Mengapa 'Salah Berdoa'? [Bagian 1]

Elifas Tomix Maspaitella

Bahan Bacaan: Yakobus 4:1-6


Ayat Fokus : ayat 3 “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu mint itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu”

Permohonan yang kita bawa dalam doa kepada TUHAN selalu membuat kita merasa bahwa TUHAN [harus] memberi sesuai apa yang kita minta. Benar dalam contoh mengenai jawaban doa, Yesus mengumpamakan, seorang anak meminta ikan dari bapaknya, tidak mungkin bapanya memberi ular (bnd. Luk.11:11-12). Artinya setiap anak meminta, karena (a) apa yang diminta dibutuhkannya, tetapi tidak dimilikinya; (b) dia yakin dan tahu apa yang dimintanya ada dan dimiliki oleh bapaknya.
Begitu juga saat kita berdoa. Kita tidak mempunyai tetapi membutuhkan sesuatu yang diminta, dan kita tahu semua itu ada pada TUHAN. Dalam contoh teks Lukas itu TUHAN sebagai yang memiliki segala sesuatu pasti memberi sesuai dengan apa yang diminta oleh anak-anakNya.
Maka jika kepada kita tidak diberi sesuai dengan apa yang diminta, bukan karena (a) tidak ada pada TUHAN, atau (b) TUHAN ‘sakakar’ atau tidak peduli kepada kita. Teks kita menunjuk pada suatu alasan mendasar mengapa kondisi ‘doa tidak terjawab’ itu terjadi.
Hal ‘salah berdoa’ itu bukan hal metode. Sebab metode doa itu sederhana: masuk dalam kamar, atau di mana saja, lalu ‘angka hati’, sampaikan kepada TUHAN apa yang benar-benar kita rasakan dan kita inginkan. Artinya berdoa dan isi doa itu harus jujur, lurus dan tidak bohong.
Ini lebih dari sekedar metode. Persoalan ‘doa tidak dijawab’ adalah soal motivasi kita meminta. Yakobus menulis, semuanya dikarenakan oleh ‘hawa nafsu’ yang berlebih-lebihan. Itu yang membuat tujuan doa kita menjadi kabur dan ‘belok di tengah jalan’.
Jadi persoalan ‘doa yang tidak dijawab’ atau ‘berdoa yang salah’ itu terletak pada tujuan kita meminta. Dengan begitu setelah kita memperoleh apa yang kita mintakan, kita pasti akan bertanggungjawab mengelolanya. Ibarat seorang anak, ketika meminta ikan, jika diberi kepadanya ikan, ia bisa makan. Ia meminta ikan untuk melengkapi nasi/roti yang akan dimakannya. Jadi setiap permintaan kita semata-mata bertujuan untuk melengkapi tugas dan tanggungjawab yang sudah TUHAN percayakan kepada kita.

DOA:
“TUHAN, ajar aku meluruskan niatku tiap aku datang berdoa kepadaMu”

Comments

Popular posts from this blog

MAKNA UNSUR-UNSUR DALAM LITURGI

Makna Teologis dan Liturgis Kolekta/Persembahan

Hukum dan Keadilan dari Tangan Raja/Negara