tambahkan atau
dikurangi/ditutupi.
Sebab menambahkan sesuatu yang
tidak ada pada eksistensi kita, membuat kita hidup bagaikan orang yang memakai
topeng. Tidak bersyukur dengan apa yang dimiliki, tetapi cenderung memaksakan
diri seakan-akan kita adalah orang lain dari sisi penampilan, tetapi
tubuh/badan adalah milik kita sendiri.
Yohanes menunjukkan hal itu dalam
teks ini, sebab walaupun banyak orang sudah menjadi muridnya, dan banyak orang
yang sudah dipengaruhi oleh ajaran-ajaranNya, namun ia sesekali pun tidak
mengakui bahwa ia adalah mesias. Melainkan ia menunjuk pada pribadi yang lain
yang harus dinanti sebagai mesias. Yohanes sadar benar siapa dirinya.
Ini yang diperlukan ada pada kita
semua. Sebab di era dewasa ini banyak orang mau menjadi orang ternama, tetapi
dengan mendompleng popularitas orang lain. Padahal ia cukup menjadi dirinya
sendiri, sebab dengan demikian saja ia sudah terkenal. Kita harus menjadi diri
kita saja, sebab itulah yang dikehendaki TUHAN pada kita. Dengan menjadi diri
sendiri, kita mengasah diri dan kemampuan [talenta] kita sambil bersyukur.[etm]
Sabtu, 28 Desember 2013 Jemaat
GPM Rumahtiga
Dia
Lebih, Dibandingkan Aku
[Yohanes 1:24-28]
M
|
ungkin
ada sedikit orang saja yang tulus mengakui kelebihan orang lain. Padahal jika
kita tulus mengakui kelebihan orang lain, tidak ada ruginya pula bagi kita.
Sebaliknya kita mendapat motivasi untuk semakin meningkatkan kualitas diri
kita.
Belajar mengakui kelebihan orang
lain sebenarnya adalah belajar bersyukur bahwa TUHAN adil, memberi kepada
setiap orang kelebihan masing-masing supaya saling melengkapi. Jadi kita tidak
melakukan semua tugas sendiri, melainkan kita cukup melakukan bagian
tugas/peran kita saja.
Teks hari ini mengajarkan kita
bagaimana mengakui kelebihan orang lain. Ini tergambar dalam pengakuan Yohanes
Pembaptis mengenai siapa dirinya, dan apa tugas serta keterbatasannya. Dan
dalam hal itu Yohanes langsung menunjuk kepada Yesus yang memiliki keutamaan
yang lebih daripadanya.
Walau demikian, Yohanes telah
menjalankan tugas utamanya itu dengan penuh rasa tanggungjawab. Nilai lebih
Yohanes terletak di situ, bahwa ia menjadi pendahulu bagi datangnya seorang
mesias yang akan melakukan suatu hal yang jauh lebih besar daripada dirinya.
Itu sama sekali tidak mengecilkan arti diri seorang Yohanes Pembaptis.
Kehadiran Yesus justru membuat tugas Yohanes Pembaptis itu memiliki nilai yang
luhur.
Dalam hidup ini, kita pun mungkin
hanya dapat melakukan peran yang kecil dalam penilaian kita dan orang lain.
Namun itu tidak lalu mengecilkan arti diri kita sebagai orang yang dipercayakan
untuk melakukan peran itu. Justru ketika kita dipercayakan suatu peran, di
situlah kita adalah sosok yang penting. Diri kita dinilai layak untuk
menjalankan peran itu, sehingga mesti dapat dijalankan dengan bertanggungjawab.
Jika atas peran itu, kemudian
muncul sesuatu yang besar, dan itu dilakukan oleh orang lain setelah kita,
kesukacitaannya ialah, kita telah menjadi orang yang pertama mempersiapkan
keberhasilan itu. [etm]
|
Minggu, 29 Desember 2013 Jemaat GPM
Rumahtiga
Semua,
Pujilah TUHAN
[Mazmur 148:1-14]
T
|
anpa
terasa kita semakin dekat di penghujung tahun ini. Itu artinya, sudah hampir
satu tahun penuh TUHAN menyertai kita, dan berjalan bersama kita. Semua orang,
kecil-besar, pegawai-petani-nelayan, pedagang grosir-papalele, sopir angkot-mobil
rental-tukang ojek-pendayung perahu, polisi-tentara-satpam, penjaga
sekolah-petugas kebersihan, dan apa pun profesi, telah dapat kita jalani
sepanjang tahun ini karena penyertaan TUHAN.
