Posts

Showing posts from 2012

MENA MOLE

Image
Pesan Kehidupan Orang Babar Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Kecurigaan Ilmu dan Praksis D alam tradisi keilmuan, prejudice   merupakan salah satu tahapan dalam logika praktis yang pada gilirannya melahirkan berbagai asumsi. Dari sisi metodologi, asumsi-asumsi itu melahirkan sebuah defenisi yang kemudian dilanjutkan melalui riset keilmuan. Saya memulai tulisan ini dengan mengatakan hal itu berangkat dari sebuah kecurigaan secara kultural dan semantik ketika saya membaca sebuah tulisan pada salah satu gapura di Jemaat GPM Analutur, Klasis Pulau-pulau Babar. Tulisan itu ialah ‘mena mole’. Mengapa saya curiga? Kata ‘mena’ atau frasa ‘mena mole’ sedikit ‘mengganggu’ sensetifitas saya sebagai orang Maluku, salah satu komunitas ‘korban stigmatisasi’. Ungkapan itu mengingatkan saya pada ‘mena muria’ –sebuah falsafah kebudayaan yang ‘ditabukan’ oleh Pemerintah Republik Indonesia karena diyakini menjadi ‘slogan kebangsaan’ Republik Maluku Selatan [RMS]. Padahal slogan buday

Tobat, Istobat

Image
Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Add caption Orang suka tanya kalu tobat tuh bagumana? Par mangarti akang tobat tuh seng susah. Mar par hidop tobat tuh susah-susah gampang. Biar bagitu akang pung konci dalang katong pung diri sandiri. Orang seng bisa paksa katong par tobat, mar katong bisa biking sandiri. Ada ampa tabiat kalu mau tobat. 1. Sapa yang mau tobat dia musti merendahkan diri di Tuhan pung muka. Katong musti bagitu tagal katong nih cuma manusia yang seng luput dari salah. Mar biar bagitu Tuhan tuh Antua panjang sabar sampe mau kas ampong katong dari dosa. Biar salah banya mar Antua seng kasi hukumang yang biking katong binasa. 2. Sapa yang mau tobat dari dia pung salah musti mangaku dia pung salah kamuka. Tar mungkin katong bilang mau tobat mar tar mau mangaku kata katong biking salah apa. Sapa yang mangaku deng jujur, dia pung hati barsih par mau tobat. 3. Kalu su mangaku akang jenis salah tuh, dia musti angka janji, k

Jang Mengeluh

Image
‘Binatang-binatang samua mengeluh, tagal su seng ada rumpu ijo lai par dong making; kambing deng domba lai takajo stengah mati par tau su tar ada rumpu ijo’ (Yoel  1:18) Katong samua pasti tau bagumana rasa susah. Apalai deng tuntutan hidop su tambah banya, barang-barang di pasar tambah mahal, balong lai musti lia anana pung skolah. Mar, tar usah sampe mengeluh, apalai tagal mengeluh lalu baku marah dalang rumah. Di tampa karja jua karja seng tenang. Tidor jua su seng sono.  Katong pung ayat Alkitab di atas tuh memang biking katong bisa takajo sadiki. Apalai kambing sa ekor di foto tuh. Itu kambing di Bandara Kisar. Akang makang rumpu karing, tagal di sana panas. Mar lia, akang gamu. Artinya biar susah, mar asal karja deng sanang, deng sukacita, Tete Manis seng sambunyi berkat dar’ katong hidop. Asal jua tau lai kalu berkat tuh musti bawa pulang lalu sumbayang bilang dangke par Tete Manis, maka tar ada yang susah di hidop nih. Jang mengeluh, ma

