Thursday, December 5, 2013

Renungan Musim Natal 2013

Kata Pengantar

Jemaat yang dikasihi dalam Yesus Kristus, Putra Natal!
Dengan memiliki dan menggunakan Buku kecil ini, kita dimintakan untuk meresapi dan merenungi makna adventus dan perayaan Natal Kristus tahun 2013 sebagai sebuah sukacita iman yang tidak henti-hentinya dialami. Memang Natal itu adalah kisah perjumpaan abadi antara TUHAN dengan manusia. Natal berintikan komunikasi langsung antara TUHAN dengan manusia. Sebuah komunikasi yang mengandung pesan sederhana namun abadi, yaitu ‘IMANUEL – Allah beserta kita”.

Majelis Jemaat GPM Rumahtiga kembali menyediakan buku Renungan ini, untuk meningkatkan aktifitas Rumah Doa, sebagai salah satu kegiatan utama Pembinaan Keluarga yang telah kita canangkan sejak tahun 2011 yang lalu. Kali ini, selain memuat 32 Renungan Musim Natal, juga memuat Liturgi Harian untuk menjadi pedoman pelaksanaan Rumah Doa dalam setiap rumah tangga.

Karena itu, sambil bersyukur kepada Yesus Kristus Putra Natal, kami berdoa agar Buku Kecil ini memberi manfaat besar dalam wujud bertambahnya sukacita di setiap rumah tangga, dan kuasa TUHAN berkenan meneguhkan tiap pergumulan setiap rumah tangga selama musim Natal 2013 ini.

Kasih dan karunia dari Yesus Kristus Putera Natal menjadi milik kita. Maka biarlah kita “MEMULIAKAN ALLAH DAN JADILAH BERKAT DI BUMI”.

Rumahtiga, 29 November 2013
Ketua Majelis Jemaat


Pdt. Elifas Tomix Maspaitella


iii
ii
Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi

1.        Minggu, 01 Desember 2013
Janji yang Ditepati [Yeremia 33:14-16]
2.        Senin, 02 Desember 2013
Oh Gembalaku [Yeremia 23:1-4]
3.        Selasa, 03 Desember 2013
Hidup Tenteram, Itu Obat [Yeremia 23:5-6]
4.        Rabu, 04 Desember 2013
Kado dari TUHAN [Yeremia 23:7-8]
5.        Kamis, 05 Desember 2013
Lakukanlah Keadilan [Yeremia 22:1-3]
6.        Jumat, 06 Desember 2013
Teruslah Melakukan yang Baik [Yeremia 22:4-7]
7.        Sabtu, 07 Desember 2013
Percaya Kepada Allah Saja [Yeremia 22:8-9]
8.        Minggu, 08 Desember 2013
Anak-anak Siang [1 Tesalonika 5:1-11]
9.        Senin, 09 Desember 2013
Saling Memberi Salam [2 Tesalonika 3:16-18]
10.   Selasa,1 0 Desember 2013
Salam dengan Cium Yang Kudus [2 Korintus 13:11-13]
11.   Rabu, 11 Desember 2013
Waspadalah [Lukas 12:35-39]
12.   Kamis, 12 Desember 2013,
Hamba Yang Naik Kelas [Lukas 12:40-46]
13.   Jumat, 13 Desember 2013
Jangan Tinggal Diam [Lukas 12:47-48]
14.   Sabtu, 14 Desember 2013
Hati-hati Terhadap Perpecahan [Lukas 12:49-53]
15.   Minggu, 15 Desember 2013
Iman dan Kesejahteraan [Mazmur 122:1-9]
16.   Senin, 16 Desember 2013
Introspeksi Iman [Mazmur 123:1-4]
17.   Selasa,17 Desember 2013
Jikalau Bukan TUHAN [Mazmur 124:1-8]
18.   Rabu, 18 Desember 2013
Buah dari Percaya [Mazmur 125:1-5]
19.   Kamis, 19 Desember 2013
Saat TUHAN Pulihkan Kita [Mazmur 126:1-3]
20.   Jumat, 20 Desember 2013
Menabur Sambil Berjalan Maju [Mazmur 126:4-6]
21.   Sabtu, 21 Desember 2013
Miringkan TelingaMu, TUHAN [Mazmur 130:1-8]
22.   Minggu, 22 Desember 2013
Kemuliaan TUHAN  [Mazmur 19:2-7]
23.   Senin, 23 Desember 2013
Berpegang Pada TUHAN [Mazmur 19:8-15]
24.   Selasa, 24 Desember 2013
Bijaksana, Adil dan Beribadah [Titus 2:11-15]
25.   Rabu, 25 Desember 2013
Benar, Dia Lahir [Lukas 2:8-20]
 26.  Kamis, 26 Desember 2013
Saat ‘Ku Dibaptis [Markus 1:9-11]
27.   Jumat, 27 Desember 2013
Akulah… [Yohanes 1:19-23]
28.   Sabtu, 28 Desember 2013
Dia Lebih, Dibandingkan Aku [Yohanes 1:24-28]
29.   Minggu, 29 Desember 2013
Semua Pujilah TUHAN [Mazmur 148:1-14]
30.   Senin, 30 Desember 2013
Senangkan Hati TUHAN [Mazmur 147:7-11]
31.     Selasa, 31 Desember 2013
Semua Karena TUHAN [Pengkhotbah 8:9-17]
32.     Rabu, 1 Januari 2014
Semuanya Baru [Wahyu 21:1-6]
33.     Liturgi Harian:
1.       Liturgi Hari Minggu
2.       Liturgi Hari Senin
3.       Liturgi Hari Selasa
4.       Liturgi Hari Rabu
5.       Liturgi Hari Kamis
6.       Liturgi Hari Jumat
7.       Liturgi Hari Sabtu






 32Renungan Musim Natal 2013


Penulis: Eltom246



Minggu, 01 Desember 2013                                                                Jemaat GPM Rumahtiga
 
Janji Yang Ditepati
[Yeremia 33:14-16]

S
ebuah syair yang indah berbunyi begini: ‘Janji yang manis, Kau tak dilupakan….”. Syair itu adalah tembang rohani yang abadi, sebagai lukisan maha sempurna tentang betapa TUHAN itu adil memperlakukan umatNya. Jika kita merefleksikan hubungan kita dengan TUHAN, maka kita akan menemukan satu rahasia kecil, yaitu hubungan indah ini terjadi karena TUHAN yang berinisiatif mengadakannya.
TUHAN tidak main-main, ketika mengambil inisiatif untuk berhubungan dengan manusia. Bukti bahwa IA tidak main-main adalah IA membuat perjanjian luhur dengan manusia. Dan isi perjanjian luhur itu adalah bahwa IA akan menyelamatkan umatNya, dan IA akan tetap setia pada janji itu.
Bahkan ketika manusia melanggar ikatan janji itu, atau ketika manusia melakukan banyak perkara dosa sekali pun, IA tetap setia, sebab IA tidak bisa menyangkali diriNya sendiri. Yaitu IA adalah TUHAN.
Teks kita menegaskan bahwa, oleh karena TUHAN itu setia, maka IA akan ‘melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri’ [ay.15]. Kalimat ini sederhana namun mengandung pesan yang sangat kuat. TUHAN melaksanakan keadilan dan kebenaran. Artinya IA bertindak. Di tengah berbagai praktek ketidakadilan, akibat penyelewengan hukum dan ketidaktaatan manusia, TUHAN dikabarkan ‘melaksanakan keadilan dan kebenaran’. IA bukan hanya tidak tinggal diam, melainkan IA bertindak langsung untuk menunjukkan dan menjaminkan keadilan dan kebenaran di negeri.
Sebab itu, manusia harus beriman, bahwa segala perjuangan demi kebenaran dan keadilan, diperjuangkan bersama-sama dengan TUHAN, yang kita akui sebagai ‘TUHAN keadilan kita’ [ay.16]. Jadi, percayalah bahwa IA menepati segala yang dijanjikanNya. Natal adalah wujud TUHAN menepati janjiNya. [etm]

Senin, 02 Desember 2013                                                                      Jemaat GPM Rumahtiga

Oh Gembalaku…..
[Yeremia 23:1-4]

Y
esus memberi ilustrasi yang menarik tentang seorang gembala yang baik. Dari sekian banyak citra dirinya, ada satu yang menarik yaitu, gembala itu mengenal domba-domba, dan memanggil domba-dombanya sesuai dengan namanya, serta domba-domba itu mengenal suara gembalanya [baca. Yoh. 10:3-4]. Jadi tidak mungkin terjadi ‘salah panggel” atau ‘salah kanal’, dan domba juga tidak mungkin ‘datang salah orang’ atau ‘datang pada gembala yang salah.
Dalam Teks kita ini. TUHAN mengambil prakarsa baru untuk menyelamatkan umatNya dengan jalan mengangkat gembala yang baik di tengah mereka. Prakarsa TUHAN ini terjadi karena umatNya telah hilang arah. Mereka tidak mendapatkan pemimpin yang baik. Sebab itu, mereka [yang telah terserak], tidak bisa disatukan. Persekutuan di antara mereka rapuh, karena tidak ada sosok teladan yang dapat mempersatukan mereka kembali.
Dalam realitas seperti itu, TUHAN kembali berprakarsa untuk mengagkat gembala yang baik, agar umatNya tidak tercerai lagi [ay.4]. Tujuan dari prakarsa TUHAN itu ialah untuk menghimpunkan kembali, dan untuk meningkatkan persekutuan di antara umatNya.
Ada proses pemulihan yang TUHAN hendak kerjakan, namun dengan menetapkan gembala yang baik. Dengan demikian kita diajak untuk tetap menjadi pemimpin yang dapat diteladani. Mulai dari dalam rumah tangga, setiap suami/papa harus mempersatukan rumah tangganya. Dalam Jemaat, setiap pelayan [gembala] harus mengutuhkan ikatan hidup jemaat dan meningkatkan rasa memiliki kepada Gereja dan panggilan kudus. Dalam masyarakat, para pemimpin harus menjadi gembala yang baik, supaya persatuan dalam masyarakat terbina sebagai kekuatan untuk terus maju dan bertumbuh. [etm] 

Selasa, 03 Desember 2013                                                                   Jemaat GPM Rumahtiga

Hidup Tenteram, Itu Obat
[Yeremia 23:5-6]

