Dunia Bermain Anak di Maluku : (1)

Pata-pata (Letup-letup)
Oleh. Elifas Tomix Maspaitella

Sebenarnya beta bermaksud melihat aspek teologi dari dunia bermain anak. Memang ini memerlukan suatu pendalaman khusus, meliputi berbagai aspek, terutama prakarsa dan partisipasi anak di dalam dunianya sebagai bagian dari cara anak berteologi dengan diri dan di dalam dunianya.

Pata-pata:
Edi Lumamuly, beta pung anak sarane (anak saksi baptisan) di jemaat Uweth (Klasis GPM Taniwel, Kec. Taniwel, Kab. Seram Bagian Barat – Maluku), pada tanggal 10 Juli 2008, bermain pata-pata bersama teman-temannya.
Melihatnya, beta mengingat masa kecil di Rutong. Kami bermain pata-pata pada saat musim bunga jambu, dan bunga kayu putih. Kalau tidak ada kedua musim itu, berarti juga bukan musim main pata-pata. Ternyata, Edi dan teman-temannya bermain pata-pata tanpa menghitung musim tersebut, sebab ‘peluru’-nya dipakai dari daging buah kelapa (isi kalapa/kalapa sisi).

Pata-pata itu semacam ‘senjata’ yang dibuat dari sebatang bambu yang khusus untuk itu. Dibuat semacam tangkai, dengan ‘pendorong’ dari bambu yang diraut, gunanya untuk mendorong ‘peluru’ keluar dari pata-pata dan menghasilkan bunyi/letupan.

Mereka bermain sambil ‘baku tembak’ satu terhadap lain. Ibarat seorang tentara yang sedang berperang, mereka mengisi pata-pata dengan ‘peluru’-nya, lalu lari ‘menyerang’ rekannya, sambil bersembunyi di balik pohon, atau langsung berhadap-hadapan (‘baku tada’) lalu menembak satu terhadap lain.

Kadang terdengar mereka saling mengejek, jika kedapatan temannya dinilai ‘panaku’ (penakut), dan selalu bersembunyi, dan tidak berani ‘baku tada’. Ada kalanya juga, jika kehabisan ‘peluru’, mereka meminta pasokan dari persediaan teman, yang dala permainan itu menjadi lawannya.
Mentalitas ‘militerisme’ yang tanpa sadar terbentuk oleh jenis permainan mereka. Suatu lingkungan bermain, yang ternyata dibalur oleh kesadaran kanak-kanak, tentang ‘kegembiraan’.
Mereka mencari dunia bermainnya, dan menemukan alat bermain yang tepat. Jenis permainan itu adalah materialisme dunia riil di luarnya (dunia militer) yang diterjemahkan ke dalam dunia mereka sendiri; menurut gaya dan pola kanak-kanak.
Tampak mereka menikmati dunianya itu. Hal itu dapat saja membentuk suatu struktur perilaku tertentu di antara mereka.
Aktifitas permainan itu memberi kesan tersendiri. Setelah permainan itu, mereka memperbaiki secara bersama pata-pata yang rusak. Pola harmoni masa kanak-kanak setelah bermain pata-pata.(*)





Comments

Popular posts from this blog

MAKNA UNSUR-UNSUR DALAM LITURGI

Makna Teologis dan Liturgis Kolekta/Persembahan

Hukum dan Keadilan dari Tangan Raja/Negara