Indahnya Beribadah

Image
Bahan Bacaan : 1 Tawarikh 28:9  Oleh. Elifas Tomix Maspaitella   Dan ale, Salomo, ale musti kanal Allah yang dolo ale pung papa sembah,lalu musti beribadah par Antua deng hati tulus, ikhlas deng rela, abis skang Antua tuh tau ale pung hati yang paling dalang,Antua mangarti ale pung niat samua. Kalu ale cari Antua, Antua seng lari dari ale, tapi kalu ale bale blakang kas tinggal Antua, itu par Antua bale blakang dari ale sudah tuh (I Taw.28:9) Samua orang yang mangaku parcaya par Tuhan, dia musti tunju akang dalang kalakuang hidop hari-hari. Seng bisa di mulu bilang parcaya, padahal akang seng bawujud dalang kalakuang tiap hari. Satu hal yang bisa jadi bukti katong nih orang parcaya yaitu deng jalang ibadah. Alkitab yang katong baca tadi tunju ibadah tuh pung bagus akang ada di hal-hal macang yang katong mau bilang satu abis satu nih: Kanal Tuhan. Samua orang yang datang ibadah tuh dia kanal Tuhan. Coba katong lia sa. Katong tau lonceng gareja tuh Tuhan pung suara yang pang

Iman Zakheus

Bahan Bacaan: Lukas 19:1-10 Oleh.  Elifas Tomix Maspaitella Katong samua su tau carita Zakheus. Dia pende. Badannya gamu. Poro sadiki bico. Mar dia kaya. Dia kas pinjang kepeng bukang par biking orang sanang, mar orang tambah susah. Seng susah bagumana, dia kasi pinjang lalu akang pung bunga tinggi labe dari haros. Kalu orang tar mampu bayar, dia sita orang pung sagala barang dalang rumah. Konci rekeng bagini, orang yang su kasiang tuh dong bale tambah kasiang. Manusia macang Zakheus tuh tar salamat jua! Hahahahahaaha………. Mar Tuhan Yesus nih Antua laeng dari yang laeng. Satu kali Antua pi Yerikho, di akang ana Zakheus nih pung kota. Pas dia orang Yerikho. Dia lia orang banya-banya basoso di jalang, langsung dia iko rame lai par cari tau ini ada apa kong orang basoso. Tau-tau bagini Tuhan Yesus datang. Seng salah lai, ana nih dia su pernah dengar orang carita-carita tentang Tuhan Yesus. Tagal itu dia iko basoso lai. Mar tagal pende, dia tar dapa lia. Dasar tukang kredit, dia aka

MTQ DALAM PERSPEKTIF SIWALIMA

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella  DIALEKTIKA DAN DIALOGIS SEBAGAI FRAME BUDAYA Saya mengutip sebuah cerita yang menurut saya ada dalam tradisi Islam dan Kristen (juga Yahudi), yakni cerita Menara Babel, sebagai sebuah "desain penyeragaman" yang ternyata dikritik oleh Tuhan, sebab dinilai Telah mengebiri hakekat ciptaan Tuhan yang beragam. Dalam versi cerita itu, betapa manusia, melalui kemampuan akali dan invensinya bermaksud membuat sebuah menara, sekligus benteng untuk tetap melestarikan "keseragaman" hidup mereka. Tindakan Tuhan menghancurkan menara Babel memperlihatkan bahwa usaha manusia/masyarakat untuk menyangkali hakekat kemakhlukannya yang majemuk itu tidak bersesuaian dengan "order of creation" dari Tuhan. Menariknya ialah, Tuhan, oleh cerita itu, mengacaukan bahasa di antara manusis, sehingga mereka hidup, tetapi tidak saling memahami satu sama lainnya. Tindakan Tuhan itu bertujuan untuk melestarikan kemajemukan yang telah diciptakan-Nya it

OPLASTALA

Rekonesepsi Tuhan dalam Budaya Buru Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Pengantar Dalam bukunya ‘Masa Depan Tuhan; Sanggahan Terhadap Fundamentalisme dan Ateisme’, Karen Amstrong menulis begini: Orang-orang yang beriman tahu bahwa secara teoretis Allah sama sekali di luar jangkauan, transenden, tetapi kadang-kadang mereka berasumsi bahwa mereka tahu persis siapa ‘dia’ dan apa yang dia pikirkan, cintai, dan harapkan. Kita cenderung menjinakkan dan memiara ‘keberadaan’ Tuhan. Kita tak henti-hentinya meminta Tuhan untuk memberkati bangsa kita, menyelamatkan ratu kita, menyembuhkan penyakit kita, atau memberi kita hari yang cerah untuk berpiknik. Kita mengingatkan Tuhan bahwa dia telah menciptakan dunia dan bahwa kita adalah pendosa yang sengsara, seolah-olah hal ini barangkali telah tergelincir dari pikirannya. Para politikus mengutip Tuhan untuk membenarkan kebijakan mereka; para guru memperalatnya untuk menjaga ketertiban di dalam kelas, dan para teroris melakukan kekejaman atas namanya. Kit