N
atal selalu juga dinamai ‘hari penuh damai’. Natal seakan menghipnotis semua orang, sehingga tanpa disuruh, semuanya ingin hidup tenang, penuh sukacita, tidak bertengkar, dan sebagainya. Semua perilaku etik dibenahi, agar menjalani natal ‘deng sagala bae’.
Memang suasana hidup seakan berubah cepat di masa-masa menjelang dan selama Natal. Itu menandakan bahwa manusia selalu ingin menjadi baik atau berubah ke arah yang baik. Masa Natal pun selalu menjadi waktu yang tepat untuk ‘biking bae’ relasi antarmanusia. Dahulu, waktu ‘kawin lari’ masih sering terjadi, waktu baik untuk ‘minta ampong’ adalah masa Natal. Ringkasnya, semua rasa marah sirna pada saat Natal.
Hidup senang, tenteram itu ternyata tidak sulit diciptakan. Caranya pun mudah. Yaitu kita harus saling bertemu dan berkomunikasi. Dengan saling bertemu, kita mengeratkan kebersamaan dan merawat persekutuan. Sebab itu, pertemuan yang berkualitas adalah pertemuan yang selalu diciptakan melalui kesediaan untuk terus berjumpa satu sama lain.
Dengan saling berkomunikasi, kita mempersempit ruang kesalahpahaman dan mengatasi rasa penolakan satu sama lain. Komunikasi bukan saja proses pertukaran pesan, melainkan juga upaya untuk saling mengoreksi dan membenahi seorang terhadap lainnya. Upaya untuk saling memahami kebutuhan dan juga menyepakati tugas-tugas bersama.
Teks kita menegaskan bahwa, seorang pemimpin yang baik, yang diutus TUHAN ke dalam persekutuan umat [keluarga, jemaat, masyarakat] akan adalah yang mau terus bertemu dan berkomunikasi dengan anggota keluarga, jemaat atau masyarakatnya. Di situlah ia telah menciptakan suasana hidup yang tenteram sehingga persekutuan di antara mereka terawat baik. Natal adalah masa meningkatkan kualitas pertemuan dan komunikasi antarmanusia.[etm]

Rabu, 04 Desember 2013                                                                       Jemaat GPM Rumahtiga

Kado dari TUHAN
[Yeremia 23:7-8]

K
ado Natal selalu menjadi barang special bagi semua orang. Walau demikian, mungkin ada orang yang tidak pernah mendapati kado special. Artinya mereka menjalani Natal dalam situasi yang berbeda dari orang lain. Pendapat ini benar-benar saja. Tetapi jika kita memahami Natal sebagai sebuah waktu [kairos], atau kesempatan khusus yang diberi TUHAN kepada semua umat, maka ada sebuah kado istimewa yang diberikan TUHAN dan dimiliki oleh setiap manusia, siapa pun dan di mana pun ia berada.
Kado itu adalah hidup bersama dalam satu persekutuan keluarga, jemaat, negeri. Dan itu adalah sebuah waktu [kairos] yang kudus. Di dalam waktu itu ada banyak kesempatan yang bisa dan harus dimanfaatkan. Dan kesempatan yang paling baik adalah berdamai, bersekutu, hidup bersama-sama, saling menyayangi dan saling mengasihi satu sama lainnya.
Sebab itu memang benar, setiap Natal tiba, kerinduan untuk berkumpul itu begitu tinggi. Anak-anak atau anggota keluarga yang ada di luar daerah, semuanya diharapkan atau atas maunya, pulang kembali ke rumah semata-mata karena mereka merasa tidak indah jika Natal terpisah dari keluarga.
Dalam kaitan itu, Natal sekaligus merupakan kesempatan untuk berdoa meminta TUHAN mengutuhkan relasi rumah tangga kita, mengutuhkan dengan jalan menyadarkan anggota keluarga untuk tidak mengabaikan tanggungjawab atas rumah tangga sekecil apa pun. Sambil yakin, akan ada bentuk kebaikan TUHAN yang terjadi atas relasi rumah tangga kita.
Sebagai Jemaat Rumahtiga, kita pasti memiliki pengalaman tersendiri, tentang bagaimana TUHAN menghimpunkan dan mengembalikan kita ke negeri dan jemaat ini. Itulah sebabnya, saat ini kita semua harus yakin bahwa, kita sudah mendapat kado yang indah dari TUHAN, yaitu berkumpul dan hidup bersama di Rumahtiga kembali.[etm]


Kamis, 05 Desember 2013                                                                   Jemaat GPM Rumahtiga

Lakukanlah Keadilan
[Yeremia 22:1-3]

S
uatu pagi, seorang anak bangun dari tidurnya. Ia mendapat pesan di secarik kertas yang bertuliskan: ‘sarapan ada di meja. Uang jajan di tempat biasa. Kunci pintu nanti ditaruh di bawah keset kaki.” Rupanya hal itu sudah rutin ia dapati setiap pagi, karena kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya.
Suatu hari, ketika orang tuanya pulang dari kerja. Anak mereka tidak ada di rumah. Pesan serupa terus ditinggalkan. Dan selama seminggu, hal itu terus terjadi. Sang anak tidak di rumah, tetapi orang tua tetap menuliskan pesan tersebut kepada anak mereka.
Tiba-tiba, mereka mendapat telepon yang mengatakan bahwa anak mereka sedang di rumah tahanan kepolisian karena ditangkap mengadakan pesta narkotika. Kedua suami isteri itu bergegas menuju kantor polisi. Setiba di sana, mereka hanya bisa saling menatap. Dan si anak itu berkata: ‘papa dan mama sudah membaca pesan saya di atas meja?’
Ternyata sebelum anak itu meninggalkan rumah seminggu lalu, ia menulis pesan di secarik kertas dan diletakkan di meja kerja kedua orang tuanya. Pesannya berisi: ‘sarapan tidak saya makan. Uang jajan tidak saya  ambil. Kunci tidak saya pindahkan. Tetapi saya akan ada di rumah teman dan akan pindah ke rumah tahanan polisi. Jangan jenguk saya. Sebab saya tahu saya salah’.
Cerita itu mau menegaskan bahwa, setiap saat kita mendapat peluang untuk melakukan keadilan kepada anak atau sesama. Peluang itu tidak boleh disia-siakan. Sebab itu, jangan salah memperlakukan anak atau orang tua, atau sesama kita. Perlakukanlah semua orang sesuai dengan harga diri dan martabatnya. Dan bertanggungjawablah atas apa yang menjadi panggilan hidup dan tugas kita. Dengan demikian, kita meninggalkan pesan-pesan hidup yang menguatkan satu sama lain setiap hari.[etm]
 
Jumat, 06 Desember 2013                                                                    Jemaat GPM Rumahtiga

Teruslah Melakukan yang Baik
[Yeremia 22:4-7]

C
erita Bawang Putih dan Bawang Merah merupakan cerita atau dongeng pengantar tidur anak. Kisahnya sesungguhnya sederhana. Sebab berkisah tentang anak yang baik kelakuannya, yakni Bawang Putih, dan yang buruk kelakuannya, yakni Bawang Merah.
Dari cerita itu kita selalu mendapat gambaran tentang konsistensi Bawang Putih untuk terus menjadi anak yang baik. Sebaliknya Bawang Merah, saudaranya selalu mau melakukan hal yang salah. Walau akhirnya itu disesalinya.
Contoh sikap seperti itu selalu ada dalam hidup kita sesehari. Ada orang yang selalu konsisten melakukan kebaikan, walau ia digoda untuk melakukan hal yang salah. Ia tidak bergeming sedikit pun. Walau ia hidup serumah dengan orang yang melakukan kesalahan, ia tetap tidak tergoda, sebaliknya dapat mengubah orang yang suka melakukan hal yang buruk.
Penting kita bertanya, mengapa orang selalu kedapatan konsisten melakukan kebaikan? Teks kita menjawab, bukan karena ia takut dihukum. Sebaliknya karena ia mencintai hidup. Dan hidup yang dimaksud di sini adalah hidup yang memberi sukacita kepada banyak orang. Bukan hidup yang membawa petaka.
Sebaliknya orang cenderung melakukan berbagai hal yang buruk juga bukan karena ia tidak tahu resiko dari tindakan buruknya. Sebaliknya, ia sangat tahu semua resiko itu, tetapi karena itu tidak mencintai hidup. Hidup baginya adalah memperoleh kepuasan sesaat.
Natal membelajarkan kita untuk mari kita memiliki perspektif yang benar tentang hidup. Sebab hidup adalah berkat. Dan hidup adalah kesempatan untuk semakin taat kepada TUHAN, menuruti segala firmanNya dan menjadi cerdas.[etm]
 
Sabtu, 07 Desember 2013                                                                     Jemaat GPM Rumahtiga

Percaya Kepada Allah Saja
[Yeremia 22:8-9]

M
inggu Adventus I akan kita akhiri di hari ini. Artinya, renungan kita tentang hidup dan keadilan, kiranya memperkokoh semangat kita untuk memulihkan persekutuan rumah tangga, jemaat dan masyarakat. Adventus I ini berpuncak pada sebuah janji iman bahwa: ‘kita tidak mau terus terpuruk dalam kesalahan dan kealpaan, sekedar menjadi orang baik karena Natal; sekedar berubah karena musim Natal.
Teks kita jika dibaca dalam bentuk yang positif, mengandung pesan bahwa, untuk memperoleh kasih karunia TUHAN yang melimpah, kita harus benar-benar hanya percaya kepada TUHAN dan beribadah pula hanya kepadaNya.
Manusia tidak punya pilihan lain selain beriman kepada TUHAN dan beribadah kepadaNya. Sebab itu, Adventus Natal mengajak kita untuk merenungi bahwa, Natal secara ritual merupakan suatu peristiwa berulang sepanjang tahun. Namun pengulangannya menegaskan bahwa, iman kepada Yesus Kristus adalah sebuah penegasan jati diri keagamaan yang harus semakin transformatif.
Sebab Yesus bukan lagi seorang bayi.  Yesus telah ada di dalam ruang penghayatan kita. AjaranNya sudah harus menjadi kekuatan dalam kita berkarya. Ia telah menjadi bagian dari sekian banyak upaya memulihkan persekutuan rumah tangga. Ia selalu menjadi jawaban atas berbagai hal yang kita doakan. Ia selalu menjadi sandaran tatkala kita mengalami berbagai masalah. Ia selalu menjadi tumpuan untuk melangkah selepas sebuah pengalaman pahit yang kita alami. Dan ia tetap menjadi TUHAN yang hidup dan berkarya di antara kita.
Adventus I Natal ini kiranya semakin mempersiapkan kita untuk dengan iman itu, kita terus bergumul dan mempersiapkan diri untuk tugas-tugas besar yang harus kita jalankan. Sebab Natal adalah masa di mana kita merealisasi agenda damai sejahtera Allah.[etm]

Minggu, 08 Desember 2013                                                                 Jemaat GPM Rumahtiga

Anak-anak Siang
 [1 Tesalonika 5:1-11]