Karena itu, tidak ada alasan lain,
selain memuji TUHAN, sebab IA telah menunjukkan kasihNya dalam memelihara kita,
juga alam semesta ini. Pemazmur memiliki alasan tersendiri untuk memuji TUHAN,
yaitu sebagai Pencipta, IA tidak membiarkan ciptaanNya itu binasa. Melainkan
dengan kemuliaanNya, IA melindungi ciptaanNya itu. Sebab itu seluruh ciptaan
TUHAN memuji namaNya yang kudus.
Pujian itu layak diberi kepada
TUHAN, sebab apa yang IA jadikan itu sempurna dan tidak ada yang berubah.
Segala perbuatanNya itu baik. Malah orang-orang muda dan orang-orang yang hina
sekali pun diberiNya kehormatan, supaya mereka jangan dianggap sebelah mata.
Mereka mendapat perlakuan yang adil, sebab TUHAN mencintai keadilan. Bahwa IA
menciptakan dunia ini juga dengan adil.
Para raja dan orang yang berkuasa
pun memuji TUHAN, sebab TUHAN-lah yang memampukan mereka melakukan segala tugas
dan perannya. Kemahakuasaan TUHAN lah yang membuat semuanya itu, sebab itu
baiklah kita memuji namaNya untuk seterusnya dan selamanya. Haleluya. [etm]
Senin, 30 Desember 2013 Jemaat
GPM Rumahtiga
Senangkan
Hati TUHAN
[Mazmur 147:7-11]
U
|
mumnya
kita memahami bahwa TUHAN senang pada puji-pujian kita. Pemazmur malah berkata
TUHAN bertakhta di atas puji-pujian umatNya. Namun di bagian Mazmur 147:7-11
ini, yang membuat hati TUHAN senang, adalah sikap takut TUHAN.
Orang yang takut TUHAN adalah
mereka yang menaruh hormat akan nama TUHAN –yaitu tidak menyebut namaNya untuk
kesia-siaan, dan tidak memakai namaNya untuk membenarkan kesalahan [bnd. Orang
yang suka bersumpah palsu atas nama TUHAN].
Orang yang takut TUHAN itu
membungkukkan dirinya, sujud bahkan dengan wajah sampai ke tanah, sebagai tanda
hormat pada kemuliaanNya. Ini diwujudkan dalam hal ketekunan beribadah. Maka
setiap orang harus mencintai jam-jam ibadahnya.
Orang yang takut TUHAN itu membuka
telinganya untuk mendengar sabda/firman/perintah TUHAN. Mereka mewujudkannya
dengan jalan melakukan kebaikan, dan tidak melakukan dosa. Sebab perbuatan baik
itu sepadan dengan firman TUHAN. Perbuatan jahat/dosa itu berlawanan dengan
firman TUHAN.
Orang yang takut TUHAN itu selalu
mau mencium kaki TUHAN. Ini diwujudkan dalam kesetiaannya berdoa setiap waktu
dan menjadikan doa itu sebagai kekuatan bagi hidupnya.
Orang yang takut TUHAN itu suka
melayani. Ini diwujudkan dalam kepeduliannya kepada mereka yang lemah [seperti
janda, duda, anak yatim-piatu, atau orang miskin].
Semua ini kiranya menjadi bahan
perenungan kita, sebelum kita mengakhiri tahun 2013 dan menjadikan tahun ini
sebagai tahun penuh syukur agar kita terus menjadi jemaat yang takut TUHAN. [etm]
|
|
Semua
Karena TUHAN
[Pengkhotbah 8:9-17]
H
|
ormat
kepada Nama TUHAN. Hari ini kita telah mengakhiri tahun 2013 dengan segala
pengalaman dan lika-likunya. Apakah segala sesuatu yang kita lakukan sepanjang
tahun ini sia-sia saja? Apakah di tiap pengalaman yang kita alami, baik suka,
duka, susah, senang, adalah juga untuk kesia-siaan? Apakah pertambahan usia
kelahiran, usia pernikahan adalah juga demi kesia-siaan? Apakah kenaikan kelas,
lulus sekolah dan jadi sarjana juga untuk kesia-siaan?
Kitab Pengkhotbah memang melukiskan
bahwa segala sesuatu sia-sia. Namun baiklah kita memahami alasan penulis kitab
ini mengatakan sedemikian. Alasan pokoknya ialah, manusia dengan hikmatnya,
tidak akan pernah sanggup menyelami kedalaman hikmat Allah. Yang diperlukan
ialah, baiklah manusia mengakui dua hal, yaitu [1] hikmatnya lebih rendah di
banding hikmat Allah, dan [2] bahwa segala sesuatu dijadikan TUHAN dengan
maksudNya yang khusus –dan tentu bukan maksud kesia-siaan.
