Posts

Showing posts from December, 2008
Image
Ellexia dalam aneka posenya. Dia suka bunga. Suka memberi makan ayam. Tetapi sangat tidak suka anjing. Dia suka 'protes'. Ellexia mungkin tidak suka 'bergosip', karena itu, setiap kali diajak bergosip, dia 'marah' dan 'putar muka'. Bagitulah Ellexia di masa-masa ketika semua tingkah polanya masih lucu, dan 'mungkin juga hanya isyarat-isyarat kebetulan'.
Image
Moment Pernikahan, Minggu, 24 Juni 2007, di Felawatu Beach, Desa Airlouw, Ambon

Tuhan Penolong di Tengah Krisis (?)

Habakuk 3:17-19 Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Pengantar Pertanyaan kritis yang perlu diajukan adalah, apakah umat telah ada dalam malapetaka yang besar? Atau mestikah kita setuju untuk mengatakan bahwa krisis global yang sedang dihadapi adalah malapetaka bagi umat? Sebenarnya pertanyaan itu menghadapkan kita pada kenyataan bahwa ‘mengandalkan Tuhan sebagai penolong’ (sebagai tema bulanan kita), bukan berarti kita tidak berdaya upaya lagi/atau sudah tidak bisa berdaya upaya karena berbagai himpitan, lalu beramai-ramai berteriak minta pertolongan Tuhan. Jika pun krisis global ini adalah juga bentuk ‘malapetaka’, mestinya hal “Tuhan Penolong dalam Malapetaka’, bukan pula sebuah kalimat sakti agar umat tidak usah takut menghadapi krisis, karena ‘selalu ada Tuhan’. Ini hiburan-hiburan yang membuat teologi dan gereja memperlakukan sebagai robot, seakan-akan teologi dan gereja meminta pertanggungjawaban Tuhan untuk mengatasi masalahnya. Lalu ‘untuk apakah manusia itu? Dan siapakah manusia it

Sumbangan Antropologi dalam Pendampingan Pastoral

Aart Van Beek, Pendampingan Pastoraal, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cetakan ke-3, 2007 Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. Perspektif Pendampingan pastoral diartikan secara sederhana oleh Van Beek sebagai pendekatan yang efektif dalam melayani penderita (klient). Dalam arti yang lebih operatif, Van Beek meminjam istilah ‘mendampingi’, sebagai suatu kegiatan menolong orang lain yang karena suatu sebab perlu didampingi oleh ‘pendamping’. Van Beek melihat pada suatu interaksi sejajar atau relasi timbal-balik, dalam arti itu kegiatan pendampingan memiliki makna kegiatan kemitraan, bahu-membahu, menemani, membagi/berbagi dengan tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan (hlm.9). Relasi sejajar itu menempatkan pendamping dan orang yang didampingi pada kedudukan yang seimbang dan timbal-balik. Dalam hal ini pendamping mempunyai fasilitas lebih dari orang yang didampingi,yakni lebih sehat, mempunyai keterampilan, dsb. Akan tetapi, fasilitas ini harusla dipakai sedemikian rupa, sehingga terjadi suat

Etika Agama dan Pendampingan Pastoral

Don S. Browning, Religious Ethics and Pastoral Care: Theology and Pastoral Care, Philadelphia: Fortress Press, 1983 Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Don S. Browning mengetengahkan persoalan etika agama dan pendampingan pastoral. Ia menempatkan dua tema itu di dalam suatu situasi masyarakat kompleks, yaitu masyarakat majemuk (plural). Browning mengakui bahwa modernitas yang dihasilkan oleh masyarakat memiliki dua kekuatan yang ambigiu . Modernitas menghasilkan nilai-nilai yang baik ( the good ), dan kiha sesuatu yang selalu menjadi masalah. Browning menegaskan bahwa ilmu pendampingan pastoral telah menjadi suatu disiplin tersendiri, terlepas dari ilmu lain yang sepadan seperti psikologi, agama dan medikal, dan berusaha untuk membantu manusia dalam rupa-rupa pengalaman spiritual, mental dan psikologisnya. Persoalan paling mendasar dalam perkembangan pendampingan pastoral adalah etika agama. Ini yang coba dikaji Browning sambil berusaha menjawab sejauhmana hubungan antara etika agama dan ps

Antropologi Budaya dan Transformasi Iman

Georg Kircherger dan John Mansford Prior (eds.), Iman Kristen dan Transformasi Budaya, Flores: Nusa Indah, 1996 Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. Kritik Antropologi terhadap Imperialisme Agama (Anton Quack, “Relasi Ambivalen Antara Karya Misi dan Atropologi: Kritik dan Usul-Saran”) Jauh sebelumnya, Hendrik Kraemer [E1] telah melakukan kritik halus terhadap imperialisme agama dalam gerakan penginjilan. Kritiknya itu didasarkan pada perilaku para misionaris yang melawan berbagai praktek ‘agama asli’ (tribal religion). Kecenderungan imperialisme agama itu disentil Anton Quack, karena menurutnya hal itu membuat orang menjadi miskin. Selalu ada ketegangan di antara para misionaris dan para antropolog: terbanyak ketegangan itu disebabkan oleh syakwasangka. Dua kutub ini dalam jangka waktu yang lama terkesan ‘tidak akur’. Paul Hiebert menyebut relasi itu laksana ‘relasi cinta tapi benci’. Padahal dari para misionaris, kita banyak mendapat gambaran etnografi mengenai suatu masyarakat. Hasil k