H
ari TUHAN secara umum dipahami sebagai masa kedatangan Yesus yang kedua kali, atau masa penghakiman.  Konsep ini menjadi populer sejak zaman Perjanjian Lama, sampai di zaman Yesus, oleh karena adanya pemahaman tentang surga dan neraka. Di mana surga adalah tempat bagi mereka yang berkelakuan baik, dan neraka bagi yang berkelauan jahat.
Di dalam Perjanjian Baru, konsep hari TUHAN itu lebih ditekankan pada bagaimana kualitas perilaku hidup kita dijaga; sebab hari TUHAN telah dipahami sebagai hari pengakiman. Antara orang baik dan orang jahat akan sama-sama dihakimi dan hakim akan menjatuhkan keputusan yang adil/setimpal.
Rasul Paulus sesungguhnya tidak terlampau memikirkan kapan waktu yang tepat hari TUHAN itu tiba. Ia menyebut, hari TUHAN tiba seperti pencuri di malam hari. Tidak diduga, tidak disangka, dalam keadaan siap atau tidak, bisa saja terjadi.
Karena itu, yang penting adalah bagaimana memelihara perilaku hidup. Meningkatkan kualitas moral, etik dan spiritual. Sebab itu dengan menyebut kita sebagai anak-anak siang, rasul Paulus menegaskan agar kita selalu hidup dalam kesadaran –tidak melakukan hal-hal di luar kontrol diri; beriman dan berpengharapan. Anak-anak siang itu selalu berjaga-jaga. Hal berjaga-jaga di sini bukan berarti kita tidak boleh tidur, karena kalau ketiduran maka kita tidak tahu kedatangan TUHAN.
Berjaga-jaga di sini lebih pada daya tahan untuk menghindari godaan ‘anak-anak gelap’, yang suka mabuk sepanjang waktu; dan hidupnya tidak tertib karena tidak menuruti perintah TUHAN. Berjaga-jaga berarti selalu sadar akan apa yang kita lakukan, lalu terus berusaha memperbaiki sikap hidup sepanjang waktu. Bukan pula tunggu mau Natal baru membenahi perilaku. Sepanjang waktu, selama kita masih sadar bahwa kita dikasihi TUHAN.[etm]

Senin, 09 Desember 2013                                                                     Jemaat GPM Rumahtiga

Saling Memberi Salam
 [2 Tesalonika 3:16-18]

S
etiap kita selalu memberi salam seorang akan yang lain. Kata-kata salam itu ada banyak. Salam yang menunjuk dimensi waktui, seperti Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore, Selamat Malam. Yang menunjuk dimensi kehidupan seperti Selamat Ulang Tahun, Selamat Panjang Umur. Tetapi juga yang menunjuk dimensi kehidupan yang bermutu, seperti Salam Damai Sejahtera, atau Shalom, atau dalam teks ini, Eirene.
Pada pekan Adventus II ini, kita diajak melalui teks ini untuk memahami bahwa esensi dari ‘salam damai sejahtera’ [eirene] ialah perjumpaan dalam segala situasi hidup dengan sesama. Benar, bahwa kita biasanya menitipkan salam kepada seorang saudara kita. Tetapi mari kita simak, bahwa hal ‘titip salam’ itu terjadi karena kita telah terlebih dahulu berjumpa dengan seseorang yang menjadi bagian hidup orang lain, yang kepada mereka salam kita titipkan.
Jadi perjumpaan itu esensi dari hal memberi salam. Sebab memberi salam itu sama arti dengan kita bersyukur, bahwa TUHAN masih memelihara kita dan juga saudara kita. Dan bukti TUHAN memelihara itu kita lihat langsung, sebab kita berjumpa secara langsung. Kemudian sebelum berpisah, kita memberi salam, juga sebagai doa bahwa TUHAN akan tetap memelihara saudara kita itu. Malah ketika kita menitipkan salam kepada anggota keluarganya, maka kita pun mendoakan bahwa TUHAN yang memelihara saudara kita itu juga memelihara anggota keluarganya yang lain.
Jadi, di hidup ini, kita tidak boleh menghindari dua hal. Pertama, jangan menghindar untuk berjumpa dengan sesama atau saudara kita. Sebab perjumpaan itu dikehendaki oleh TUHAN. Kedua, setiap perjumpaan, jangan lupa memberi salam, sebab salam itu adalah doa keselamatan. Dan menjelang pisah, jangan lupa memberi salam kepada saudara yang lain; sebab semakin rajin kita memberi salam, semakin rajin kita berdoa kepada saudara-saudara kita.[etm]

Selasa,1 0 Desember 2013                                                                    Jemaat GPM Rumahtiga

Salam dengan Cium Kudus
 [2 Korintus 13:11-13]

K
embali ke pokok memberi salam, seperti yang sudah kita refleksikan di hari kemarin. Hari ini, ada satu hal lagi dari cara memberi salam, yaitu memberi salam dengan cium kudus. Kiranya ini tidak dipahami seperti kebiasaan banyak orang yang setiap bertemu lalu memberi cium pipi kiri, pipi kanan [cipiki cipika]. Sebab ada esensi penting lain dari ‘cium kudus’ ini.
Setiap masyarakat memiliki kebiasaan dalam tatkala berjumpa. Ada yang berpelukan; ada yang sebatas bertegur sapa; ada yang berjabat tangan; menepuk pundak; ada yang memberi ciuman di pipi, bibir, hidung, dahi; atau cium tangan.
Salam dengan ‘cium yang kudus’ dalam kebiasaan masyarakat Yahudi seperti dalam teks ini, diberikan kepada mereka yang sudah sangat dekat satu sama lain. Tidak ada unsur eros/birahi dalam praktek ini. Ini dilakukan oleh seorang yang telah menjadi pemimpin/pelayan kepada Jemaatnya yang sudah lama tidak jumpa.
Di hati mereka sudah seperti saudara sendiri, walau mereka tidak memiliki hubungan darah. Dan yang mengikat mereka menjadi seperti saudara itu adalah iman atau kepercayaan yang sungguh-sungguh kepada TUHAN. Mereka terikat oleh komitmen iman untuk hanya percaya kepada TUHAN dan menuruti ajaran-ajarannya tanpa kecuali. Iman itu pula membuat mereka berkomitmen memelihara persekutuan iman di antara mereka.
Rasul Paulus menegaskan hal ini, kepada orang-orang Kristen di Korintus, yang telah berkomitmen percaya hanya kepada Yesus dan memelihara persekutuan gereja yang telah terbangun di antara mereka. Di antara jemaat itu ada kesehatian satu sama lain [ay.11 – sehati sepikir]. Hal sehati sepikir itulah yang membuat mengapa salam kepada mereka ditujukan, karena mereka kedapatan memiliki kualitas dalam memelihara hidup bergereja.[etm]

Rabu, 11 Desember 2013                                                                      Jemaat GPM Rumahtiga

Waspadalah
 [Lukas 12:35-39]

K
ita mengulang lagi renungan kita di hari Minggu, 08 Desember 2013. Kali ini kita lebih fokus melihat etika hidup seorang hamba, yang dalam teks ini, disebut Yesus sebagai yang siap sedia/waspada menanti kedatangan tuannya.
Jika dalam surat Paulus ditekankan aspek moral-etik sebagai jaminan keselamatan di hari TUHAN, maka dalam Injil Lukas ini, Yesus lebih menyoroti pada kesiapan seorang hamba. Memosisikan diri kita sebagai hamba, maka hal yang menarik dari relasi kita dengan TUHAN adalah bagaimana kita siap sedia untuk terus bekerja/melayani.
Jadi bukan soal kapan hari TUHAN itu datang. Soalnya lebih pada kesiap sediaan kita untuk terus melayani kapan pun dan dalam keadaan bagaimana pun. Sebab dengan kesiapan itu, maka kualitas pelayanan kita terus meningkat.
Lihatlah betapa Yesus melukiskan hal itu begitu indahnya. Yakni bahwa, jika hamba itu selalu waspada/siap sedia, maka di tengah malam sekalipun, tatkala tuannya datang, ia langsung membuka pintu, mengikat pinggangnya, mempersilahkan tuannya duduk makan, dan melayani mereka [ay.37]. Yesus menyebut sikap ini dengan ungkapan ‘berbahagialah’.
Jadi di hidup ini, yang utama adalah bagaimana kita tetap siap sedia melaksanakan tugas yang dipercayakan kepada kita. Sebab kesiap-sediaan kita itu menjadi bukti bahwa kita bukanlah orang suruhan yang bekerja/melayani hanya demi popularitas, uang dan kepuasan duniawi. Kita melayani karena kita sadar siapa kita sesungguhnya, yaitu hamba bagi TUHAN.
Sebab itu, di ayat 35 Yesus mengatakan ‘hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala’. Suatu ungkapan yang menegaskan agar kita tetap menjadi hamba yang mampu bekerja dan bersaksi di segala waktu dan pada segala situasi.[etm]

Kamis, 12 Desember 2013                                                                     Jemaat GPM Rumahtiga

Hamba yang Naik Kelas
[Lukas 12:40-46]

N
aik kelas. Dapat promosi jabatan baru. Naik pangkat. Setidaknya tiga jenis ‘kenaikan’ ini membuat hati bersukacita. Kecuali satu, yaitu ‘harga barang naik di pasar’, Wah, gelisahnya minta ampun; walau gaji baru saja dinaikkan. Alhasil semua orang punya gerutu yang sama, yaitu ‘dewasa ini semuanya naik terus, tidak turun-turun, dan yang turun hanya hujan’.
Masih melanjutkan renungan kita di hari kemarin, satu hal menarik yang muncul dalam teks kita hari ini ialah, ketika hamba itu kedapatan siap sedia, kepadanya diberi tanggungjawab yang lebih besar, yaitu ‘menjadi pengawas segala milik tuannya’ [ay.44], jadi dari dalam rumah sampai di ladang dan ternak, serta apa pun yang dimiliki tuannya itu. Wah, hebat benar hamba itu.
Nilai yang kita petik dari situ adalah kesetiaan dalam melayani membangun dimensi saling percaya di antara hamba dengan tuannya. Hamba itu percaya bahwa tuannya akan kembali ke rumahnya, dan tuannya itu percaya hamba itu selalu menjaga rumahnya dengan baik, dan siap melayani kapan pun tuan itu datang/pulang ke rumahnya. Jadi hal ‘naik kelas’ adalah buah dari rasa saling percaya di antara hamba itu dengan tuannya.
Dengan demikian, melalui pekan-pekan Adventus ini kita belajar untuk memahami bahwa, kesediaan kita melayani, membentuk rasa percaya kita yang sungguh kepada TUHAN. Rasa percaya tidak bisa tumbuh jika kita pasif dengan iman kita. TUHAN memberi kepada kita hikmat, supaya kita percaya bahwa IA tidak sekedar memberi kita satu pekerjaan dan dari pekerjaan itu kita tidak mengalami perubahan. Sebaliknya dengan memberi pekerjaan, walau kecil bentuk dan nilainya, asal kita tekun bekerja dan melayani, ada perubahan besar yang tentu diberi TUHAN kepada kita. Dan kesungguhan kita melayani menjadi jaminan bahwa, kita akan bertumbuh, berkembang, menghasilkan buah dan mendapat banyak berkat.[etm]

Jumat, 13 Desember 2013                                                                   Jemaat GPM Rumahtiga

Jangan Tinggal Diam
[Lukas 12:47-48]