KELEYE

Konsepsi Tentang ‘Gereja’ dalam Masyarakat Wemale di Honitetu Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Pengantar Beta pernah menulis ‘kareda’ [bahasa Yamdena], sebuah konsepsi tentang gereja dalam masyarakat Tanimbar Selatan. Dari situ terdapat ruang perlacakan yang cukup luas dan dimulai dari tradisi membahasa masyarakat. Beta yakin bahwa bahasa tanah [ ordinary language, native speech ] di Maluku juga memiliki kosa kata yang menunjuk pada suatu persekutuan khusus dalam fungsi-fungsi ritus di masa lampau. Secara teoretik kecurigaan itu terbangun karena istilah ‘gereja’ yang digunakan dalam bahasa Indonesia ternyata merupakan serapan dari istilah ‘igreja’ dalam bahasa Portugis. Maka ketika mendengar istilah ‘kareda’, kecurigaan tadi mendorong dilakukannya pelacakan ke dalam struktur bahasa tanah dari beberapa sub-etnik di Maluku. Minggu, 26 Februari 2012, ketika berkesempatan memimpin Ibadah Minggu Sengsara II di Jemaat Ursana, salah satu dusun dari negeri adat Honitetu, beta mendapati kesan yan

Konflik Pelauw

Simbol Identitas Kita Musnah Terbakar Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Pengantar Dalam buku Encyclopedia of Philosophy (edited by. Donald M. Borchert, 2nd edition, 2006) Vol. 4, dijelaskan bahwa identitas menunjuk pada relasi antara obyek [identity is relation between objects]. Dari segi itu, identitas itu merunut kepada semacam kerangka logis yang berkisar pada unsur-unsur secara general (umum), suatu obyek khusus dan keduanya itu mengandung suatu nilai intrinsik. Menurut hukum Leibniz [Leibniz’s Law] identitas itu terdiri atas: [a] identitas reflektif, yakni jika setiap obyek itu identik pada dirinya sendiri; [b] identitas yang bersifat simetrik, yakni ketika sebuah obyek x itu identik dengan satu obyek yang lain atau y; [c] identitas yang bersifat transitif, yakni ketika obyek x identik dengan obyek y dan obyek y identik dengan obyek z. Tiap hubungan di dalam ketiga jenis identitas itu disebut hubungan ekuivalen. [d] dan ada pula identitas yang memiliki hubungan ekuivalen lebih kuat,

TANGGA MONYET

Image
Diskriminasi Pembangunan Kawasan Kepulauan [Sisi Lain Berlayar ke Maluku Barat Daya] Oleh. Elifas Tomix Maspaitella ‘Katong nai kapal deng kambing-kambing’ merupakan salah satu ungkapan keresahan dan protes sosial masyarakat Maluku Tenggara terhadap pelayanan pelayaran yang dinilai mereka tidak manusiawi. Kapal penumpang terpaksa digunakan pula untuk mengangkut ternak. Karena tidak ada ruang khusus untuk ternak, maka penumpang dan ternak harus berbagi tempat dalam palka atau dek-dek kapal. Kehadiran armada kapal PELNI seperti KM Pangrango, KM Tatamailau dan sejenisnya sudah cukup membantu memperlancar akses perhubungan masyarakat Maluku Tenggara ke dan dari Ambon, namun belum menuntaskan hal-hal mendasar dari sisi pembangunan kawasan kepulauan. Pelabuhan-pelabuhan kapal belum selesai dibangun sehingga di beberapa tempat seperti Tepa dan Leti, embarkasi berlangsung di tengah lautan. Cuaca ekstrim menjadi salah satu alasannya. Jadi embarkasi dilakukan dengan bantuan speedboat, kapal kayu