Posts

Showing posts from November, 2008

“Lihatlah Kemalangan Kita…”

Tafsir Sosiologis Nehemiah 2:11-20 Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. Mencari Korelasi antara Dua Sistem Sosial Teks ini menarik untuk ditelaah dalam konteks kebangsaan Indonesia. Walaupun ternyata sulit menemukan jalan mulus untuk menghubungkan dinamika Israel Alkitab di zaman Nehemiah taken for granted dengan dinamika Indonesia. Sebab saya kemudian menjadi sadar bahwa adalah tidak tepat melihat secara taken for granted dinamika kepemimpinan dan dinamika sosial-ekonomi masyarakat monarkhi (Yahudi) dengan masyarakat demokratis (Indonesia). Apalagi jika kita menyimak sejarah politik Israel kuno, bahwa mereka pernah masuk dalam suatu babakan ‘demokrasi’ yang tidak bertahan lama, melalui pemilihan saul menjadi Raja, karena kemudian Daud mengembangkan sikap anti-demokrasi dan membangun teokrasi yang sangat mapan (bnd. Gottwald). Di samping itu, memang komunitas Yahudi lebih dihayati sebagai suatu komunitas sosio-spiritualis; bukan politis-ekonomis (A.D.H. Mayes). Karena itu, sistem kepem

KETIKA TUHAN MEMILIH MENJADI MANUSIA

(Memahami Inkarnasi sebagai Pilihan TUHAN atau Rekayasa Kristen) Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. “Jang marah kalu seng batul” Maksud saya dengan sub topik di atas semata-mata untuk menghadapkan kepada kita bahwa refleksi atau pemahaman seseorang mengenai TUHAN bisa saja menimbulkan kontroversi, atau juga melahirkan pemahaman beriman yang baru. Mengapa demikian, sebab TUHAN telah menjadi keyakinan dasar dan ultima semua manusia. Ketika pemahaman itu berubah menjadi “keyakinan” atau ketika manusia “mengimani” sang TUHAN itu, maka mereka bukan saja akan terusik jika ada pemahaman lain yang berbeda dari keyakinannya, tetapi juga “menjauhkan” TUHAN dari sifat-sifat yang “manusiawi”. Seakan TUHAN itu tidak bisa atau “tidak boleh dipercayai” beraktivitas seperti halnya manusia. Ini menjadi masalah bagi kekristenan. Ketika kita meyakini bahwa TUHAN itu telah menjadi manusia melalui inkarnasi diri-Nya di dalam YESUS, kita kemudian sepertinya “menjauhkan” TUHAN itu dari sifat-sifat “manusiawi”

PENGENALAN KONTEKS SOSIAL MASYARAKAT SEBAGAI LOKUS PEKABARAN INJIL

Bagian 2 - MASYARAKAT ADAT di Kepulauan Lease Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. Pengantar Saya hanya melanjutkan bahasan pertama yang telah dilewati. Kali ini kita lebih fokus pada konteks masyarakat adat dalam seluruh dinamikanya. Sorotan kita masih sama yakni pemetaan masyarakat adat di Lease. Dalam kaitan itu, saya memiliki keterbatasan tersendiri, karena kurang memiliki referensi yang memadai tentang masyarakat adat di Lease. Tetapi saya memiliki beberapa pengalaman langsung di dalam basis-basis kultural masyarakat Adat di Lease. Saya pernah menjalani serangkaian penelitian di Nusalaut – dengan fokus untuk menstudikan ‘Ideologi Pusa Pulu’ yang menjadi pembentuk mentalitas sosial dan religius orang-orang Nusahulawano. Di Saparua, saya pernah terlibat dalam “ibadah Natal” masyarakat Nolloth dan Itawaka di ‘Batu Damai’ (desember 1998), dan terlibat dalam Panas Pela di Tuhaha (desember 2007) antara Negeri Tuhaha (Beinusa Amalatu) dan Rohomoni (Mandalise Haitapessy). Beberapa kali membi

PENGENALAN KONTEKS SOSIAL MASYARAKAT SEBAGAI LOKUS PEKABARAN INJIL

Bagian 1 - MASYARAKAT PESISIR: Suatu Peta Sosiologis di Kepulauan Lease Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. Pengantar Materi ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi konteks sosial masyarakat pesisir untuk memahami bagaimana pendekatan Pekabaran Injil & Komunikasi (PIKOM) yang relevan. Sebab injil mesti ‘masuk’ ke dalam hidup masyarakat (manusia), dan beroperasi di dalam konteks hidup masyarakat (bnd. Yoh.1:1,14), sambil membangun pembebasan kepada yang terpenjara/terbelenggu, keadilan, kebenaran, kesejahteraan, penglihatan kepada yang buta, dll (bnd. Luk. 4:18,19). Pekabaran injil itu juga harus dilakukan secara operasional dengan solidaritas kepada yang lemah dan kaum marginal (bnd. Mat. 25:34-40). Konteks kepulauan, adalah suatu kenyataan fisiologis Provinsi Maluku. Dan secara sosiologik, masyarakat Maluku tinggal dalam Pulau-pulau besar, sedang, kecil dan terkecil. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa banyak daerah atau masyarakat di Maluku berada pada “kawasan tertinggal”. Kenyata