A
da banyak aturan dalam hidup berkeluarga yang telah disepakati dan mesti dijadikan bagian dari pedoman kehidupan. Aturan-aturan itu tidak boleh dilanggari secara sengaja maupun tidak. Sebab, bisa menimbulkan keretakan, misalnya antarsuami-isteri. Atau pula menyebabkan ketidaktertiban hidup, misalnya antaradik-kakak. Setiap kita melanggar aturan-aturan itu, pasti ada masalah, seperti ‘baku marah, laeng seng mau bicara deng laeng’, dan sebagainya.
Ringkasnya ialah, siapa melanggar aturan atau pedoman hidup yang baik, hidupnya diburu masalah. Selain hidup dalam suasana relasi yang kurang akur/kurang mesra, tetapi juga diliputi rasa cemas, takut, dan bisa saja membuat kita kehilangan konsentrasi untuk melakukan suatu aktifitas.
Sebab itu,penting kita memahami sebuah aturan hidup, atau aturan dalam bekerja/di tempat kerja, supaya kita dapat melakukan peran kita secara maksimal, dan relasi kita dengan setiap orang dalam hidup dan di tempat kerja kita itu berlangsung secara harmonis, rukun, saling mendukung.
Teks kita hari ini mengajar kita untuk memahami bahwa inti dari hidup sebagai hamba TUHAN adalah yakin bahwa, status sebagai suami, isteri, kakak, adik; pekerjaan semisal PNS, bertani, nelayan, pedagang papalele, pendayung perahu, tukang ojek, tukang bangunan, penjaga kantor dan sekolah, peternak, adalah panggilan yang kudus. Dan bahwa dalam setiap status dan pekerjaan itu, ada aturan-aturan hidup dan kerja yang tidak boleh dilanggar seenak hati kita.
Sebaliknya atas status dan kerja itu, setiap aturan di dalamnya wajib dituruti, supaya kita dapat melakukannya dengan hati dan pikiran yang tenang, tanpa diburu rasa takut, cemas dan sejumlah rasa bersalah. Melainkan melakukannya dengan jujur, sungguh-sungguh, setia demi kebahagiaan semua orang. Di situlah seorang hamba akan semakin berkualitas. [etm]

Sabtu, 14 Desember 2013                                                                     Jemaat GPM Rumahtiga

Hati-hati Terhadap Perpecahan
 [Lukas 12:49-53]

Y
esus datang untuk membawa damai, bukan perpecahan. Namun bagaimana jika teks hari ini justru mengatakan sebaliknya, bahwa IA datang untuk membawa perpecahan? Dapatkah itu kita terima dengan akal dan iman kita yang selama ini percaya bahwa IA adalah Jurudamai?
Teks ini menyaksikan hal yang lain dari pemahaman iman kita secara umum mengenai hakekat kedatangan Yesus. Baik, marilah kita berusaha memahami maksudnya, sambil berusaha lebih sungguh-sungguh lagi supaya kondisi yang disaksikan teks ini tidak terjadi dalam hidup kita.
Kata-kata Yesus dalam injil ini dialamatkan dalam situasi hidup umat yang sudah tidak lagi mengembangkan rasa peduli satu terhadap lainnya. Krisis kepedulian terparah justru terjadi di dalam keluarga atau antar keluarga. Ikatan-ikatan kekeluargaan dan persaudaraan sudah tidak dihormati lagi, karena manusia mengejar kepentingan pribadi, mencari untung bagi dirinya, dan sampai-sampai nekat untuk mencelakai atau tidak mempedulikan saudaranya sendiri.
Karena itu, sesungguhnya cerita ini mewakili suasana yang sama dalam Kitab Nabi-nabi. Yaitu ketika umat mengharapkan datangnya Hari Tuhan, atau kedatangan Mesias sebagai pembawa damai, justeru mereka kedapatan hidup individual dan tidak memiliki kepekaan atau kepedulian sosial kepada orang-orang miskin, yang adalah saudara atau keluarga mereka sendiri.
Karena itu Yesus sesungguhnya hendak mengkritik hal itu, sebab jika tidak diperhatikan, maka perpecahan dalam keluarga dapat saja terjadi.  Dengan kritik itu Yesus sesungguhnya hendak menganjurkan agar umat semakin peduli kepada sesama dan saudaranya. Sebab esensi kehadiran Yesus adalah memulihkan setiap relasi antarmanusia, antaranggota keluarga, dan meningkatkan pelayanan kasih yang lebih kepada semua [keadilan sosial].[etm]

Minggu, 15 Desember 2013                                                                Jemaat GPM Rumahtiga

Iman dan Kesejahteraan
[Mazmur 122:1-9]

J
ika kita mencoba memahami realitas peribadahan kita di GPM, maka suasana peribadahan itu, dan penempatan tempat duduk, sudah sangat memperhatikan kesetaraan antarumat; dan tidak ada tempat yang dikhususkan untuk golongan sosial tertentu, atau jenis kelamin tertentu.
Jika kita memperhatikan urut-urutan liturgis, saat tiba pada Persembahan Kudus, semua jemat memberi kolektanya, tanpa disyaratkan besar kecil jumlah menurut tingkat ekonomi jemaat yang dalam realitasnya, berbeda. Itu berarti, TUHAN menerima apapun yang kita persembahkan kepadaNya, tanpa mengecualikan atau mengutamakan satu daripada yang lain.
Dan praktek liturgi apa pun yang berlangsung dalam ibadah, semuanya berlangsung dalam kesetaraan satu sama lainnya. Dan itu satu aspek hidup dan iman yang kita jumpai tatkala kita beribadah sepanjang waktu. Dengan demikian pesan penting dari itu ialah setiap orang sama di hadapan TUHAN, walau ia memiliki status sosial yang berbeda. Di hadapan TUHAN semuanya lebur menjadi satu, karena itu orang yang datang beribadah disebut/disapa dengan sapaan yang sama ‘Jemaat yang dikasihi dalam TUHAN Yesus’.
Pertanda bahwa, oleh iman, setiap orang yang datang beribadah, datang dengan membawa berkat-berkat yang telah diperolehnya dari TUHAN, guna dipersembahkan kepadaNya, sebagai persembahan kudus, persepuluhan, pengucapan syukur. Ia tidak datang dengan kemiskinannya. Ia pun tidak datang dengan kekayaannya. Melainkan datang sambil membawa berkat yang diberi TUHAN guna dipersembahkan kepadaNya pula.
Itu artinya, iman yang tampak dalam ibadah jemaat adalah iman yang mensejahterakan. Karena itu, setiap orang yang diberkati, di mana pun ia berada, dari mana pun ia datang; maka tatkala ia datang dalam ibadah, ia datang sambil membawa berkat yang ia terima dari TUHAN.[etm]


Senin, 16 Desember 2013                                                                    Jemaat GPM Rumahtiga

Introspeksi Iman
[Mazmur 123:1-4]

H
idup, berarti  ada hubungan dengan orang lain. Dan dalam hubungan ada proses saling mepengaruhi satu sama lain. Artinya, apa yang kita lakukan dapat berimbas [positif dan negatif] terhadap orang laing atau sebaliknya. Ini menandakan bahwa kita tidak dapat melepaskan diri dari amatan, penilaian, bahkan teguran sesama kita.
Dalam berelasi dengan sesama, kadang pula kita kedapatan tidak sanggup menghadapi segala penilaian dari sesama. Kita sering dikurung dalam perangkap ‘kesalahan’ –seakan-akan kita adalah orang yang paling berdosa di muka bumi. Dalam hal kerja, karena penilaian-penilaian tersebut, bisa saja kita mengalami praktek ketidakatilan.
Pemazmur mengajak kita menghadapi situasi seperti itu dengan melakukan tindakan introspeksi iman/spiritualitas. Simaklah ayat 1 dan 2 bacaan kita. Penggunaan istilah seperti ‘melayangkan mataku, memandang kepada tangan tuannya, memandang kepada tangan nyonyanya’, dan pemosisian dirinya sebagai hamba terhadap tuan yang adalah TUHAN itu sendiri, merupakan suatu bentuk introspeksi iman/spiritualitas.
Hal yang mesti kita lakukan ketika kita dituduhkan melakukan kesalahan, atau dicemooh dan difitnah dalam masyarakat, ialah ‘memandang kepada TUHAN’. Hal ‘memandang kepada TUHAN’ di sini ialah memusatkan segenap aktifitas hidup pada mempererat relasi dengan TUHAN, dan bukan menyibukkan diri dengan segala  macam cemooh dan fitnah dari sesama. Ini dilakukan oleh orang-orang benar yang diperlakukan tidak adil.
Dengan demikian kita dituntut untuk menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik; sebuah kualitas iman yang menjadikan kita anak yang takut TUHAN dalam segala peran dan aktifitas sesehari kita.[etm]
  

Selasa,17 Desember 2013                                                                     Jemaat GPM Rumahtiga

Jikalau Bukan Tuhan
[Mazmur 124:1-8]

P
emazmur selalu mengajarkan hal-hal yang berfaedah bagi hidup seorang manusia. Dan satu hal yang berfaedah adalah hidup dengan hanya mengandalkan TUHAN. Karena orang yang mengandalkan TUHAN adalah orang percaya yang takut TUHAN. Orang yang takut TUHAN adalah orang yang memahami keterbatasan dirinya, lalu tidak sombong, melainkan rendah hati, sambil yakin bahwa di dalam kelemahannya itu, TUHAN memberinya kemampuan. Artinya, TUHAN tidak akan meninggalkan dirinya sesaat pun.
Dalam teks hari ini, pemazmur menyatakan iman, dan mengajak kita untuk menyatakan iman yang sama, bahwa ‘jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, tentu kita sudah binasa’.
Sebab itu, jika sampai hari ini kita masih hidup dan berkesempatan untuk merayakan Adventus Natal, itu terjadi sebab TUHAN di pihak kita. Kita memiliki banyak masalah, namun itu tidak membuat kita hancur, juga sebab TUHAN di pihak kita. Ada banyak hal yang sulit kita hadapi, dan kita nyaris tak dapat menyelesaikkannya sendiri, namun kita tiba-tiba saja dimampukan mengatasinya, juga karena TUHAN di pihak kita. Kita mengalami dukacita dan kesedihan, namun dalam kesedihan dan dukacita itu kita tidak menyangkal TUHAN, juga karena TUHAN di pihak kita. Bangsa dan daerah ini dihantui bermacam-macam isu dan peristiwa bencana, namun kita tidak dibiarkan binasa sia-sia, juga sebab TUHAN di pihak kita.
Dan hal TUHAN di pihak kita, tidak mesti dipahami bahwa walau kita berdosa sekali pun IA tetap di pihak kita. Hal TUHAN di pihak kita dalam bahasa pemazmur ini adalah hal TUHAN menyatakan cintaNya yang lebih kepada umat yang takut akan Dia dan mau hidup bersandar sepenuhnya kepada TUHAN. Umat yang jujur, setelah mengaku dosanya, dan tidak melakukan dosa itu lagi. Kepada mereka seperti itu, TUHAN tetap menyatakan keberpihakannya kepada mereka; kepada manusia yang takut TUHAN.[etm]