Namun, dalam dua hal tadi, manusia
selalu memaksakan agar TUHAN melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak
manusia itu. Karena itu manusia selalu kedapatan tidak puas, dan sebabnya suka
protes TUHAN. Manusia mau mengatur TUHAN sekehendak hatinya. Ibarat, belum
saatnya musim menuai, sudah memaksakan diri untuk panen. Belum saatnya terima
gaji, sudah memaksakan kehendak agar gaji segera dibayar. Nasi belum masak,
sudah memaksakan diri untuk segera makan siang.
Sepanjang tahun ini, TUHAN sudah
melakukan segala sesuatu. Dan tentu itu baik pada waktu yang ditetapkanNya.
Dalam rupa-rupa masalah yang kita hadapi, untuk maksud yang baiklah TUHAN
mengadakannya bagi kita. Jadi marilah berhenti sejenak dan percayalah bahwa:
‘sepanjang tahun ini tidak ada satu pun hal yang sia-sia kita alami dengan
TUHAN’. Selamat Kunci Tahun. [etm]
Rabu, 1 Januari 2014 Jemaat
GPM Rumahtiga
Segalanya
Baru
[Wahyu 21:1-6]
T
|
ahun
2014 telah tiba. Pagi ini kita telah menjadi bagian dari sebuah proses sejarah
dunia yang baru, sejarah di tahun 2014. Ibadah kita pagi ini adalah ibadah
pertama di tahun 2014. Karena itu jika kita tidak mengambil bagian di dalamnya,
maka kita tidak tercatat dalam bilangan orang-orang yang bangun pagi-pagi dan
mencari TUHAN di hari pertama tahun ini.
Inilah Tahun Baru yang diadakan
TUHAN kepada kita. Mengapa TUHAN selalu memberi yang ‘baru’ kepada umatNya?
Kitab Wahyu dan seluruh kitab dalam Alkitab menjawab, sebab kasih karuniaNya
besar bagi dunia dan manusia. CintaNya lebih kepada ciptaanNya.
Sebab itu, TUHAN memberi segala
yang ‘baru’ sebagai bukti bahwa, IA masih terus memulihkan kita dari segala
kondisi hidup kita. Pekerjaan pemulihan TUHAN masih berlangsung. Jadi setiap
hari ketika kita tiba di hari yang baru, dan kini di tahun yang baru, itu
artinya TUHAN masih terus melakukan pemulihan atas kita, rumah tangga kita,
jemaat dan masyarakat kita, serta atas alam semesta.
Pemulihan itu diberinya cuma-cuma,
jadi tidak dipungut bayaran sepeser pun. Itulah sifat TUHAN. Bahwa IA baik, dan
kebaikanNya itu terwujud melalui pemberian cuma-cuma kepada semua manusia.
Mengapa TUHAN memberi segalanya
cuma-cuma? Karena IA tidak terbatas. IA Alfa dan Omega. IA lebih di dalam
segala sesuatu, dan tidak habis cinta dan kasihNya kepada ciptaanNya. IA Alfa
dan Omega, maka IA memulai suatu hari baru dengan kita, dan mengakhirinya pun
bersama-sama dengan kita.
Sebab itu di tahun baru ini kita
percaya bahwa karena TUHAN yang memulihkan kita dan membawa kita masuk ke 2014,
maka percayalah pula bahwa IA akan terus bersama kita sampai kita memasuki 2015
nantinya. Karena TUHAN itu Alfa dan Omega. SELAMAT TAHUN BARU 2014.[etm]
7Liturgi Harian Musim Natal 2013
Penulis:
Eltom246
|
Liturgi
Adventus Natal Keluarga Jemaat Tahun 2013
Hari Minggu
PERSIAPAN
HATI:
P
: Sungguh
TUHAN, Engkau Maha Kuasa.
J : Kuasa-Mu
memelihara kami hingga hari ini
P : Kami
mau memuliakan nama-M, ya TUHAN
J : Atas
adventus-Mu, Ya Yesus, kami datang bersama
P : Syukur
pagi ini jadi demi nama Bapa, Anak dan Roh Kudus
Menyanyi:
‘Bapa, Engkau Sungguh Baik’
MAKNA ADVENTUS:
P : Kini
kita awali perenungan di masa adventus, sambil mengimani bahwa kita menantikan
Sang Juruselamat yang datang. Baiklah kita menguatkan hati, sebab TUHAN yang
datang akan memulihkan tiap hati untuk teguh pada iman yang di dalamnya kita
selamat.