Aspek Antropologi Institusi sebagai Frame Perilaku Manusia

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi: Pokok-pokok Etnografi II, Jakarta: Rineka Cipta, cetakan ketiga, November 2005 Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Paparan selanjutnya ini adalah resume atas kajian Kontjaraningrat dalam buku di atas, khusus pada bagian Bab VII: Sistem-sistem Kekerabatan Keluarga – frame dasar perkembangan perilaku manusia Para antropolog seperti J. Lubbock [E1] , J.J. Bachofen, J.F. McLennan, G.A. Wilken, dll, pada tingkat pertama dalam proses perkembangan masyarakat dan kebudayaannya, manusia mula-mula hidup mirip sekawanan hewan berkelompok, dan pria dan wanita hidup bebas tanpa ikatan. Kelompok keluarga inti sebagai inti masyarakat karena itu juga belum ada. Lama-lama manusia sadar akan hubungan antara seorang ibu dan anak-anaknya, yang menjadi satu kelompok keluarga inti, karena anak-anak hanya mengenal ibunya, tetapi tidak mengenal ayahnya. Dalam kelompok seperti itu ibulah yang menjadi kepala keluarga. Perkawinan antara ibu dan anaknya yang berjenis pria dihi

Karakter Manusia dan Perbedaan Budaya

Book Review: Erika Bourguignon, Psychological Anthropology: An Introduction to Human Nature and Cultural Differences, New York: Holt, Rinehart and Winston, 1979 Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Kebetulan sekali, pada saat menyusun Tesis Magister Tahun 2000 di UKSW, dalam membahas dimensi antropologi dari tindakan masyarakat Maluku menyusun kerjasmaa antar-institusi yang disebut Tiga Batu Tungku, beta mendapat referensi yang mengulas tentang 'antropologi kognitif'. Point itu kemudian mengantar beta belajar tentang struktur 'meme', termasuk dikembangkan Rene Girard. Tetapi waktu itu beta bertanya-tanya, apakah memang antroplogi kognitif itu saja yang penting, atau sebenarnya juga antropologi psikologis? Tahun 2008 ini, baru beta mendapat sebuah buku yang cukup menjawab keresahan sekian lama itu. Terdapat tiga bagian penting dari buku Bourguignon yang cukup menarik yakni Bagian 1 ‘What is Psychological Anthropology?’ dan Bagian 2 ‘Evolution: Behaviour and Culture, dan Bagia

METAFORA-METAFORA KRISTOLOGIS

‘Son of God’ Dalam Diskusi "Grace" ( Theology ) dengan John Hicks Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Beta mencoba membangun diskusi ini dari sudut pandang ‘the historical Jesus’ atau Yesus Sejarah. Sebuah buku karya Ioanes Rakhmat pernah mengulas detail hal itu. Tentu tidak salah jika hal itu didiskusikan lebih lanjut. Untuk point ini, sebenarnya John Shelby Spong cukup radikal dalam penyampaian argumen akademis dan tafsir Kitab Suci, dengan perspektif yang cukup kritis dan terbuka. Untuk hal itu, beta pasti berusaha untuk mencoba melakukan studi kritik dari Spong secara khusus, dari beberapa referensi karya Spong yang diberikan kepada beta oleh Profesor John Titaley, seorang guru yang sangat telaten melatih kerangka berpikir kritis dalam teologi kristen di UKSW-Salatiga. Ulasan apa adanya di sini coba beta kembangkan mengenai metafora-metafora Kristologi, hasil studi kritis John Hicks. Kebetulan ada beberapa bukunya yang beta miliki, termasuk “The Metaphor of God Incarnate”. Tet

Natal :

Masalah Nilai dalam Kerangka Filsafat Proses Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Ada satu ulasan ringkas dari John B. Cobb, Jr., Professor Teologi di Claremont School of Theology, Claremont, California, dalam http://www.religion-online.org , dengan judul “Whitehead’s Theory of Value”. Beta membacanya dalam rangka mencari-cari, kira-kira bagaimana mengkhotbahkan masalah ‘nilai Natal’. Sebenarnya itu pun iseng, yah…kebetulan saja, pada saat menulis Tesis di UKSW-Salatiga (tahun 2000), beta ‘taika’ (tertarik) dengan kerangka Teologi Proses (TP) yang dikembangkan John B. Cobb, yang ternyata berlandas pada Filsafat Proses (FP) gurunya, Alfred North Whitehead. Apa sumbangan TP dalam memahami ‘nilai natal?” Meminjam term-nya Cobb, beta lalu bertanya, apakah kelahiran Yesus itu sendiri adalah ‘the subject aim’ Allah? Atau sesungguhnya ‘initial aim’ dari penulis-penulis Kristen – yang berkepentingan dengan pentuhanan Yesus di masa-masa kekristenan mulai membentuk (lht. Tulisan beta yang lain dlm bul

Psikologi Massa

Sebagai Kerangka Mengenal Karakter Massa Elifas Tomix Maspaitella 0. Pengantar Saya sebenarnya hendak membuat semacam pokok-pokok pikiran, sebagai garis besar untuk didiskusikan, tetapi saya merasa akan adanya kesenjangan tertentu, karena saya sendiri hendak belajar banyak tentang pokok ini, terutama dalam rangka semakin mendalami karakter orang lain, dalam posisi sebagai partner komunikasi yang setiap waktu kita jumpai. Tetapi agar tidak terlalu berbelit-belit, saya mulai saja dari semacam teori dasar yang selalu menjadi sudut pandang saya dalam memahami masalah psikologi massa itu sendiri. [1] 1. Perspektif Psikologis Psikologi massa, atau psikologi sosial, harus ditempatkan dalam ranah komunikasi massa, dan karena itu sebetulnya gejala psikologis dalam komunikasi itu agak dangkal atau sporadis, jika komunikasi itu kita pahami sebagai sesuatu yang terjadi secara otomatis begitu saja [ibarat hanya sekedar berbicara]. Tetapi jika komunikasi itu kita pahami sebagai proses transformasi a