Rabu, 18 Desember 2013                                                                      Jemaat GPM Rumahtiga

Buah dari Percaya
[Mazmur 125:1-5]

T
anpa percaya atau iman kepada TUHAN, manusia tidak mendapat kesejatiannya. Sejatinya manusia itu ketika ia menyadari bahwa ia hasil ciptaan tangan TUHAN. Kesadaran sebagai hasil ciptaan, menjadi dasar dari kesadaran beriman. Sebab dengan kesadaran itu manusia percaya bahwa, ia dijadikan oleh kuasa yang menjadikannya, dan kuasa itu ialah TUHAN.
Buah dari percaya, menurut Mazmur 125:1-5 dapat dilihat dalam hal: [1] kehidupan yang stabil [ay.1], dalam arti tegar walau di tengah berbagai masalah. Ini bukti dari adanya kemandirian sikap iman; [2] kekudusan diri karena TUHAN ada selalu dalam hidup umatnya [ay.2]; ini disimbolkan dengan Yerusalem yang dijaga sekelilingnya oleh TUHAN. Hal ini sebenarnya merupakan wujud bahwa TUHAN ada di dalam hidup umat yang beribadah, sebab Yerusalem yang dimaksud di sini menunjuk pada Bait Allah; [3] kebenaran melingkupi orang yang percaya [ay.3], dan segala perkara ketidakadilan/kefasikan jauh darinya, serta tidak sanggup menjeratnya; [4] mendapat kebaikan TUHAN, dalam hal menikmati kasih setiaNya sepanjang waktu [ay.4-5].
Dari keempat buah itu, umat akan benar-benar dijauhkan dari segala rancangan kejahatan dan ketidakadilan yang dirancang oleh orang-orang yang tidak percaya kepada TUHAN. Suatu wujud kasih setia TUHAN yang nyata.
Lagi-lagi, syaratnya adalah percaya atau hidup hanya mengandalkan TUHAN. Dengan demikian kesejatian manusia itu menjadi sempurna. Sebab itu, sebagai hasil ciptaan TUHAN, kita harus menaklukkan diri di bawah kuasa TUHAN, dan tidak menjadi orang-orang yang sombong. Sebab kesombongan membuat kita terjebak melakukan tindakan-tindakan ketidakadilan, kekerasan, dan semua itu adalah wujud dari kefasikan. Orang percaya itu tahu segala hal yang baik untuk dituruti dan yang buruk untuk dijauhi. Dengan menuruti segala yang baik, maka ia akan menjadi orang percaya yang kokoh.[etm]

Kamis, 19 Desember 2013                                                                    Jemaat GPM Rumahtiga

Saat Tuhan Pulihkan Kita
[Mazmur 126:1-3]

E
mas, sampai membentuk sebuah cincin atau kalung, telah melewati proses yang panjang, dan salah satunya ialah dilebur dengan api hingga meleleh dan disiram pada wadah untuk membentuk aneka perhiasan. Seperti itu pula dengan bejana tanah liat. Malah ketika didapati retak, dihancurkan kembali untuk membuat lagi yang baru dan yang sempurna.
Namun, pemazmur memiliki gambaran yang unik. Menurutnya, saat TUHAN memulihkan umatNya, ada suatu kondisi hidup baru yang telah dan sedang dialami mereka. Artinya, mereka tidak kedapatan sedang hancur, melainkan kedapatan sedang dalam situasi hidup yang berkualitas.
Mari simak ayat-ayat dalam Mazmur ini. Saat pemulihan itu terjadi tidak disangka-sangka [ay.1 – seperti orang-orang yang bermimpi]. Artinya hari pemulihan itu bukan tujuan hidup mereka. Melainkan berbuat baik sebagai wujud takut TUHAN-lah yang menjadi tujuan. Dengan kata lain, mereka hidup bukan untuk akhir zaman, melainkan untuk melakukan yang baik. Buktinya, pada saat TUHAN memulihkan mereka, mereka kedapatan dalam sukacita satu sama lain [ay.2 penuh dengan tertawa dan sorak-sorai].
Jadi oleh sebab mereka penuh dengan sukacita, karena melakukan hal-hal yang baik, di saat itulah TUHAN melakukan hal-hal yang jauh di luar dugaan umat. Ungkapan lazim di masyarakat kita ialah ‘TUHAN biking Antua pung bageang’ atau ‘TUHAN ambel bageang’.
Kondisi itu merupakan suatu hal yang ideal dan diharapkan oleh TUHAN dari kita. Karena itu Adventus sebagai masa penantian bukanlah satu-satunya waktu untuk menjadi saleh atau beriman. Setiap hari dituntut dari kita kesalehan hidup. Sebab itu setiap hari harus diisi dengan perbuatan baik. Sebab setiap waktu pula TUHAN dapat melakukan pemulihan dalam bentuk apa pun atas kita. Intinya, kita harus selalu kedapatan sedang dalam sukacita karena melakukan hal-hal yang baik.[etm]

Jumat, 20 Desember 2013                                                                     Jemaat GPM Rumahtiga

Menabur Sambil Berjalan Maju
[Mazmur 126:4-6]

U
ngkapan ‘orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan sorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya’ [ay.5-6], menjadi menarik untuk dipahami dalam rangkaian Adventus Natal tahun ini.
Ada aktifitas yang sama yang mau ditonjolkan di situ, yaitu ‘menabur dan menuai’. Biasanya kita sebut juga ‘hukum tabur-tuai’ –yang sering diidentikkan dengan pemahaman ‘sapa biking bae, dapa bae; sapa biking seng bae, dapa seng bae’. Ada semacam paham balas jasa seimbang, dalam pemaknaan kita terhadap ‘hukum tabur-tuai itu’.
Namun pemazmur memunculkan suatu realitas yang lain dalam hal ‘tabur-tuai’ yang sekaligus menjadi semangat baru bagi kita dalam menjalani Adventus Natal tahun ini.
Simaklah keadaan orang-orang yang menabur dalam ay.5 dan 6 tadi. Mereka disebutkan menabur dengan mencucurkan air mata, dan terus menabur tiada hentinya [=berjalan maju] sambil menangis. Artinya, orang yang menabur ini terus melakukan tugas panggilannya walau di tengah tantangan yang sangat berat. Sebab hal mencucurkan air mata atau menangis itu simbol dari adanya tantangan yang sangat berat. Namun si penabur tidak mundur atau tidak berhenti, melainkan disebutkan terus menabur tanpa henti, atau terus ‘berjalan maju’.
Karena penabur itu kedapatan terus melakukan tugasnya di tengah tantangan, ia dihadiahi berkat –dalam gambaran menuai dengan sorak-sorai, sambil membawa berkas-berkasnya. Jadi sepanjang Adventus ini kita dimintakan untuk terus melakukan apa yang menjadi tugas panggilan kita meski di tengah tantangan yang berat sekalipun. Jangan mundur, melainkan ‘berjalan maju’. [etm]

Sabtu, 21 Desember 2013                                                                     Jemaat GPM Rumahtiga

Miringkan TelingaMu, TUHAN
[Mazmur 130:1-8]

O
rang Ambon/Maluku memiliki ungkapan tersendiri tentang permohonan supaya TUHAN mendengar doanya. Ungkapan itu ialah ‘miringkan telingaMu, TUHAN’. Biasa ungkapan ini kita dengar di penghujung doa, sebagai permohonan supaya TUHAN mendengar segala permintaan doa kita.
Jika ditempatkan dalam relasi umat dengan TUHAN, maka permohonan itu dilakukan oleh orang yang memiliki hubungan dekat dengan TUHAN. Sebab hal miringkan telinga itu berasal dari kebiasaan ‘bisi-bisi’/’bisik-bisik’, di mana orang yang membisik itu mendekatkan mulutnya ke telinga orang yang mau dibisik; dan mengatakan dengan nada yang pelan, sebuah pesan atau permohonan. Relasi ini terjadi kepada mereka yang memiliki hubungan erat. Malah sudah ada rasa saling percaya di antara mereka.
Kualitas dan bentuk relasi seperti itu yang kita harapkan terwujud antara kita dengan TUHAN. Kualitas relasi itu dipertegas dengan adanya sebuah pesan atau permohonan yang disampaikan, dengan yakin bahwa TUHAN mau mendengar dan sudah tentu akan menjawab, dalam arti memberi apa yang dimintakan dariNya.
Sebab itu, doa merupakan wahana utama untuk mewujudkan relasi yang dekat dengan TUHAN. Melakukan segala perintah dan firmanNya merupakan wujud konkrit dari relasi itu. Maka ketika TUHAN memberi berkat, sebagai bukti IA menjawab doa, maka setiap bentuk jawaban TUHAN itu harusnya semakin meningkatkan kualitas relasi kita dengan-Nya. Dengan sendirinya, setiap hari, orang harus meningkatkan kuantitas dan kualitas doanya. Peningkatan kuantitas dan kualitas doa itu berimbas langsung pada kuantitas dan kualitas peribadahan.
Jika wahana utama itu sudah terbina baik, maka kuantitas dan kualitas perbuatan baik dalam hidup semakin meningkat pula. Semangat ini kiranya menjadi semangat ber-Adventus kita. [etm]

Minggu, 22 Desember 2013                                                                Jemaat GPM Rumahtiga

Kemuliaan TUHAN
[Mazmur 19:2-7]

B
elajar dari pemazmur, berarti belajar tentang apa yang menjadi alasan kita harus memuji dan memuliakan TUHAN. Sebab pemazmur adalah orang yang terkagum-kagum dengan segala perbuatan TUHAN, bukan atas dirinya saja, bukan atas bangsanya saja, bukan atas umatnya saja, melainkan atas seluruh dunia, alam semesta dan kepada bangsa-bangsa.
 Kemuliaan TUHAN itu setiap hari tampak bagi kita, sebab selain kita adalah buah ciptaanNya, tetapi setiap saat kita hidup di hari yang baru. Setiap saat kita menyaksikan tanda kemuliaanNya yaitu langit yang cerah, matahari yang terbit sampai terbentam, awan putih dan kemudian mendung, lalu hujan, dan angin yang tetap berhembus.
Jika kemuliaan TUHAN itu mau kita pahami dalam satu hari, tidak usah kita susah-susah mencari di mana tandanya. Sebab tatkala setiap hari kita jalani dari pagi –dengan tanda terbangun dari tidur, kemudian beraktifitas sejak pagi, istirahat makan siang, melanjutkan lagi aktifitas, sampai sore kita pulang dan santai sejenak sambil ‘minong teh sore’, dan beraktifitas lagi di rumah –termasuk pada jam-jam ibadah, lalu makan malam, bersantai bersama keluarga, -termasuk melalui Rumah Doa, lalu beristirahat/tidur malam, dan keesokan paginya hal rutin ini dialami; di situlah kemuliaan TUHAN telah nyata bagi kita.
Karena itu apa yang diceritakan oleh Cakrawala, dalam bahasa pemazmur di sini sesungguhnya adalah hal-hal yang dialami manusia secara normal di bawah langit. Dan jangan lupa, bahwa kita melakukan segala aktifitas, sebagai hal yang normal, lazim atau rutin, tetapi bukan berarti di situ TUHAN tidak menyatakan kemuliaanNya. Justru dalam hal yang bagi kita rutin itulah, kemuliaan TUHAN nyata, yaitu bahwa, IA adalah TUHAN atas hari-hari hidup manusia.[etm]
  