Doa
Pembacaan Alkitab
Pembacaan
Alkitab
Renungan
Adventus
Menyanyi:
KJ/PKJ/Ny. Rohani/DSL
DOA
ADVENTUS [Oleh. Orang Tua]
Menyanyi:
KJ/PKJ/Ny. Rohani/DSL
BERKAT:
P : Damai
sejahtera Allah, dalam kasih Yesus memberkati kita hari ini sampai selama-lamanya.
J : [Menyanyi]
Amin, Amin, Amin
Liturgi
Adventus Natal Keluarga Jemaat Tahun 2013
Hari Senin
INDAHNYA
ADVENTUS:
Menyanyi:
‘Allah Kuasa Melakukan Segala Perkara’
P : TUHAN,
kami tidak tinggi hati dan tidak sombong
J : Karena
yang kami dapati adalah wujud kuasa-Mu yang ajaib
P : TUHAN,
kami tidak mencari kepuasan yang sia-sia
J : Karena
daripada-Mu-lah segala berkat
P : Kami
rindu lebih dekat satu sama lain, dan lebih dekat pada-Mu
J : Maka
pulihkanlah kami, Bapa, agar biarlah kami hidup rukun
P : Dan
jadilah ibadah kita demi nama Bapa, Anak dan Roh Kudus
Menyanyi:
‘Ajaib Benar, Anugerah’
MAKNA ADVENTUS:
P : Kita
telah masuk dalam hari-hari di minggu Adventus. Baiklah kita menjadi
orang-orang yang tekun dalam belajar, bekerja, berusaha, saling melayani satu
sama lain, menjaga perdamaian, kebersihan diri dan lingkungan, dan selalu
bersyukur atas berkat TUHAN. Sebab Adventus terjadi saat kita sedang bermisi di
tengah dunia.
Doa
Pembacaan Alkitab
Pembacaan
Alkitab+Renungan Adventus
DOA
ADVENTUS [Oleh. Orang Tua]
Menyanyi:
KJ/PKJ/Ny. Rohani/DSL
BERKAT:
P : Damai
sejahtera Allah, dalam kasih Yesus memberkati kita hari ini sampai selama-lamanya.
J : [Menyanyi]
Amin, Amin, Amin
|
Liturgi
Adventus Natal Keluarga Jemaat Tahun 2013
Hari Selasa
MENJADI
BERIMAN DI HARI ADVENTUS:
P : Apakah
yang membuat kita bahagia?
J : Sukacita
berbagi sebagai keluarga yang kudus
P : Apakah
yang menyenangkan hati kita?
J : Ketulusan
dalam cinta kasih seorang akan lainnya
P : Bagaimana
sukacita itu kita bagikan?
J : Sambil
bergembira atas hari ini. TUHAN telah memberinya bagi kita
P : Maka
jadilah ibadah ini demi nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Amin
Menyanyi:
‘Tak Tersembunyi Kuasa Allah’
PESAN ADVENTUS:
P : Kita
menanti Juruselamat yang datang. Maka peliharalah keharmonisan dalam keluarga,
binalah cinta kasih dan saling menghormati. Jangan berhenti untuk terus berbuat
baik
Doa
Pembacaan Alkitab
Pembacaan
Alkitab
Renungan
Adventus
Menyanyi:
KJ/PKJ/DSL/Ny. Rohani
DOA Adventus [Oleh. Orang Tua]
Menyanyi:
KJ/PKJ/DSL/Ny. Rohani
BERKAT:
P : TUHAN
memberkati kita sebab iman yang menyelamatkan kita.
J : [Menyanyi]
Amin, Amin, Amin
Liturgi
Adventus Natal Keluarga Jemaat Tahun 2013
Hari Rabu
KELUARGA
YANG BER-ADVENTUS:
P : Hari
ini kita datang lagi kepada TUHAN dengan tidak berjemu. Hari ini kita bertekun dalam
doa, agar kita menjadi semakin siap menyambut kedatangan Mesias. Karena itu,
jangan cemas hatimu dan jangan ragu, sebab TUHAN datang dan telah tinggal
dengan kita. Ibadah ini kudus demi nama-Nya.
