Posts

Showing posts from 2018

IZINKANLAH AKU MELAKUKAN HAL INI, PAPA!

Fiksi Alkitab (5) Hakim-Hakim 11:29-40 dalam Perspektif Kesetaraan Gender Oleh. Elifas Tomix Maspaitella I “Papa, bilakah engkau pergi berperang?” Yefta bingung menjawab pertanyaan anak perempuannya yang baru beranjak dewasa. Ia mengelus kepala putrinya itu. Dengan wibawanya sebagai seorang papa dan seorang Hakim Israel, Yefta berkata kepada putrinya itu: “Dengarlah padaku anakku, seperti segala taurat yang telah kuajarkan kepadamu. Ketahuilah, jika TUHAN menghendaki aku melakukan segala yang baik bagi bangsa ini, aku tidak bisa menolaknya. Hari-hari hidupku hanyalah mendengar dan melakukan apa yang diperintahkan TUHAN, agar aku, keluargaku dan seisi bangsa ini selamat dan hidup dalam kelimpahan berkat”. “Papa, jika setiap perempuan di luar sana bisa berteriak, mungkin mereka akan memujamu sebagai pahlawan yang sejati. Pahlawan Israel yang gagah berani. Tetapi kalau kau ijinkan aku berbisik, kan ku dengungkan di telingamu doaku: “kiranya engkau selamat kembali k

BARIS-BARIS KATA

Kawanku, Siapa bilang hidup ini drama? Kau memainkan peran yang sebenarnya Tidak ada fiksi di peranmu karena itu kaulah pelakon cerita yang berjudul KEHIDUPAN Di tiap peranmu kau berkata-kata Sebab hidup ini dipenuhi dialog Bertutur kata, bertukar kata, berkata-kata, berbalas kata Dan kalau jarimu pandai menulis dan ingatanmu cakap merekam Maka hidupmu adalah rangkaian kata-katamu sendiri Kawanku, Orang mengira hidup ini kesendirian Mereka salah Sebab yang abadi dari hidup adalah kebersamaan Kau lihatlah pada mamamu Di waktu kecil kau hanya melihat tanpa bisa berkata Isyaratmu ia jawab dengan ciuman Ciumannya membisikkan kata di hatinya Bahwa kau adalah baris kata hidupnya Kau kemudian tahu siapa dia Karena kau tidak sekedar melihat karyanya Kau mendengar tuturan bijaknya “jadilah anak baik, jangan jahat, Tete Manis marah” Dan kala ia tiada seperti saat ini, Bukan hanya kamu tetapi kami semua tidak melihatnya Namun kau masih men

MERENDAHKAN DIRI

Filipi 2:5-11 J ika kita belajar dari Yesus dan merenungi jalan-jalan-Nya, maka sikap merendahkan diri atau merendahkan hati merupakan bentuk perilaku kristen yang patut diwujudkan dalam membina hubungan dengan sesama. Yesus melakukan hal itu melalui tindakan pengosongan diri ( kenosis ), sebagai wujud dari Allah   yang menjadi manusia. Tujuannya ialah supaya Ia mengalami langsung segala sesuatu yang dialami manusia. Ia berempati untuk merasakan kesulitan-kesulitan manusia, dan bagaimana menanggung semuanya itu dalam proses penyelamatan atau penebusan dosa. Merendahkan hati atau merendahkan diri adalah bentuk sikap orang kristen agar kita bisa memahami keadaan orang lain, sebab tujuannya ialah supaya kita bisa melayani, karena melayani adalah panggilan hidup sebagai orang Kristen. Di sisi lainnya, merendahkan hati atau merendahkan diri itu membuat kita bisa menerima keadaan hidup orang lain secara jujur dan tulus. Apa pun sikap mereka terhadap kita, apak

MEMUSATKAN PIKIRAN KEPADA YESUS

1 Korintus 7:32-34 (Untuk Kaum Perempuan) K atong parampuang nih, musti pikir deng ator samua hal. Mulai dari bangong pagi, pikir balanja, mamasa, bacuci, urus laki deng anana, urus sagala macang rupa sampe tengah malang. Amper tar ada waktu par pikir diri sandiri lai. Sagala rupa macang hal tuh katong musti pikir deng karja akang. Terkesan beban sebagai seorang perempuan begitu tinggi. Peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan/atau perempuan karier, tetap memberi kepada perempuan semacam beban khusus, sebab harus memikirkan segala sesuatu terutama urusan-urusan di dalam rumah. Apalagi jika tidak ada pengertian dan kerjasama dengan suami, maka otomatis perempuan memiliki beban fisik dan psikhis yang luar biasa. Di sini kita pun patut memberi penghargaan tersendiri kepada para ibu tunggal atau ibu-ibu janda yang ternyata mampu mengatur segala sesuatu, terutama membimbing anak-anak mereka sehingga sukses. Sebab mereka mengalami harus menjalankan tugas kes