Senin, 23 Desember 2013                                                                    Jemaat GPM Rumahtiga

Berpegang Pada Firman TUHAN
[Mazmur 19:8-15]

S
etiap orang yang hidup, tentu mau mendapat berkat. Dalam Hukum Kitab Ulangan [Ul.28], syaratnya simpel, yaitu jika umat melakukan segala yang difirmankan TUHAN, maka ia memperoleh beragam berkat. Karena itu, berkat tidak bisa dipahami seperti hadiah, door prize atau cendera mata. Berkat itu memiliki makna tersendiri, yaitu pemberian cuma-cuma dari TUHAN tanpa mempertimbangkan jasa manusia.
Dalam Mazmur yang kita baca hari ini, berkat itu diberi TUHAN kepada mereka yang taat mendengar atau menuruti FirmanNya. Menariknya ialah, takut akan TUHAN, tetap menjadi sikap moral-etis atau gaya hidup umat. Malah pemazmur mengatakan, “takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya’ [ay.10]. Ini menunjukkan bahwa beriman itu bukan hal musiman. Sehingga, Desember adalah masa yang baik untuk menunjukkan sikap ‘takut akan TUHAN’. Beriman itu adalah gaya hidup. Jadi harus dinampakkan setiap hari.
Hal kedua yang menarik ialah dalam mewujudkan dimensi takut akan TUHAN tadi, pemazmur memosisikan diri sebagai hamba yang diperingatkan untuk melakukan segala yang difirmankan TUHAN [ay.12]. Jika kita mampu memosisikan diri seperti itu, maka kita tidak akan kedapatan arogan/sombong.
Orang yang sudah tahu bahwa faedah dari beriman itu baik, tetapi ia tidak mau meningkatkan kualitas imannya, adalah orang sombong. Orang seperti itu akan gemar menjadi ‘orang baik-baik’ pada saat bulan Desember, atau jelang Kunci Tahun. Jika ada orang seperti itu, maka ia belum mampu menjadi hamba yang baik.
Orang sombong seperti itu memang mengetahui seluruh seluk beluk firman TUHAN. Namun mereka tidak melakukannya dengan taat/takut akan TUHAN. Sebaliknya, yang berpegang pada firman TUHAN dan menjadikan itu gaya hidupnya, adalah hamba yang rendah hati. [etm]

Selasa, 24 Desember 2013                                                                  Jemaat GPM Rumahtiga

Bijaksana, Adil dan Beribadah
[Titus 2:11-15]

A
pa yang harus kita lakukan dalam dunia ini, terutama dalam masa-masa kita merayakan Adventus Natal? Titus mengatakan hanya ada tiga hal yaitu menjadi bijaksana, bertindak adil dan taat beribadah. Ketiga hal itu ia tegaskan sebab selama kita ada di dunia ini, kita menikmati kasih karunia TUHAN yang telah menjadikan kita umat kepunyaanNya sendiri, setelah Ia, di dalam Yesus Kristus, membebaskan kita dari segala kejahatan [baca. Ay.14].
Mengapa harus bijaksana [=berhikmat]? Sebab dunia menawarkan banyak hal yang dapat membuat kekudusan hidup kita tercemar. Di hidup ini kita berhak memilih; namun kita memilih sebagai umat kepunyaan TUHAN yang telah diselamatkanNya. Sebab itu, penting menjadi bijaksana karena kita tidak lagi memilih mana yang baik, melainkan kita melakukan segala yang baik [ay.14].
Mengapa harus adil? Sebab perbuatan kefasikan selalu mengintai. Bentuk kefasikan itu ialah berbohong, dan saling menciderai. Dan itu dapat mencelakai atau membuat orang lain menderita. Hidup dalam kasih karunia TUHAN tidak boleh seperti itu. Sebab itu dituntut untuk berlaku adil.
Mengapa harus beribadah? Sebab kefasikan dan dosa itu mengintai dan dapat menjerumuskan ke dalam dosa. Supaya kita tidak tergoda melakukan kefasikan, baiklah kita membentengi diri kita dengan jalan meningkatkan ibadah dan doa. Dengan melakukan itu, kita akan terus kedapatan sebagai hamba yang dikuduskan dan rajin berbuat baik.
Tiga hal ini sekali lagi merupakan bentuk sikap yang diharapkan dalam seluruh hidup dan masa-masa kita merayakan Adventus. Bijaksana-adil-beribadah, kiranya menjadi tiga kunci sukses kita menjadi hamba yang dikuduskan TUHAN. Dan melaluinya kita selalu rajin berbuat baik.[etm]   

Rabu, 25 Desember 2013                                                                   Jemaat GPM Rumahtiga

Benar, Dia Lahir
[Lukas 2:8-20]

N
atal telah tiba. Hari Kelahiran Juruselamat telah datang. Kita semua telah menyambutnya. Natal atau kelahiran Yesus Kristus itu sendiri merupakan sebuah peristiwa yang benar. Kebenaran Natal itu terletak pada sebuah bukti yang tidak terbantahkan. Apa yang disampaikan itu tepat seperti yang terjadi.
Yang disampaikan itu ialah kabar para malaikat kepada para gembala, bahwa ‘kamu akan menjumpai seorng bayi dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan’ [ay.12]; dan hal itu benar seperti apa yang dilihat para gembala [ay.16]. Ini artinya berita Natal itu bukan berita spekulatif. Pesan Natal itu bukan pesan kosong. Kedamaian di hari Natal itu bukan sebuah impian. Semuanya terjadi tepat seperti yang dikatakan.
Karena benar, Dia telah Lahir, maka tugas kita adalah menyampaikan berita tentang kebenaran. Kesaksian gereja tentang Yesus Kristus terwujud bukan lagi dalam mengajak orang ke Betlehem, yaitu ke palungan Yesus. Sebaliknya menegakan keadilan dan kebenaran.
Di situlah kita memuliakan TUHAN dan menjadi berkat di bumi. Kita diajak untuk tidak perlu cemas dan takut akan apa pun; terutama akan hidup ini. Sebab kemuliaan TUHAN itu nyata dalam hal-hal yang mungkin dianggap tidak berharga. Palungan adalah tempat di mana kemuliaan TUHAN nyata atas manusia. Seorang bayi pun merupakan wujud dari kemuliaanNya. Bahkan lampin menjadi lukisan nyata bahwa kemuliaan TUHAN itu berlangsung di dalam hidup manusia yang sederhana.
Dan itu semua adalah kebenaran Natal. Dengan demikian, baiklah kita menjalani hidup ini sambil tiap-tiap orang berperan menurut peran yang telah dimilikinya. Tetap bersaksi tentang kebenaran atas semua peran itu. Dengan demikian kita telah menyaksikan kemuliaan TUHAN dan menjadi berkat di bumi.
Selamat Merayakan Natal Kristus, 25 Desember 2013.[etm]

Kamis, 26 Desember 2013                                                                     Jemaat GPM Rumahtiga

Saat ‘Ku Dibaptis
[Markus 1:9-11]

G
ereja sepanjang masa dipanggil untuk memelihara persekutuan ibadah, memberitakan Injil, melayankan sakramen, dan mewujudkan pendamaian dan pelayanan kasih kepada semua orang. Itu adalah empat tanda gereja itu hidup dan ada di tengah-tengah dunia.
Dalam kebiasaan bergereja, hari ini di semua gereja berlangsung ibadah perayaan Natal yang secara khusus dilaksanakan pelayanan Baptisan Kudus. Karena itu, baiklah kita merefleksikan makna baptisan itu bagi kita, dan juga bagi keluarga kita.
Teks kita mengandung beberapa makna pokok tentang baptisan. Pertama, baptisan merupakan bentuk panggilan TUHAN kepada setiap orang, siapa pun dia. Ini ditunjukkan dengan peristiwa, Yesus datang dari Nazaret untuk dibaptis. Hal Yesus datang mengandung makna bahwa orang yang dibaptis itu dipanggil oleh TUHAN. Sehingga hari kita dibaptis adalah hari khusus, hari kita memenuhi panggilan TUHAN. Dalam praktek di GPM, termasuk anak-anak pun dipanggil. Dan itu berarti baptisan adalah panggilan TUHAN atas sebuah keluarga.
Kedua, air merupakan simbol yang dengannya, seseorang dibaptis. Memang selama ini banyak pihak mempertentangkan cara seseorang dibaptis. Namun bagi kita di GPM, cara itu tidak menyelamatkan. Sebab dengan cara apa pun, baptisan itu adalah bagian dari ikatan kehidupan seorang beriman dengan TUHAN. Sehingga yang penting adalah terjadinya ikatan itu, dan ikatan itu dikukuhkan demi Nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Karena itu, ketiga, baptisan itu adalah akta yang melaluiNya TUHAN berkenan kepada anak yang dibaptis. Sebab itu setiap orang yang telah dibaptis berkenan dijadikan anak kesayangan oleh TUHAN. Dengan demikian, ia terikat untuk selama-lamanya dengan TUHAN. Baptisan adalah tanda janji untuk hidup kekal dengan TUHAN. Karena itu baptisan tidak dapat diputuskan.[etm]

Jumat, 27 Desember 2013                                                                    Jemaat GPM Rumahtiga

Akulah…
[Yohanes 1:19-23]

A
kulah suara yang berseru-seru di padang gurun…”. Formulasi ‘Akulah’ atau ‘Aku adalah…’ [mis. Roti hidup, jalan keselamatan, terang dunia, dll] merupakan gaya bahasa yang lazim dijumpai dalam Injil Yohanes. Formulasi itu menunjuk pada proklamasi diri, baik Yohanes maupun Yesus, dalam rangka menegakan ketuhanan Yesus di tengah-tengah orang banyak/masyarakat umum.
Dalam hidup kita sesehari, ungkapan ‘Akulah…’ mengandung makna yang sangat mendalam mengenai siapa dan bagaimana kita. Ungkapan itu, dan juga teks kita mengajak kita untuk mengakui siapa kita sebenarnya, tanpa harus menambah –demi popularitas, atau dikurangi. Eksistensi diri kita itu adalah suatu anugerah dan tidak usah ditambah-tambahkan atau dikurangi/ditutupi.
Sebab menambahkan sesuatu yang tidak ada pada eksistensi kita, membuat kita hidup bagaikan orang yang memakai topeng. Tidak bersyukur dengan apa yang dimiliki, tetapi cenderung memaksakan diri seakan-akan kita adalah orang lain dari sisi penampilan, tetapi tubuh/badan adalah milik kita sendiri.
Yohanes menunjukkan hal itu dalam teks ini, sebab walaupun banyak orang sudah menjadi muridnya, dan banyak orang yang sudah dipengaruhi oleh ajaran-ajaranNya, namun ia sesekali pun tidak mengakui bahwa ia adalah mesias. Melainkan ia menunjuk pada pribadi yang lain yang harus dinanti sebagai mesias. Yohanes sadar benar siapa dirinya.
Ini yang diperlukan ada pada kita semua. Sebab di era dewasa ini banyak orang mau menjadi orang ternama, tetapi dengan mendompleng popularitas orang lain. Padahal ia cukup menjadi dirinya sendiri, sebab dengan demikian saja ia sudah terkenal. Kita harus menjadi diri kita saja, sebab itulah yang dikehendaki TUHAN pada kita. Dengan menjadi diri sendiri, kita mengasah diri dan kemampuan [talenta] kita sambil bersyukur.[etm]