Menyanyi:
‘Kasih dari Surga’
CERITA KECIL:
P : Seekor
anak burung menjerit di sarangnya. Induknya hilir mudik mengantar makanan,
tetapi ia tetap menjerit. Tanpa henti-hentinya ia terus menjerit, padahal
makanan telah berlimpah diberi induknya. Lalu sang induk burung itu bertanya:
‘mengapa engkau menyerit, sedang semuanya sudah tersedia bagimu?’ Anak burung
itu menjawab: ‘Aku perlu makanan, tetapi lebih lagi aku memerlukan ibu di sini
menemaniku makan’.
Doa
Pembacaan Alkitab
Pembacaan
Alkitab+Renungan Adventus
Menyanyi:
KJ/PKJ/DSL/Ny. Rohani
DOA Adventus [Oleh. Orang Tua]
Menyanyi:
KJ/PKJ/DSL/Ny. Rohani
BERKAT:
P : Kuasa
TUHAN melimpah dalam kita sampai selama-lamanya.
J : [Menyanyi]
Amin, Amin, Amin
Liturgi
Adventus Natal Keluarga Jemaat Tahun 2013
Hari Kamis
Menyanyi: ‘S’perti Rusa Rindu
Sungai-Mu’
ADVENTUS
YANG SEJUK:
P : TUHAN
mendandani alam ini indah bagi kita
J ; Ya,
padahal kita sering mengotori lingkungan sekitar
P : Pohon
dan rumput hijau dijadikan-Nya pula
J : Ya,
dan kita tak kuasa melihat semuanya rusak
P : TUHAN,
pagi ini kami kan menghirup udara sejuk-Mu
J : Ajarlah
kami memelihara kelestarian lingkungan dan menciptakan sejuknya suasana hidup
dalam keluarga kami
P : Maka
ibadah ini jadi demi nama-Nya, sang pencipta semesta
Doa
Pembacaan Alkitab
Pembacaan
Alkitab
Renungan
Adventus
Menyanyi:
KJ/PKJ/DLS/Ny. Rohani
RENUNGAN DOA:
P : Hari
ini kita berjumpa dengan alam yang sejuk. Aneka ornamen natal menghias rumah
dan jalan-jalan. Pohon natal aneka bentuk, dan lampunya kerlap sepanjang malam.
Ketahuilah bahwa, di sudut yang sepi, TUHAN sedang merenungi mengapa alam-Nya
yang indah kian rusak??
DOA Adventus [Oleh. Orang Tua
diakhiri dengan berkat]
“Kasih karunia dari Allah menyertai
kita selama-lamanya”
J : [menyanyi]
Amin, Amin, Amin
Liturgi
Adventus Natal Keluarga Jemaat Tahun 2013
Hari Jumat
Menyanyi: ‘Mari Masuk’
DATANGLAH
YA, TUHAN:
P : Ya
TUHAN, mari datanglah dan tinggallah dalam rumah kami
J : Kiranya
Engkau masuk dan tinggal bersama kami, Ya Juruselamat
P : Datanglah
TUHAN dan tinggallah bersama kami
J : Karena
Engkau menjadi TUHAN di hati dan hidup kami
P : Maka
jadilah ibadah ini demi nama-Mu, ya Juruselamat
Menyanyi:
‘Ada Kuasa dalam Darah-Nya’
Doa
Pembacaan Alkitab
Pembacaan
Alkitab
Renungan
Adventus
Menyanyi:
KJ/PKJ/DLS/Ny. Rohani
DOA Adventus [Oleh. Orang Tua]
ADVENTUS YANG SALING MELAYANI:
[Pelayanan simbolis, orang tua
menuangkan teh kepada seorang anak, sambil berkata: ‘Hiduplah dalam saling
melayani’]
BERKAT:
P : Maka
kasih dan pertolongan dari Allah Bapa, dan Yesus Kristus dan Roh Kudus melimpah
dalam keluarga dan hidup kita supaya kita sanggup melayani sesama dan semesta
ciptaan TUHAN hari ini sampai selama-lamanya.
J : [Menyanyi]
Amin, Amin, Amin
|
Liturgi
Adventus Natal Keluarga Jemaat Tahun 2013
Hari
Sabtu
[Ibadah Karya]
Menyanyi: ‘Berlimpah Sukacita di
Hatiku’
Doa [Oleh. orang tua sekaligus Doa
Pembacaan Alkitab]
Pembacaan Alkitab
Renungan Adventus
Doa Syukur
Dilanjutkan
dengan kerja bersama membersihkan rumah dan halaman
‘Jadikanlah
Rumah kita suatu tempat yang indah bagi TUHAN
Jadikanlah
keluarga kita palungan yang kudus bagi Juruselamat’
SELAMAT HARI NATAL
25 Desember 2013
&
SELAMAT TAHUN BARU
1 Januari 2014