Posts

Showing posts from September, 2008

GAYA PARALELISME DALAM TAFSIR SASTRA HIKMAT

Pedoman Sederhana Tafsir Alkitab [1] Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. Catatan Awal Saya sengaja memilih Mazmur 1:1-6. Setelah dibaca, rupanya ada satu hal yang bisa dibagi secara bersama dalam rangka melakukan tafsir terhadap teks-teks Alkitab itu sendiri. Saya tidak melihat bagaimana pentingnya membahas ‘orang benar’ dan ‘orang fasik’, tetapi mencoba menafsir sehingga kita bisa melakukannya terhadap teks-teks lain pula. Yang akan kita diskusikan bersama adalah menafsir teks dengan memperhatikan gaya penulisan, atau majas yang digunakan di dalamnya. Kitab Mazmur dan himpunan Sastra Hikmat lainnya (Amzal, Pengkhotbah, Tawarik, Ayub, Kidung Agung), banyak menggunakan gaya paralelisme, atau perbandingan setingkat dengan model pengembangan kasus di dalam mengemas tulisan mereka. Ini adalah salah satu gaya bahasa yang umum terdapat di dalam teks-teks sastra hikmat itu. Jika kita perhatikan dari sisi gaya penulisan itu, maka yang penting juga adalah isu yang tergambar melalui kata-kata atau

SANIRI NEGERI DAN PERKUATAN KENDALI SIPIL

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella Institusi sosial ialah suatu bentuk ekspetasi dari tindakan individu-individu dan kelompok yang berlangsung melalui sanksi-sanksi sosial, baik positif maupun negatif. Institusi merupakan bentuk normatif dan diselenggarakan melalui hukum-hukum dan kebiasaan. Term tersebut mengarah pada bentuk konkrti dalam sebuah organisasi. Bellah membedakan antara institusi dan organisasi sosial, dengan melihat pada korelasi antara institusi dan organisasi, sebab jika hanya berpikir mengenai organisasi dan tidak melihat pada institusi, artinya kita cenderung menyederhanakan masalah yang sesungguhnya (Bellah, 1993:10-11; Scott, 1995:33). Inti dari institusi adalah kerjasama ( coorporation ) dan tanggung jawab ( responsibility ). Dalam masyarakat yang kompleks, institusi sosial merupakan mekanisme sosial yang disusun untuk mencapai kesejahteraan bersama. Pemerintahan sebagai bagian dari pola institusonalisasi meruakan suatu sistem kontrol yang berada di atas semua segmen s

MASYARAKAT PESISIR: Peta Sosiologis Pulau Ambon

Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. Ruang sosial yang terabaikan dalam Sosiologi Ilmiah Secara geografik, Maluku disebut kawasan “seribu pulau”; sebuah termini-teknikus, yang secara sosiologis menggambarkan karakteristik dan tipologi sosial masyarakat. Suatu masyarakat Laut-Pulau, yang menetap di dalam lingkar pulau-pulau sedang, kecil dan terkecil. “Seribu Pulau”. Sejak lama dimengerti secara fisik mengenai konstruksi pulau-pulau yang dihubungkan (karena kita menghindari istilah “dipisahkan”) oleh laut. Karena itu, ruang jelajah sosiologi lebih diarahkan pada komposisi pulau-pulau yang ada. Akibatnya, kegiatan pembangunan pun dibahasakan menjangkau “daerah-daerah yang terpencil”, atau “pulau-pulau yang jauh”. Analogi yang sama digunakan untuk menyebut “Kawasan Tertinggal”. Malah dengan latah kita suka menyebut “Tenggara Jauh”, atau “Tenggara Dekat”; sebuah asosiasi yang diukur dari Ambon sebagai sentrum geo-politik. Prof. A.J. Ajawaila, dalam orasi ilmiah pengukuhan Guru Besar Antropol

BEBERAPA ISU SOSIAL DAN AGAMA DI KOTA AMBON:

Catatan Reflektif untuk Klasis GPM Kota Ambon Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. Beberapa Kecenderungan Pomeo bahwa “kota adalah jantung perubahan masyarakat” tidak bisa dielakkan oleh setiap orang, termasuk bahwa “perubahan terjadi secara cepat di kota”. Itu pertanda bahwa kota bukan hanya suatu lingkungan sosial yang heterogen, melainkan mobilitas masyarakat kota (baca. Jemaat kota) juga terjadi secara cepat dan terus berkembang (atau berubah) dari waktu ke waktu. Apa yang kita sebut sebagai “persaingan” atau social competition berlangsung dengan melibatkan seluruh “energi” individu dan kelompok, termasuk organisasi sosial di dalam masyarakat (termasuk gereja). Energi di sini adalah sebuah gerakan untuk “membangun” sistem resistensi (ketahanan) diri dan juga kontrol sosial secara efektif terhadap perubahan itu sendiri. Sebab di dalam masyarakat (baca. Jemaat) yang semakin kompleks, setiap elemen sosial harus mampu memainkan peran kontrol sosial secara baik, karena terjadi banyak disto

KONTEKSTUALISASI TUNAS PEKABARAN INJIL

Membangun Strategi Kontekstual dalam Kegiatan Belajar Mengajar [1] Oleh. Elifas Tomix Maspaitella 1. Prinsip Tunas Pekabaran Injil (TPI) dalam strategi pembelajaran di Sekolah Minggu-Tunas Pekabaran Injil (SM-TPI) Gereja Protestan Maluku (GPM), pada dirinya sendiri sudah kontekstual. Maksudnya, ia telah diselenggarakan sebagai suatu strategi aplikasi atau penerapan muatan kurikulum SM secara praksis. Karena itu, materi-materi TPI pada dirinya sendiri merupakan materi-materi yang kontekstual; dalam arti materi yang diangkat dari kenyataan yang aktual (yang benar-benar terjadi dan berpengaruh pada diri anak/masyarakat). Di samping itu, kegiatan pembelajaran di TPI pada dirinya sendiri sudah kontekstual; yakni suatu kegiatan pembelajaran yang benar-benar diselenggarakan secara terbuka dan menyentuh kehidupan anak asuh, dan memampukan mereka memiliki keterampilan tertentu untuk dapat berperan di dalam hidupnya setiap hari. Kontekstualisasi TPI dalam arti itu adalah suatu penerapan pembelaj

Integrasi sosial masyarakat Rumahtiga pascakonflik Ambon:

Perspektif Kristen Protestan Oleh. Elifas Tomix Maspaitella The lamp are different, but the light is the same (Jalalu’l-Din Rumi) 1. Pengantar Saya bersyukur hadir dalam “Rujuk Sosial Rumahtiga” (Integrasi Sosial Rumahtiga), suatu kondisi kohesif yang sudah menjadi cita-cita bersama bukan hanya orang Rumahtiga, tetapi cita-cita kemanusiaan Maluku yang sejati, cita-cita Indonesia, dan saya yakin cita-cita seluruh warga dunia yang peduli pada kemanusiaan. Sebetulnya proses-proses sosial ke arah integrasi itu harus dilihat sebagai bagian dari dinamika sosial yang selalu berhadapan dengan social tension (ketegangan sosial) sebagai akibat dari telah terbentuknya klaim diri ( self-centered ) dan klaim teritori ( geo social ) – dan lebih parah lagi jika bentuk-bentuk klaim sosial itu sudah terstruktur dalam basis-basis eksklusifitas, dan salah satunya dikondisikan oleh agama. Akibatnya bukan saja terjadi kemacetan dalam komunikasi, tetapi kemacetan dalam proses sosial bersama. Integrasi sosia

Pesan Tobat Synode GPM Tahun 1960

aRSIP: Synode Geredja Protestan Maluku dalam Sidang tertangal 4 Mei Tahun 1960 di Kota Ambon, karena mengalami pergumulan rochani jang hebat, pergumulan mana mengenai Geredja ini dalam keseluruhannja, merasa sangat perlu dan wadjib menjampaikan pesan kepada sekalian anggota dan pedjabat Geredja, sebagai berikut: 1. Dengan penuh kerendahan hati, Synode mengaku serta pertjaja Anugerah dan Pimpinan Allah, jang telah memanggil dari antara umat manusia di Maluku, suatu persekutuan orang-orang pertjaja kepada Jesus Kristus, Djuru Selamat dunia; persekutuan jang dihimpunkanNja ke dalam Geredja Protestan Maluku ini, supaya mendirikan tanda jang njata dan mendjadi alat daripada Keradjaan Allah di dunia ini, bersama-sama dengan Geredja-geredja di Indonesia dan di seluruh muka bumi. 2. Synode mengaku, serta pertjaja, bahwa Geredja ini hanya hidup dan bertahan di sepandjang masa oleh Pimpinan Rochulkudus sebagaimana ternjata dalam Pemberitaan Firman Allah dan Pelajanan tanda-tanda Ezrad