Sabtu, 28 Desember 2013                                                                     Jemaat GPM Rumahtiga

Dia Lebih, Dibandingkan Aku
[Yohanes 1:24-28]

M
ungkin ada sedikit orang saja yang tulus mengakui kelebihan orang lain. Padahal jika kita tulus mengakui kelebihan orang lain, tidak ada ruginya pula bagi kita. Sebaliknya kita mendapat motivasi untuk semakin meningkatkan kualitas diri kita.
Belajar mengakui kelebihan orang lain sebenarnya adalah belajar bersyukur bahwa TUHAN adil, memberi kepada setiap orang kelebihan masing-masing supaya saling melengkapi. Jadi kita tidak melakukan semua tugas sendiri, melainkan kita cukup melakukan bagian tugas/peran kita saja.
Teks hari ini mengajarkan kita bagaimana mengakui kelebihan orang lain. Ini tergambar dalam pengakuan Yohanes Pembaptis mengenai siapa dirinya, dan apa tugas serta keterbatasannya. Dan dalam hal itu Yohanes langsung menunjuk kepada Yesus yang memiliki keutamaan yang lebih daripadanya.
Walau demikian, Yohanes telah menjalankan tugas utamanya itu dengan penuh rasa tanggungjawab. Nilai lebih Yohanes terletak di situ, bahwa ia menjadi pendahulu bagi datangnya seorang mesias yang akan melakukan suatu hal yang jauh lebih besar daripada dirinya. Itu sama sekali tidak mengecilkan arti diri seorang Yohanes Pembaptis. Kehadiran Yesus justru membuat tugas Yohanes Pembaptis itu memiliki nilai yang luhur.
Dalam hidup ini, kita pun mungkin hanya dapat melakukan peran yang kecil dalam penilaian kita dan orang lain. Namun itu tidak lalu mengecilkan arti diri kita sebagai orang yang dipercayakan untuk melakukan peran itu. Justru ketika kita dipercayakan suatu peran, di situlah kita adalah sosok yang penting. Diri kita dinilai layak untuk menjalankan peran itu, sehingga mesti dapat dijalankan dengan bertanggungjawab.
Jika atas peran itu, kemudian muncul sesuatu yang besar, dan itu dilakukan oleh orang lain setelah kita, kesukacitaannya ialah, kita telah menjadi orang yang pertama mempersiapkan keberhasilan itu. [etm]
 
Minggu, 29 Desember 2013                                                                 Jemaat GPM Rumahtiga

Semua, Pujilah TUHAN
[Mazmur 148:1-14]

T
anpa terasa kita semakin dekat di penghujung tahun ini. Itu artinya, sudah hampir satu tahun penuh TUHAN menyertai kita, dan berjalan bersama kita. Semua orang, kecil-besar, pegawai-petani-nelayan, pedagang grosir-papalele, sopir angkot-mobil rental-tukang ojek-pendayung perahu, polisi-tentara-satpam, penjaga sekolah-petugas kebersihan, dan apa pun profesi, telah dapat kita jalani sepanjang tahun ini karena penyertaan TUHAN.
Karena itu, tidak ada alasan lain, selain memuji TUHAN, sebab IA telah menunjukkan kasihNya dalam memelihara kita, juga alam semesta ini. Pemazmur memiliki alasan tersendiri untuk memuji TUHAN, yaitu sebagai Pencipta, IA tidak membiarkan ciptaanNya itu binasa. Melainkan dengan kemuliaanNya, IA melindungi ciptaanNya itu. Sebab itu seluruh ciptaan TUHAN memuji namaNya yang kudus.
Pujian itu layak diberi kepada TUHAN, sebab apa yang IA jadikan itu sempurna dan tidak ada yang berubah. Segala perbuatanNya itu baik. Malah orang-orang muda dan orang-orang yang hina sekali pun diberiNya kehormatan, supaya mereka jangan dianggap sebelah mata. Mereka mendapat perlakuan yang adil, sebab TUHAN mencintai keadilan. Bahwa IA menciptakan dunia ini juga dengan adil.
Para raja dan orang yang berkuasa pun memuji TUHAN, sebab TUHAN-lah yang memampukan mereka melakukan segala tugas dan perannya. Kemahakuasaan TUHAN lah yang membuat semuanya itu, sebab itu baiklah kita memuji namaNya untuk seterusnya dan selamanya. Haleluya. [etm]
 
Senin, 30 Desember 2013                                                                    Jemaat GPM Rumahtiga

Senangkan Hati TUHAN
[Mazmur 147:7-11]

U
mumnya kita memahami bahwa TUHAN senang pada puji-pujian kita. Pemazmur malah berkata TUHAN bertakhta di atas puji-pujian umatNya. Namun di bagian Mazmur 147:7-11 ini, yang membuat hati TUHAN senang, adalah sikap takut TUHAN.
Orang yang takut TUHAN adalah mereka yang menaruh hormat akan nama TUHAN –yaitu tidak menyebut namaNya untuk kesia-siaan, dan tidak memakai namaNya untuk membenarkan kesalahan [bnd. Orang yang suka bersumpah palsu atas nama TUHAN].
Orang yang takut TUHAN itu membungkukkan dirinya, sujud bahkan dengan wajah sampai ke tanah, sebagai tanda hormat pada kemuliaanNya. Ini diwujudkan dalam hal ketekunan beribadah. Maka setiap orang harus mencintai jam-jam ibadahnya.
Orang yang takut TUHAN itu membuka telinganya untuk mendengar sabda/firman/perintah TUHAN. Mereka mewujudkannya dengan jalan melakukan kebaikan, dan tidak melakukan dosa. Sebab perbuatan baik itu sepadan dengan firman TUHAN. Perbuatan jahat/dosa itu berlawanan dengan firman TUHAN.
Orang yang takut TUHAN itu selalu mau mencium kaki TUHAN. Ini diwujudkan dalam kesetiaannya berdoa setiap waktu dan menjadikan doa itu sebagai kekuatan bagi hidupnya.
Orang yang takut TUHAN itu suka melayani. Ini diwujudkan dalam kepeduliannya kepada mereka yang lemah [seperti janda, duda, anak yatim-piatu, atau orang miskin].
Semua ini kiranya menjadi bahan perenungan kita, sebelum kita mengakhiri tahun 2013 dan menjadikan tahun ini sebagai tahun penuh syukur agar kita terus menjadi jemaat yang takut TUHAN. [etm]


Selasa, 31 Desember 2013                                                                   Jemaat GPM Rumahtiga

Semua Karena TUHAN
[Pengkhotbah 8:9-17]

H
ormat kepada Nama TUHAN. Hari ini kita telah mengakhiri tahun 2013 dengan segala pengalaman dan lika-likunya. Apakah segala sesuatu yang kita lakukan sepanjang tahun ini sia-sia saja? Apakah di tiap pengalaman yang kita alami, baik suka, duka, susah, senang, adalah juga untuk kesia-siaan? Apakah pertambahan usia kelahiran, usia pernikahan adalah juga demi kesia-siaan? Apakah kenaikan kelas, lulus sekolah dan jadi sarjana juga untuk kesia-siaan?
Kitab Pengkhotbah memang melukiskan bahwa segala sesuatu sia-sia. Namun baiklah kita memahami alasan penulis kitab ini mengatakan sedemikian. Alasan pokoknya ialah, manusia dengan hikmatnya, tidak akan pernah sanggup menyelami kedalaman hikmat Allah. Yang diperlukan ialah, baiklah manusia mengakui dua hal, yaitu [1] hikmatnya lebih rendah di banding hikmat Allah, dan [2] bahwa segala sesuatu dijadikan TUHAN dengan maksudNya yang khusus –dan tentu bukan maksud kesia-siaan.
Namun, dalam dua hal tadi, manusia selalu memaksakan agar TUHAN melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak manusia itu. Karena itu manusia selalu kedapatan tidak puas, dan sebabnya suka protes TUHAN. Manusia mau mengatur TUHAN sekehendak hatinya. Ibarat, belum saatnya musim menuai, sudah memaksakan diri untuk panen. Belum saatnya terima gaji, sudah memaksakan kehendak agar gaji segera dibayar. Nasi belum masak, sudah memaksakan diri untuk segera makan siang.
Sepanjang tahun ini, TUHAN sudah melakukan segala sesuatu. Dan tentu itu baik pada waktu yang ditetapkanNya. Dalam rupa-rupa masalah yang kita hadapi, untuk maksud yang baiklah TUHAN mengadakannya bagi kita. Jadi marilah berhenti sejenak dan percayalah bahwa: ‘sepanjang tahun ini tidak ada satu pun hal yang sia-sia kita alami dengan TUHAN’. Selamat Kunci Tahun. [etm]

Rabu, 1 Januari 2014                                                                             Jemaat GPM Rumahtiga

Segalanya Baru
[Wahyu 21:1-6]

T
ahun 2014 telah tiba. Pagi ini kita telah menjadi bagian dari sebuah proses sejarah dunia yang baru, sejarah di tahun 2014. Ibadah kita pagi ini adalah ibadah pertama di tahun 2014. Karena itu jika kita tidak mengambil bagian di dalamnya, maka kita tidak tercatat dalam bilangan orang-orang yang bangun pagi-pagi dan mencari TUHAN di hari pertama tahun ini.
Inilah Tahun Baru yang diadakan TUHAN kepada kita. Mengapa TUHAN selalu memberi yang ‘baru’ kepada umatNya? Kitab Wahyu dan seluruh kitab dalam Alkitab menjawab, sebab kasih karuniaNya besar bagi dunia dan manusia. CintaNya lebih kepada ciptaanNya.
Sebab itu, TUHAN memberi segala yang ‘baru’ sebagai bukti bahwa, IA masih terus memulihkan kita dari segala kondisi hidup kita. Pekerjaan pemulihan TUHAN masih berlangsung. Jadi setiap hari ketika kita tiba di hari yang baru, dan kini di tahun yang baru, itu artinya TUHAN masih terus melakukan pemulihan atas kita, rumah tangga kita, jemaat dan masyarakat kita, serta atas alam semesta.
Pemulihan itu diberinya cuma-cuma, jadi tidak dipungut bayaran sepeser pun. Itulah sifat TUHAN. Bahwa IA baik, dan kebaikanNya itu terwujud melalui pemberian cuma-cuma kepada semua manusia.
Mengapa TUHAN memberi segalanya cuma-cuma? Karena IA tidak terbatas. IA Alfa dan Omega. IA lebih di dalam segala sesuatu, dan tidak habis cinta dan kasihNya kepada ciptaanNya. IA Alfa dan Omega, maka IA memulai suatu hari baru dengan kita, dan mengakhirinya pun bersama-sama dengan kita.
Sebab itu di tahun baru ini kita percaya bahwa karena TUHAN yang memulihkan kita dan membawa kita masuk ke 2014, maka percayalah pula bahwa IA akan terus bersama kita sampai kita memasuki 2015 nantinya. Karena TUHAN itu Alfa dan Omega.  SELAMAT TAHUN BARU 2014.[etm]









