Posts

Showing posts from February, 2011

Miringkanlah Telinga-Mu, Ya TUHAN!

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Ungkapan itu telah menjadi ‘ungkapan formulir’ dalam hampir setiap doa orang Kristen. Biasanya diungkapkan diakhir permohonan tertentu kepada TUHAN. Beta yakin tujuannya adalah supaya TUHAN mendengar apa yang kita sampaikan/mintakan. Ungkapan ini ternyata diambil dari kebiasaan kita sesehari. ‘Miring talingang’, biasa dilakukan saat kita hendak berbisik kepada seseorang. Lazimnya berbisik atau membisikkan, maka tindakan itu dilakukan sebab hal yang dibisikkan itu sifatnya rahasia; tidak bole/tidak bisa diketahui oleh orang lain. Cukup antara beta [sebagai pembisik] dengan orang lain –yang dibisikin. Tindakan itu pertanda bahwa orang tidak mendengar suara kita, serta tidak bisa membaca gerak bibir, karena tindakan berbisik selalu disertai dengan satu tangan menutupi bibi/mulut. Artinya kita tahu bahwa orang bisa tahu dari bunyi suara melainkan dari gerak bibir pun bisa diketahui. Tindakan itu sekali lagi berarti pesan yang dibisikkan itu sifatnya rahasia.

Mungkin TUHAN [yang] Salah!

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Vox populi, vox Dei , suara rakyat suara TUHAN. Ketika slogan ini diterjemahkan dalam alam demokrasi maka pilihan rakyat terhadap setiap pemimpinnya mutlak pilihan TUHAN. Alih-alih belajar teologi mengenai teodise –jika TUHAN membiarkan dosa atau kejahatan terjadi, mungkinkah kejatuhan moral para pemimpin bangsa, kebohongan mereka yang terus menerus adalah dampak dari rakyat dan TUHAN yang salah pilih? Kita belajar mengenai rekayasa yang tentu tidak melulu berkonotasi negatif. Sebab rekayasa [enginering] itu dimaksudkan mengadakan, menciptakan sesuatu secara sengaja agar bisa difungsikan untuk suatu maksud atau kepentingan. Rekayasa yang dimanipulasi akan bermakna lain dan sering negatif, sebab aspek kepentingan tadi berubah menjadi tujuan dan rekayasa itu alat pencapaian tujuan. Pada sisi itu rekayasa dikontrol di satu tangan yang menjadikan sistem ibarat robot yang dikendalikan dengan remote control di tangannya. Dalam tendensi itu fenomena hukum dan pe

TUHAN ITU BAIK

Universalisme Pengakuan Iman Israel Alkitab dalam Tradisi Mazmur 145:1-21 Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Membicarakan TUHAN ITU BAIK dalam tradisi Alkitab, khusus Perjanjian Lama, perlu ditempatkan dalam pengakuan iman [credo] Yahudi. Terkandung di situ suatu pemaknaan Yahudi mengenai TUHAN [Yahweh], dan bisa ditelusuri dari tahapan kepercayaan dan defenisi TUHAN dalam tradisi keagamaan yang dibentuk melalui berbagai tahap perubahan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan dan keagamaan [termasuk dalam relasi dengan paham TUHAN dalam agama lain]. [1] Allah Nenek Moyang [ theos patros ] Jejak ke arah ini bisa ditelusuri dari sumber Yahwist –selanjutnya disebut Y, [sebenarnya juga E dan Dh] . Dari sisi itu, Kejadian 12 merupakan rujukan awal dan ternyata dalam teks itu, TUHAN sama sekali tidak memperkenalkan dirinya kepada Abraham dalam nama apa pun – seperti pada Musa dalam Kel. 6:1-2. Pada saat TUHAN memperkenalkan diri kepada Musa, Ia menyebut: ‘Akulah TUHAN. Aku telah menampakkan diri k

Koruptor! ‘Proyek Gagal’ TUHAN

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Banyak barang elektronik yang adalah hasil dari ‘proyek gagal’. Barang itu tidak memadai dalam menjalankan fungsi sebagaimana ‘blue print’-nya. Sama dengan produk Jeans. Setelah disortir jika ada yang belum ditempelkan label, maka langsung dipisahkan dan dijual di pasar gelap. Proyek gagal itu biasa dijual dengan harga miring alias murah. Meski begitu, banyak orang yang suka membeli proyek gagal. Selain ternyata bagus-bagus, murah dan bisa dijangkau dengan mudah, termasuk oleh mereka ada dalam kelas menengah ke bawah. Apalagi jika proyek gagal itu dijual di pasar ‘Cakbo’ alias Cakar [dan] bongkar –yang memang hanya dikunjungi orang-orang miskin. Kesan disukai tadi sama dengan sifat gamang sebagian besar orang di Republik ‘Gagal’ ini melakukan tindakan korupsi. Mulai dari pejabat golongan III sekelas Gayus Tambunan sampai pada Menteri dan Anggota DPR-RI. Ternyata kegamangan itu menjadi sebentuk perilaku karena sifatnya yang juga gampang. Gampang dilakukan,

Gayus dan Parodi Hukum

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Komedian vs Politisi Siapa yang lucu antara komedian dan politisi? Ini pertanyaan yang tidak penting. Sebab komedian memiliki sense of humor [kemampuan melucu] yang bertujuan membangkitkan sense of amusing [rasa lucu] pemirsa atau penonton. Mereka tidak sekedar melawak melainkan berusaha membawakan sesuatu cerita dengan gaya dan tingkah yang tidak sekedar lucu tetapi mampu membangkitkan rasa geli dan memancing tawa pemirsa atau penonton. Politisi memiliki kharisma membangkitkan rasa percaya [ sense of trust ] rakyat melalui tutur kata, konsistensi ketika menjalankan fungsi-fungsi legislasi mereka. Jika politisi memparodikan sesuatu, ternyata tidak membangkitkan sense kelucuan pemirsa atau konstituent, melainkan membangkitkan rasa heran konstituent bahwa: ‘mereka kok lucu’. Suatu ironi, sebab konstituent –tanpa diajari, tentu tahu bahwa apa yang ‘diparodikan’ politisi itu ibarat jurang menganga antara teori dan praksis. Parodi Rapat Dengar Pendapat Komisi