7Liturgi Harian Musim Natal 2013
Penulis: Eltom246







Liturgi Adventus Natal Keluarga Jemaat Tahun 2013
Hari Minggu



PERSIAPAN HATI:
P        :    Sungguh TUHAN, Engkau Maha Kuasa.
J        :    Kuasa-Mu memelihara kami hingga hari ini
P        :    Kami mau memuliakan nama-M, ya TUHAN
J        :    Atas adventus-Mu, Ya Yesus, kami datang bersama
P        :    Syukur pagi ini jadi demi nama Bapa, Anak dan Roh Kudus

Menyanyi: ‘Bapa, Engkau Sungguh Baik’

MAKNA ADVENTUS:
P        :    Kini kita awali perenungan di masa adventus, sambil mengimani bahwa kita menantikan Sang Juruselamat yang datang. Baiklah kita menguatkan hati, sebab TUHAN yang datang akan memulihkan tiap hati untuk teguh pada iman yang di dalamnya kita selamat.

Doa Pembacaan Alkitab
Pembacaan Alkitab
Renungan Adventus

Menyanyi: KJ/PKJ/Ny. Rohani/DSL

DOA ADVENTUS [Oleh. Orang Tua]

Menyanyi: KJ/PKJ/Ny. Rohani/DSL

BERKAT:
P        :    Damai sejahtera Allah, dalam kasih Yesus memberkati kita  hari ini sampai selama-lamanya.
J        :    [Menyanyi] Amin, Amin, Amin

Liturgi Adventus Natal Keluarga Jemaat Tahun 2013

Hari Senin


INDAHNYA ADVENTUS:
Menyanyi: ‘Allah Kuasa Melakukan Segala Perkara’
P     :    TUHAN, kami tidak tinggi hati dan tidak sombong
J      :    Karena yang kami dapati adalah wujud kuasa-Mu yang ajaib
P     :    TUHAN, kami tidak mencari kepuasan yang sia-sia
J      :    Karena daripada-Mu-lah segala berkat
P     :    Kami rindu lebih dekat satu sama lain, dan lebih dekat pada-Mu
J      :    Maka pulihkanlah kami, Bapa, agar biarlah kami hidup rukun
P     :    Dan jadilah ibadah kita demi nama Bapa, Anak dan Roh Kudus
Menyanyi: ‘Ajaib Benar, Anugerah’

MAKNA ADVENTUS:
P     :    Kita telah masuk dalam hari-hari di minggu Adventus. Baiklah kita menjadi orang-orang yang tekun dalam belajar, bekerja, berusaha, saling melayani satu sama lain, menjaga perdamaian, kebersihan diri dan lingkungan, dan selalu bersyukur atas berkat TUHAN. Sebab Adventus terjadi saat kita sedang bermisi di tengah dunia.

Doa Pembacaan Alkitab
Pembacaan Alkitab+Renungan Adventus

DOA ADVENTUS [Oleh. Orang Tua]

Menyanyi: KJ/PKJ/Ny. Rohani/DSL
BERKAT:
P        :    Damai sejahtera Allah, dalam kasih Yesus memberkati kita  hari ini sampai selama-lamanya.
J        :    [Menyanyi] Amin, Amin, Amin



Liturgi Adventus Natal Keluarga Jemaat Tahun 2013

Hari Selasa


MENJADI BERIMAN DI HARI ADVENTUS:
P   :    Apakah yang membuat kita bahagia?
J    :    Sukacita berbagi sebagai keluarga yang kudus
P   :    Apakah yang menyenangkan hati kita?
J    :    Ketulusan dalam cinta kasih seorang akan lainnya
P   :    Bagaimana sukacita itu kita bagikan?
J    :    Sambil bergembira atas hari ini. TUHAN telah memberinya bagi kita
P   :    Maka jadilah ibadah ini demi nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Amin

Menyanyi: ‘Tak Tersembunyi Kuasa Allah’

PESAN ADVENTUS:
P   :    Kita menanti Juruselamat yang datang. Maka peliharalah keharmonisan dalam keluarga, binalah cinta kasih dan saling menghormati. Jangan berhenti untuk terus berbuat baik

Doa Pembacaan Alkitab
Pembacaan Alkitab
Renungan Adventus

Menyanyi: KJ/PKJ/DSL/Ny. Rohani

DOA Adventus [Oleh. Orang Tua]

Menyanyi: KJ/PKJ/DSL/Ny. Rohani

BERKAT:
P   :    TUHAN memberkati kita sebab iman yang menyelamatkan kita.
J    :    [Menyanyi] Amin, Amin, Amin
 

Liturgi Adventus Natal Keluarga Jemaat Tahun 2013

Hari Rabu


KELUARGA YANG BER-ADVENTUS:
P   :  Hari ini kita datang lagi kepada TUHAN dengan tidak berjemu. Hari ini kita bertekun dalam doa, agar kita menjadi semakin siap menyambut kedatangan Mesias. Karena itu, jangan cemas hatimu dan jangan ragu, sebab TUHAN datang dan telah tinggal dengan kita. Ibadah ini kudus demi nama-Nya.
Menyanyi: ‘Kasih dari Surga’

CERITA KECIL:
P   :  Seekor anak burung menjerit di sarangnya. Induknya hilir mudik mengantar makanan, tetapi ia tetap menjerit. Tanpa henti-hentinya ia terus menjerit, padahal makanan telah berlimpah diberi induknya. Lalu sang induk burung itu bertanya: ‘mengapa engkau menyerit, sedang semuanya sudah tersedia bagimu?’ Anak burung itu menjawab: ‘Aku perlu makanan, tetapi lebih lagi aku memerlukan ibu di sini menemaniku makan’.

Doa Pembacaan Alkitab
Pembacaan Alkitab+Renungan Adventus

Menyanyi: KJ/PKJ/DSL/Ny. Rohani

DOA Adventus [Oleh. Orang Tua]

Menyanyi: KJ/PKJ/DSL/Ny. Rohani

BERKAT:
P   :    Kuasa TUHAN melimpah dalam kita sampai selama-lamanya.
J    :    [Menyanyi] Amin, Amin, Amin



Liturgi Adventus Natal Keluarga Jemaat Tahun 2013

Hari Kamis

Menyanyi: ‘S’perti Rusa Rindu Sungai-Mu’

ADVENTUS YANG SEJUK:
P   :  TUHAN mendandani alam ini indah bagi kita
J    ;  Ya, padahal kita sering mengotori lingkungan sekitar
P   :  Pohon dan rumput hijau dijadikan-Nya pula
J    :  Ya, dan kita tak kuasa melihat semuanya rusak
P   :  TUHAN, pagi ini kami kan menghirup udara sejuk-Mu
J    :  Ajarlah kami memelihara kelestarian lingkungan dan menciptakan sejuknya suasana hidup dalam keluarga kami
P   :  Maka ibadah ini jadi demi nama-Nya, sang pencipta semesta

Doa Pembacaan Alkitab
Pembacaan Alkitab
Renungan Adventus

Menyanyi: KJ/PKJ/DLS/Ny. Rohani

RENUNGAN DOA:
P   :  Hari ini kita berjumpa dengan alam yang sejuk. Aneka ornamen natal menghias rumah dan jalan-jalan. Pohon natal aneka bentuk, dan lampunya kerlap sepanjang malam. Ketahuilah bahwa, di sudut yang sepi, TUHAN sedang merenungi mengapa alam-Nya yang indah kian rusak??

DOA Adventus [Oleh. Orang Tua diakhiri dengan berkat]
“Kasih karunia dari Allah menyertai kita selama-lamanya”
J    :  [menyanyi] Amin, Amin, Amin



Liturgi Adventus Natal Keluarga Jemaat Tahun 2013

Hari Jumat

Menyanyi: ‘Mari Masuk’

DATANGLAH YA, TUHAN:
P   :  Ya TUHAN, mari datanglah dan tinggallah dalam rumah kami
J    :  Kiranya Engkau masuk dan tinggal bersama kami, Ya Juruselamat
P   :  Datanglah TUHAN dan tinggallah bersama kami
J    :  Karena Engkau menjadi TUHAN di hati dan hidup kami
P   :  Maka jadilah ibadah ini demi nama-Mu, ya Juruselamat

Menyanyi: ‘Ada Kuasa dalam Darah-Nya’

Doa Pembacaan Alkitab
Pembacaan Alkitab
Renungan Adventus

Menyanyi: KJ/PKJ/DLS/Ny. Rohani

DOA Adventus [Oleh. Orang Tua]

ADVENTUS YANG SALING MELAYANI:
[Pelayanan simbolis, orang tua menuangkan teh kepada seorang anak, sambil berkata: ‘Hiduplah dalam saling melayani’]

BERKAT:
P   :  Maka kasih dan pertolongan dari Allah Bapa, dan Yesus Kristus dan Roh Kudus melimpah dalam keluarga dan hidup kita supaya kita sanggup melayani sesama dan semesta ciptaan TUHAN hari ini sampai selama-lamanya.
J    :  [Menyanyi] Amin, Amin, Amin



 
Liturgi Adventus Natal Keluarga Jemaat Tahun 2013

Hari Sabtu

[Ibadah Karya]

Menyanyi: ‘Berlimpah Sukacita di Hatiku’

Doa [Oleh. orang tua sekaligus Doa Pembacaan Alkitab]
Pembacaan Alkitab
Renungan Adventus
Doa Syukur


Dilanjutkan dengan kerja bersama membersihkan rumah dan halaman






‘Jadikanlah Rumah kita suatu tempat yang indah bagi TUHAN
Jadikanlah keluarga kita palungan yang kudus bagi Juruselamat’



SELAMAT HARI NATAL
25 Desember 2013
&
SELAMAT TAHUN BARU
1 Januari 2014

TALITA KUM

(Markus 5:35-43) Oleh. Pdt. Elifas Tomix Maspaitella  PROKLAMASI KEMESIASAN YESUS  Injil Markus, sebagai injil tertua yang ditulis antara ta...